Di pagi hari Yuki akan ikut dengan keluarganya, saat sudah menjelang pulang sekolah untuk siswa, Yuki akan berpisah dan pergi ke tempat Jay, banyak yang mereka kerjakan, Yuki juga sedang dalam proses berdiskusi dengan ibu Jung untuk desain pakaian yang ingin di gunakan butiknya, karena desain yang ingin di gunakan adalah milik Yuki.
Ibu Jung juga sangat senang melihat desain yang di buat Yuki, sangat indah dan cantik, bukan hanya desain pakaian, tapi juga aksesoris.
Yang paling ia suka dari desain aksesoris Yuki adalah kalung dengan bentuk kunci bagian atas membentuk kunci G musik. Kalung itu juga memiliki pasangan berupa gembok dengan lambang yang sama, gembok juga bisa di buka dengan kunci yang sudah ada.
Bukan hanya kalung, juga ada desain cincin dan gelang yang sangat cantik. Ibu Jung tidak mengerti dari mana Yuki memiliki ide kreasi yang sangat bagus ini.
Yuki ke sana memang untuk berlibur, tapi ternyata ia masih bekerja, sebenarnya ia tidak di paksa, namun ia yang menginginkannya.
Ia sudah mendapat kesempatan yang belum tentu akan datang lagi, kenapa ia harus melepaskannya, jika bisa ia akan mengambil semua kesempatan yang bisa ia ambil, dengan begitu tidak ada lagi penyesalan di masa depan seperti sebelumnya.
Dulu ia sudah mengatakan akan melanjutkan kuliah di korea di sebuah universitas, namun sepertinya ibunya tidak setuju karena terlalu jauh sampai ke korea, bahkan saat ia dulu berkuliah di daerah jakarta orang tuannya lebih memilih Yuki pulang pergi dari rumah.
Memang akan lebih hemat karena mereka tidak keluar ongkos untuk menyewa kosan, tapi Yuki menjadi lebih anak rumahan, ia tidak bisa bertemu dengan orang banyak dan lebih memilih di rumah sendirian dengan sepi.
Setiap Yuki di ajak pergi keluar kota, ibunya selalu memaksannya pergi sendirian, mencoba melepas Yuki dari kamarnya, walaupun berujung Yuki yang selalu menolak walaupun bersama dengan keluarganya, tapi ia akan memberpertimbangkan jika ia pergi bersama Citra yang sangat dekat dengannya.
Sekarang ia akan melakukan apa yang ingin ia lakukan dan lebih melihat dunia, mengambil kesempatan yang bagus dan menjadi lebih baik dari kehidupan sebelumnya, ia akan menyicil untuk memulai sesuatu yang di sesalinya kenapa ia tidak menguasainya.
Seperti sekarang.
Ibu Jung menyukai desain yang ia buat dan ingin menjadikannya sebagai koleksi butiknya, kenapa Yuki tidak mengambil keuntungan dari itu? Ibu Jung juga setuju untuk membayarnya selama itu semua desain original langsung dari Yuki.
Semua di untungkan dan semua bahagia, walaupun mungkin tidak dengan orang tuanya terutama ibunya.
Sudah berkali-kali ibunya menegur Yuki untuk lebih banyak bermain dan bersenang-senang dengan teman sebayanya, bukan memilih bekerja, berlatih dan belajar.
Ibunya selalu berfikir Yuki lebih dewasa dari umurnya. Walaupun apa yang di fikirkan ibunya bukan sesuatu yang salah, Yuki memang seorang wanita dewasa di dalam hatinya, sedangkan tubuhnya memang memiliki kemampuan layaknya anak muda.
Ia masih memiliki ingatan yang baik, tubuhnya juga masih dalam tahap pertumbuhan dan sangat cocok untuk di latih, kenapa ia harus menyia-nyiakan hal itu hanya untuk bermain dengan teman sebayanya?
Ia juga tetap memiliki teman yang seumur dengannya, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.
"untuk desain yang ini, bahan kain apa yang akan di gunakan?" Ibu Jung menunjuk gaun panjang yang memiliki look sexy yang sangat indah dengan aksen beberapa permata pada bagian pundaknya.
