Chereads / Rebirth : New Life / Chapter 35 - Chapter 35 : New Life in high school

Chapter 35 - Chapter 35 : New Life in high school

Pria di depannya hanya bisa menghela nafas dan menyetujui keinginan Yuki.

Setelah melalui banyak hal, akhirnya perpisahan SMP di mulai si sebuah gedung yang di sewa, aula tidak besar namun juga tidak kecil, Yuki menggunakan kebaya pink dengan cutting unik.

Kenapa Yuki suka dengan busana dengan cutting unik?

Karena ia dasarnya adalah desainer, ia memang tidak menyelesaikan D3 nya, namun bukan berarti ia tidak mengerti.

Memang bukan dia yang mengerjakan baju ini, ia membuatnya di seorang desainer kenalan saudaranya, desain dan bahan kain semua darinya, desainer itu hanya membuatkannya.

Kebaya pada bagian depannya pendek dengan bagian belakang menyerupai ekor hingga pergelangan kakinya, kain bawahannya memiliki belahan di sampingnya hingga ke paha bagian atasnya, dengan heals hitamnya.

Riasannya sederhana karena Yuki menggunakan make up sendiri dan rambutnya juga memiliki kepang unik dengan hiasan bunga yang cantik.

Jika mereka tidak ingat berada di acara perpisahan, mereka hampir mengira Yuki akan menikah.

Acara berlangsung dengan baik, Yuki juga mendapat penghargaan dari sekolahnya karena memiliki prestasi di bidang akademik.

Selesai dengan acara dan berfoto bersama perkelas, banyak yang ingin berfoto dengan Yuki dan Yuki segera pergi dari sana untuk pulang ke rumah, Yuki sangat lelah.

Sesampai di rumah, Yuki membersihkan dirinya dan mengirim pesan pada Jay, mengiriminya foto dirinya saat di acara tadi.

Jay lagi-lagi di buat terdiam dengan Yuki yang sangat cantik dan imut di saat yang bersamaan.

Selesai dengan acara, Yuki masih harus mengurus surat ke lulusannya, mengambil buku tahunan dan baru berlibur dengan santai, walaupun tidak juga ia harus menulis dan berlatih, jadwalnya kembali normal.

Ia mendapat banyak uang dengan menulis, ia penulis yang cukup terkenal walaupun ia tidak suka di ekspos, bahkan sangat sedikit orang yang tau seperti apa rupanya dan yang pasti mereka akan terkejut dengan umur yang di miliki Yuki, karena namanya sudah terkenal saat ia masih SD.

Karena Yuki masih di bawah umur, ia tidak bisa membuka rekening bank, jadi rekening yang di gunakannya masih atas nama ibunya, walaupun kartu dan buku tabungan di pegang Yuki, setelah Yuki cukup umur, baru ia membuka akun banknya sendiri.

Jika di fikir ini cukup aneh, Yuki mengumpulkan uang untuk bersekolah karena ia tidak ingin orang tuannya repot membayar uang sekolahnya, tapi pada kenyataannya, SMP ia di sekolah negeri sedangkan SMA ia mendapat beasiswa full, jadi uangnya tetap utuh hingga detik ini.

Hanya di pakai saat ia sakit demam berdarah saat kelas 8 dan ia mampu membayar sendiri les kursus yang ia jalani.

Belum lagi uang dari bekerja sama dengan butik ibu Jung dan kemarin ia menandatangani kontrak kerja sama dengan agensi.

Siapa yang sangka ternyata ia bisa semampu ini.

Saat masuk sekolah, kelas dibagi menjadi 6 kelas untuk angkatannya, seingat Yuki angkatan sebelumnya lebih sedikit di banding angkatannya, Yuki masuk pada kelas yang ke 4.

Ada beberapa wajah yang ia kenal, ada juga yang asing, biasanya orang yang memiliki wajah asing mereka ada di kelas IPA, sedangkan Yuki berada di kelas IPS.

"halo." Yuki menoleh dan melihat teman sebangkunya, ia ingan anak ini adalah anak IPA, jadi jujur saja ia tidak terlalu kenal.

"halo juga, aku Yuki, kamu?" Yuki menjawab dengan senyuman.

"Ratna." Ia juga masih tersenyum dengan memperkenalkan namanya "kamu dari SMP mana?" lanjutnya.

"SMP XXX, kamu?"

"aku dari SMP Y, temenan ya.."

"iya." Yuki masih menjawab dengan senyumannya, jujur saja ia tidak suka basa basi.