"kita gunakan bahan yang jatuh dan berat untuk bagian dalam, sedangkan untuk bagian luar kita bisa gunakan bahan yang lebih tembus, aku sarankan gunakan chiffon untuk bagian luarnya."
Saat ini mereka sedang berdiskusi di kantor butik milik ibu Jung, sampai seorang pria yang masih terlihat muda walaupun umurnya udah paruh baya, pria itu sangat tampan dan berwibawa, mirip dengan Jay. Itu ayah Jung.
"kalian terlalu fokus, makanlah dulu, aku bawakan beberapa makanan untuk kalian." Ayah Jung meletakan kantung paper bag di atas meja yang juga sedang di gunakan Yuki dan ibu Jung berdiskusi.
"ohh, sayang, kamu sudah pulang? Masih siang, tumben." Ibu Jung bertanya pada suaminya. Jika di lihat pasangan ini sangat serasi, ayah Jung sangat tampan ibu Jung sangat cantik, tidak heran Jaemin sangat tampan.
Yuki membereskan meja yang akan mereka gunakan dan mengeluarkan makanan yang masih terbungkus dengan rapi, di sana ada ayam goreng, nasi dan beberapa makanan lain di tambah dengan beberapa sayuran yang tampak sehat.
Semua makanan ini tampak aman, tidak ada tanda-tanda bahwa ini mengandung babi dan beberapa hal lain yang haram.
"tenang saja, semua aman kecuali yang ini, jangan kamu makan ya, ini ada daging babinya." Ayah Jung sangat faham dengan kepercayaan yang di anut Yuki dan ia sangat menghormati itu, tidak perduli dengan stereotipe yang ada di luar sana, selama Yuki berperilaku baik ia juga akan menghormatinya.
Yuki terlihat sangat lembut dan sopan, ia akan memberi salam saat bertemu, senyumnya juga sangat manis, ayah Jung juga sangat menyukai anak ini, jika suatu saat anaknya bersama dengan Yuki, ia tidak akan mempermasalahkannya, walaupun ia tidak tau bagaimana dengan istrinya, walaupun istrinya terlihat menyukai Yuki, tapi belum tentu ia akan setuju dengan hubungan mereka.
Waktu masih sangat panjang, ia terlalu berfikir kedepan, belum tentu juga putranya bersama dengan Yuki.
"ini enak paman." Yuki terdengar sangat senang dengan makanan yang ia makan, ia juga memakan beberapa sayuran yang di bawa ayah Jung dan sangat menikmatinya.
"benarkah? Makan lah yang banyak." Ayah Jung juga sangat senang mendengar pujian Yuki. Mereka makan bersama dengan baik, sayangnya tidak ada Jay di sini, mereka jadi merasa anak mereka adalah Yuki. Mereka juga bersyukur bisa merasakan setidaknya seperti memiliki anak perempuan yang sangat manis.
Yuki bukan gadis yang sangat cantik, tapi mereka tidak bisa mengabaikan senyuman di wajah Yuki yang walaupun wajahnya terkadang terlihat galak tapi karena senyuman yang ia berikan bisa merubah kesan yang di berikan Yuki.
Walaupun memang Yuki bisa di bilang sangat jarang tersenyum, rata-rata semua senyum yang di berikan Yuki terlihat canggung, walaupun saat ini Yuki sedang berusaha merubah caranya tersenyum. Walaupun palsu namun tidak terlihat canggung.
Tidak terasa project Vocaloid mereka selesai, mereka sudah bisa membuat lagu dengan suara yang mereka buat, mereka juga bisa membuat karakter yang mereka buat menari, hanya bagaimana mereka membuatnya.
Butuh banyak hal yang harus mereka perhatikan agar gerakan virtual karakter mereka bisa sebaik gerakan manusia asli.
"ini sudah sangat bagus, dalam karakter virtualnya juga sudah tidak ada glitch, untuk saat ini sudah bagus, hanya bagaimana nanti kita membuat gerakannya."
Yuki mengangguk dengan perkataan Jay yang ada di sebelahnya. Mereka berdua saat ini berada di sebuah kafe dan memandang layar laptop yang sama yang ada di hadapan mereka dengan 2 karakter yang mereka beri nama Riku untuk karakter perempuan dan Mikaela untuk karakter laki-laki.
Mereka sudah membuat gerakan dance yang di awali dengan pengambilan gambar dari gerakan menari milik Yuki, baru mereka mengcopy gerakan Yuki menjadi gerakan virtual yang mereka berikan pada karakter mereka.
Awalnya gerakan mereka masih sangat kaku, butuh banyak hal yang harus mereka lakukan agar membuat gerakannya menjadi halus.
Standar mereka adalah virtual idol yang lain yang sudah terkenal terlebih dahulu, mereka juga belum mempatenkan suara Riku dan Mika menjadi suara vocaloid, mereka akan memasukan suara mereka kedalam lisensi Vocaloid.
Yang membuat mereka sulit adalah suara milik Mika, suara Mika memiliki dasar sample suara Jay, walaupun suara itu sudah berubah menjadi suara digital yang mereka buat sedemikian rupa, dasar suara Mika adalah Jay.
Saat SMA nanti, Jay akan masuk menjadi trainee di salah satu agensi besar dan ada beberapa hal yang mereka pertimbangkan, tapi bagiamanapun juga suara ini di buat menggunakan Vocaloid, jika mereka ingin mempatenkan suara ini, mereka harus mendapatkan lisensi dari perusahaan yang menaungi vocaloid.
"baiklah, kita coba untuk minta lisensi, walaupun suara dasar Mika adalah suara ku, bagaimanapun juga suaranya sudah benar-benar berbeda dengan ku."
"tapi kau aset dari perusahaan."
"...." pria itu terdiam sejenak. Memang benar jika ia adalah aset dari agensi tempat ia berada, tapi jika Mika sudah memiliki lisensi vocaloid terlebih dahulu, agensi juga tidak akan bisa melakukan apapun "tidak masalah, kita lihat saja kedepannya, mereka tidak akan bisa melakukan apapun jika Mika sudah memiliki lisensi."
Yuki mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya, mereka akan mencoba menghubungi pihak lisensi Vocaloid.
"ahh, bagaimana jika nama ku tidak tertulis?" tanya Jay tiba-tiba, ia terfikir bagaimana jika.
Yuki menatap Jay dengan tatapan yang datar "menurut mu, agensi mu itu bodoh? Mereka akan mencari tau tentang semua traineenya bahkan sampai ke akar."
"..." Jay terdiam sejenak "jika menggunakan nama lain?"
"..." Yuki tampak berfikir dengan kemungkinan mereka tidak akan menemukannya jika Jay menggunakan nama lain "memang kau akan menggunakan nama siapa?"
"hmmm, kau benar. Tidak masalah, kita bisa menggunakan nama Jay, jika agensi mengetahuinya, aku akan memberi tau mereka."
"jika mereka tau setelah kau debut dan kau terkena masalah?"
Jay menghela nafas "sudah lah, kita akan menggunakan nama panggung masing-masing, jika mereka bertanya, baru beritau mereka, lagipula masih sangat lama untuk mu masuk ke dalam agensi."
Akhirnya mereka sudah memutuskan untuk menggunakan nama panggilan mereka untuk nama sample suara yang di ambil untuk suara Mika.
Mereka menyelesaikan semua pekerjaan mereka dan segera kembali, Jay mengantar Yuki kembali ke penginapan karena hari sudah beranjak sore.
.
.
.
Yuki kembali ke indonesia, semua pekerjaan di sana sudah di selesaikan termasuk desain yang sudah di berikan pada ibu Jung, mereka tampak sedang mencari bahan yang sudah mereka rencanakan dan baru mereka akan memproduksinya.
Sedangkan Yuki kembali menjalankan harinya seperti biasa, ia kembali berangkat sekolah dan belajar seperti biasa.
"jadi kamu bisa kan mewakili sekolah untuk lomba?" guru keseniannya memintanya untuk berpartisipasi, ia tidak sendirian karena ini lomba perkelompok, lomba paduan suara dan Yuki terpilih menjadi salah satu peserta.
"..." Yuki diam dan memikirkannya, di kehidupannya yang lalu ia mengikuti lomba ini juga, di adakan di sekolah tempat Difa dan Tya berada, jadi pada akhirnya Yuki menyetujui permintaan sekolah.