Mereka cara beberapa hal, bahkan teman di depan mereka juga mengajak mereka bicara, Yuki ingat yang ada di depannya berada di kelas IPS sama dengannya, walaupun ia juga ingat tidak pernah satu kelas dengannya.

Tak berapa lama, para senior yang Yuki tau berasal dari osis masuk dan mulai memperkenalkan diri, lalu mereka melakukan absen setelahnya mereka memberikan hal apa saja yang harus mereka bawa, tata tertib selama ospek dan lain-lain.

Setelah memberi tau apa saja yang harus di bawa dan buat, kelas mereka di bubarkan dan pulang ke rumah masing-masing.

Yuki membuat name tag dan lain-lain sambil berkirim pesan dengan teman barunya, ada yang tidak mengerti maksud dari teka teki yang di berikan.

Jujur saja, Yuki tidak tau apa maksud dan tujuna ospek ini, untuk apa ia membuat papan nama besar ini, berfoto dengan tukang gorengan, membawa coklat 2 batang berbeda merk dan lain-lain, untuk apa sebenarnya ini semua?

Terkadang ia menyesal dengan ia kembali ke sini, kenapa ia tidak bersekolah di tempat di mana Jay berada.

"lihat lah." Yuki mengirim gambar pada Jay.

"buat apa itu?"

"buat ospek besok."

Jay tertawa melihat Yuki mengenakan papan besar bertuliskan perkenalan diri dan foto aneh Yuki bersama seseorang yang tidak di kenal Jay.

Jay menyeka keringatnya yang mengalir dari rambutnya yang tebal, ia sedang berlatih bersama dengan beberapa trainee lain dan sekarang sedang beristirahat.

"Jaemin kenapa?" tanya Dohyun bertanya padanya karena ia duduk di sebelah Jay.

"liat hyung." Jay memperlihatkan foto Yuki.

"ugghh." Pria itu hampir tersedak air yang di minumnya. Semua trainee tau tentang Yuki walaupun mereka tidak tau kenapa Yuki ada di perusahaan saat itu, awalnya mereka mengira Yuki adalah trainee baru, namun ternyata bukan, Jay juga tidak mengatakan apapun.

Yuki datang 2 kali ke agensi saat itu, jadi mereka semua mengenal Yuki sebagai gadis manis yang selalu tersenyum dan Jay dekat dengannya karena semua trainee juga tau bahwa Yuki menginap di rumah Jay.

"kenapa dia menggunakan itu? Demo?"

"hahahaha, bukan hyung, itu seperti masa perkenalan sekolah di sana, jadi mereka menggunakan barang-barang itu." Ucapan itu membuat Dohyun tercengang.

"itu budaya di sana?"

"ya,kurang lebih, Yuki agak kesal karena itu, jika boleh ia akan lebih memilih di rumah mengerjakan tulisannya daripada datang ke acara tidak penting itu."

Jay membalas pesan Yuki "ya sudah, tahan saja."

Keesokannya, Yuki datang di antar Yuri yang bersekolah di SMK, sekolahnya tepat ada di sebelah sekolahnya, Yuki masuk ke dalam dan melihat sudah ada osis yang menunggu di sana untuk mengecek kelengkapan, yang tidak lengkap akan di hukum.

Yuki sudah lengkap, jadi ia sudah boleh masuk dalam kelas. Karena ini masih pagi Yuki masih mengantuk, sama sekali tidak tertarik dengan acara sekolah yang bahkan ia tidak tau apa gunanya ini.

Yuki berbicara dengan beberapa temannya yang ada di sekitar bangkunya, beberapa orang yang lain mengenal Yuki pertama kali memiliki wajah galak namun ia ternyata murah senyum dan ramah, walaupun jika di perhatikan dengan lebih detail lagi senyumnya hanya formalitas, senyumnya bahkan tidak sampai ke matanya.

Yuki tidak punya pengalaman baik di SMA ini, jadi tentu saja ia tidak berkesan dengan orang lain di sini, bahkan ia memiliki kesan buruk pada mereka, Yuki tidak tau apa ini termasuk pembullyan, tapi dulu saat kelas 10, Yuki pernah di katakan menjijikan ntah itu di tujukan untuknya atau tidak, tapi siapa lagi yang ada di depan mereka selain Yuki?

Semenjak itu bahkan Yuki semakin tidak memiliki ekspresi di wajahnya, hingga bertahun-tahun lamanya ia tidak banyak ekspresi.