Selain itu, sekolah juga ingin mengirimnya untuk olimpiade sains dan Yuki juga menyetujuinya walaupun jika ia boleh jujur, Yuki sangat tidak ingin menonjol dan merepotkannya.
Yuki sudah cukup sibuk, jika ia mengikuti olimpiade dan lomba, maka Yuki harus berlatih untuk itu sedangkan Yuki sudah sangat sibuk dengan jadwal yang sudah ada.
Ia tetap pulang dengan jam yang biasa, karena latihan di lakukan saat jam pelajaran. Mereka meminta Yuki melatih kembali pelajaran yang akan keluar di olimpiade, tapi Yuki harus mengerjakan hal yang lain.
Sejak awal ia sangat tidak ingin menonjol di SMP, setidaknya ia ingin menonjol di SMA.
Karena saat di SMA adalah masa paling penuh dengan penyesalan, jadi ada yang ingin ia lakukan di SMA.
"save."
Yuki menghela nafas setelah menyelesaikan pekerjaanya, ia segera pergi tidur, jam sudah menunjukan angka 00:35, ini sudah tengah malam dan Yuki baru selesai dengan pekerjaanya.
Yuki naik ke tempat tidur dan berguling ke beberapa sudut tempat tidurnya.
Sebentar lagi Tifa juga akan menikah dengan kekasihnya, mereka sudah mempersiapkan beberapa hal, di rumahnya juga sudah cukup ramai, ibunya sibuk membantu dalam persiapan, minggu ini sudah akan di gelar acara pernikahannya di sebuah gedung.
Pamannya cukup mampu untuk menggelar acara yang sangat besar. Mereka memberikan bahan kain untuk keluarga agar bisa di jahit, seragam keluarga.
"pernikahan..."
Yuki bahkan tidak pernah memiliki bayangan seperti apa pernikahannya, ia tidak pernah sekalipun memiliki hubungan dengan seorang pria, sekalipun ada, sama sekali tidak membuat Yuki merasa nyaman.
Sekarang, ada beberapa yang menyatakan perasaan mereka pada Yuki, namun Yuki benar-benar hanya memikirkan masa depannya, bukan dunia pink yang sebenarnya ia inginkan namun tidak menemukan pasangan yang pas.
Ia ingat ibunya menyuruhnya mencari pria dan segera menikah, ia masih muda, mungkin ibunya ingin ia segera memiliki keluarga sendiri.
Tentu saja Yuki ingin, hanya ia belum pernah bertemu dengan seseorang yang membuatnya merasa nyaman dan aman.
"Jaemin..." mendadak Jaemin lewat di otaknya, namun ia segera menepisnya.
Ia memang sangat menyukai pria tampan itu, namun ia tidak pantas dengan pria sebaik dan sesempurna itu.
Yuki menghela nafas.
"sudah lah, siapapun itu, aku tidak terlalu perduli." Yuki melempar pemikirannya dan segera masuk ke alam mimpi karena besok akan sibuk.
"YUKI!! BANGUNNN" ibunya membuka pintu kamarnya dengan kasar dan membangunkannya, Yuki terbangun dengan kaget karena mendengar bantingan pintu kamar nya, mendadak kepalanya sakit dan tubuhnya lemas dari reaksi kaget.
"ugghh..." Yuki mengubah posisinya dan mengusap kepalannya.
"bangun cepet, masak nasi. Sekarang!"
Yuki duduk dan berusaha menguatkan tubuhnya, ia benar-benar lemas dan otaknya di paksa bekerja dengan cepat, Yuki hanya bisa turun dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya, memasak nasi seperti perintah ibunya.
Ia bisa lihat rumahnya yang ramai, sudah ada sepupunya dan beberapa orang lain yang datang untuk membantu, walaupun Yuki tau mereka tidak benar-benar membantu.
Yuki segera mencuci beras dan memasukannya ke dalam rice cooker, selesai dengan pekerjaannya memasak nasi, ibunya menyuruhnya segera mandi dan di dandani untuk acara pernikahan Tifa.
Yuki mandi cukup lama, itu sudah kebiasaanya, ia butuh waktu 30 menit untuk mandi biasa, tapi ia butuh waktu kurang dari 5 menit jika ia terburu-buru.
"udah?" Yuki melihat ibunya dan beberapa saudara ibunya melakukan beberapa pekerjaan "kalo udah cepet ke sana, buat di dandannin."
Yuki hanya mengangguk dan pergi ke sana, saat masuk ke rumah pamannya ia bisa melihat banyak yang di persiapkan, rumahnya cukup berantakan, ia melihat neneknya dan beberapa orang lain.
"ayo ke atas..." ia melihat sepupunya Luci, ia membawanya ke atas untuk di rias, dekat dengan kamar Tifa.
Ia melihat sudah ada beberapa perias di sana "mau di rias gimana? Yang natural aja ya, masih anak-anak..."
'anak-anak... umur ku lebih tua dari yang mau menikah, kau tau...'
"hahaha... yahh..."
Yuki hanya memberikan gambar model rambut yang ia inginkan. Seperti biasa ia menggunakan model half up, rambutnya di kepang dan di ikat di bagian belakang kepalannya, sedangkan sisanya hanya di biarkan terurai, rambutnya di buat sedikit ikal, tidak lupa Yuki memberikan hiasan rambut.
Setelah selesai, Yuki kembali ke rumahnya, acaranya sore hari, jadi masih ada banyak waktu, banyak juga yang belum dandan karena beberapa hal, lagi pula saat Yuki sedang ada di sana mereka sudah mulai ijab dan akan di lanjutkan dengan resepsi.
Yuki tidak perlu hadir saat ijab, jadi selesai di dandanni Yuki pulang dan bersantai, kapan lagi ia punya banyak waktu luang, jadi ia bermain game di kamarnya.
Ia juga berbincang dengan Jay tentang beberapa hal, terkadang hanya hal random dan Yuki memperlihatkan hasil make up yang ia lakukan tadi.
Ia tidak mendapat jawaban apapun pada awalnya dan tak berapa lama suara Jay kembali terdengar "ohhh, tidak buruk."
"yeahh, ini benar-benar hanya make up sederhana, mereka bilang aku masih anak-anak, jadi tidak harus menggunakan riasan yang berlebihan."
"anak-anak huh?"
"diam, jangan berkomentar apapun." Yuki hanya mendengar suara tawa yang renyah dari seberang.
Waktu masih sangat panjang, bahkan saat Yuki memutuskan untuk tidur, ternyata waktu masih sangat panjang, jadi ia bermain game hingga mereka berangkat ke tempat resepsi.
Di sana Yuki berganti baju di ruang ganti, ia tampak sangat cantik dengan balutan dress dengan bahan brokat yang menjadi bahan seragam di keluarga, Yuki terlihat seperti bangsawan di tambah dengan wajahnya yang memang memberikan kesan tegas dan tinggi.
Yuki bertemu dengan nenek dan beberapa keluarga dari ayahnya yang lain.
"ohh, ini Yuki ya, cantik banget..." ucap seseorang yang bahkan Yuki sama sekali tidak kenal, yang ia tau mereka masih saudara jauh.
Yuki hanya tersenyum kecil "terimakasih..."
"ia, kan cucu ku." ucap seorang wanita yang ia ingat sebagai ibu dari ayahnya, neneknya.
Yuki ingat silsilah keluarga dari ayahnya ini. Dulu kakeknya adalah anak dari raja di solo, tapi Yuki tidak tau spesifik seperti apa keluarga kraton itu, karena yang ia tau, di era kakeknya masih cukup muda, mereka sekeluarga keluar dari kraton karena mereka bilang bahwa mereka tidak bisa maju jika mereka tetap ada di sana.
Menurutnya, alasan itu tidak masuk akal, namun ia tau ada beberapa masalah yang bisa di bilang adalah aib keluarga ayahnya, bahkan ibunya tidak tau apapun karena mereka tidak pernah bercerita tentang apapun.
Banyak intrik di dalam keluarga ayahnya, perebutan harta dan lainnya, membuat Yuki sangat pusing mendengarnya, yang Yuki dengar masalah ini bermunculan setelah mereka pisah dengan kraton, atau mereka pisah karena ada masalah di sana?
Ntah lah, Yuki bahkan hanya akan mendengar tanpa berkomentar apapun.
Tapi karena mereka berasal dari keluarga bangsawan inilah yang membuat mereka tetap beranggapan bahwa mereka tetap di atas, walaupun mereka bangkrut sekalipun. mereka menganggap bahwa mereka tetaplah bangsawan di dalam darah mereka.
Pada kenyataanya tidak semua di keluarganya kaya, bahkan ayahnya sendiri tidak punya rumah dan menumpang, untung ayahnya bukan orang yang haus akan harta, ia hanya berfikir bagaimana ia bisa menyekolahkan dan memberi makan keluarga dengan bekerja.
Ayahnya hanya ingin hidup tenang seperti yang juga Yuki inginkan.
Seperti neneknya ini, ia masih terus beranggapan bahwa mereka adalah keluarga terhormat, raden mas.
Karena itulah, neneknya sangat menyukai Yuki, alasannya adalah, hanya Yuki yang seperti bangsawan di matanya. Padahal alasannya adalah, Yuki sangat suka dengan budaya inggris klasik, tentu saja membuat Yuki tanpa sadar bersikap anggun dan tinggi, walaupun Yuki tidak bermaksud untuk menyombongkan diri.
Ia sadar ia tidak secantik itu untuk terlihat anggun bak putri di inggris.
"hahaha iya..." Yuki hanya tersenyum kecil dan beberapa kali berbasa basi yang sebenarnya adalah hal yang paling Yuki benci.
Selesai dengan beberapa basa basi kecil, ia segera menyingkir dari sana dan acara segera di mulai, beberapa tamu datang satu persatu, tamu undangan cukup banyak yang kalau Yuki tidak salah dengar, tidak semua datang ke acara ini, namun tamu sudah cukup ramai.
Yuki bersama dengan Citra kesana dan kemari melihat-lihat makanan yang sekiranya menarik.
Acara selesai pukul 9, namun mereka bersiap pulang dan baru bisa pulang saat jam sudah menunjukan angka 10 malam. Yuki sudah sangat lelah mengingat ia menggunakan heels dan kakinya sekarang terasa sakit, kepalanya juga sakit.
Sesampainya di rumah, tidak ada yang bisa di ajak bicara, semuanya hanya ingin beristirahat, Yuki mengganti bajunya dan mandi, sebelum akhirya ia tertidur dan kehidupannya berlanjut seperti biasa keesokan harinya.
Hari minggu Yuki bangun cukup siang, hari minggu ini cukup sepi karena mungkin semua anggota keluarganya belum banyak yang bangun, bahkan ibunya sepertinya juga belum bangun.
Minggu itu hanya di habiskan oleh Yuki dengan menulis cerita dan bicara dengan Jay.
"sangat lelah..."
"haha, masih lelah?"
"yeah... rasanya walaupun sudah istirahat semalaman tetap saja lelah..."
"bersantailah, kamu tidak pernah bersantai sebelumnya, pekerjaan bisa di kerjakan nanti, jangan terlalu banyak bekerja, nikmati waktu yang di berikan ini..."
Yuki menidurkan kepalanya di atas meja "iyaaa..." walaupun begitu Yuki bisa mendengar suara klik dari ujung sana "kamu lagi apa si?"
"Vocaloid."
"ohh... koreografinya bagaimana? Ada masalah?" Yuki mengangkat kepalanya menatap layar komputernya dan melihat ada karakter miliknya sedang berdiri di sudut layar.
"well, pada dasarnya membuat gerakan yang seperti manusia butuh teknologi yang lebih maju, sekalipun sekarang sudah ada teknologinya... aku tidak yakin kita mampu menggunakannya..."
"yeah... mahal."
"haahh, untuk saat ini kita Cuma bisa membuat beberapa gerakan ringan, agar hasilnya lebih bagus."
"yah... kirimkan pada ku saat gerakannya sudah jadi, kita bisa membicarakannya lagi nanti." Jay hanya membalasnaya dengan sedikit gumaman, sepertinya ia sedang sangat fokus.
"tentang lisensi, kamu sudah urus?" tanya Yuki.
Jay mengalihkan pandangannya dari layar ke ponselnya, ia mengambil kopi dan meminumnya "sudah ku urus."
"baguslah..."