Tapi sekarang ia berbeda dengan dirinya di masalalu, Yuki sangat menjaga tubuhnya, ia lebih tinggi dari dirinya di masalalu, kulitnya yang gelap dulu sekarang berubah menjadi kuning langsat dan cerah, bibirnya kemerahan, tubuhnya bagus karena ia berolahraga dengan baik dan makan sehat.

Walaupun ia melakukan itu semua tentu untuk kepuasannya sendiri.

Tapi sekarang ia tidak perduli dengan apa yang mereka katakan, ia hanya akan fokus dengan apa yang ingin ia lakukan di masa SMA.

Tidak ada yang spesial pada hari itu, mereka masuk, di perkenalkan beberapa hal yang ada di sekolah itu, di minta untuk menghafal nama teman-teman sebanyak 10 dan beberapa game.

Mungkin karena dasar dari sekolah ini adalah sekolah islam dan lagi mereka sedang dalam bulan puasa, jadi mereka tidak melakukan sesuatu seperti memarahi adik kelas dalam rangka mengerjai mereka atau semacamnya.

Tetap saja, untuk apa papan nama dan coklat ini?

Sudah jelas para senior ini yang ngidam coklat, ada-ada saja, belum lagi pada hari ke 2 mereka di minta untuk memberikan surat cinta pada kakak kelas yang di sukai.

Mereka ini kenapa?

"huh? Kamu di suru buat apa?"

Yuki dan Jay sedang berbicara di telpon, seperti biasa Jay sedang istirahat latihannya.

"surat cinta, aku di suru memberikan ciuman dan juga parfum pada suratnya." Tidak ada jawaban dari seberang beberapa saat, ia menatap layar ponselnya melihat apa koneksi mereka terputus, ia bisa melihat koneksi masih tersambung "Jay?" Yuki mendengar helaan nafas panjang.

"dan kamu membuatnya?"

"yah, minus lip stamp." Yuki terdiam sejenak dan menatap layar dengan senyum jail "jika aku memberikan lip stamp maka aku akan memberikannya pada mu, bukan para senior itu."

Jay terdiam lagi dan terkekeh ringan "jangan bermain-main."

"hahahaha, aku bercanda." Yuki tertawa senang.

.

.

.

Saat di sekolah, ia tidak tau harus memberikannya pada siapa, jadi ia hanya memberikannya secara asal ke senior yang menurutnya memiliki wajah bersih.

Yuki tersenyum bisnis seperti biasa "ini kak."

"ohh, makasi ya." Pemuda di depannya ini juga tersenyum kecil.

Sebenarnya isi suratnya hanya bertuliskan 'terimakasih.' Hanya itu yang ada di sana, Yuki tidak suka bertele-tele, selesai memberikan surat itu, Yuki hanya kembali ke kelasnya kembali duduk di bangkunya.

Karena mereka masih dalam waktu istirahat, Yuki hanya menghabiskan waktunya bicara dengan teman-teman barunya.

"kamu kasi ke siapa?" tan

ya teman di depannya.

"kak Gilang." Ucap Yuki singkat.

"wihh, lumayan banyak lho yang ngasi ke dia." Ucap temannya yang lain.

"hmm." Yuki terdengar tidak tertarik dengan hal itu.

"kamu nulis apa?"

"Terimakasih."

Teman-temannya terdiam sejenak mencerna apa yang Yuki katakan.

"terimakasih? Udah gitu doang?" Yuki mengangguk.

"ko gitu?"

"nggak apa-apa, Cuma bingung mau nulis apa, ya aku tulis apa adanya."

"kamu kasi tanda nggak?"

"nggak, tapi aku kasih parfum."

Mereka bicara lebih banyak hingga beberapa senior datang.

Mereka bicara tentang cita-cita dan hobi, sebenarnya Yuki hanya ingin menjadi penulis, ia ingin menulis hingga akhir hidupnya, sedangkan hobi yang di milikinya adalah dance, ia sangat menyukainya.

Jadi saat ia di minta maju untuk menunjukan hobinya menari, ia hanya maju dan melakukan dance apa saja yang ada di otaknya, ia melakukan dengan baik tentu saja.

"wihh, kita dapet dancer di sekolah kita, hebat banget."

"siapa namanya tadi?" tanya senior yang lain.

"Yuki."

"Yuki ya, keren banget, gerakannya bagus banget. Tadi kamu freestyle aja?"

"hmmm, iya." Yuki mengangguk.

"selain dance, apa lagi yang kamu suka?"

Yuki berfikir sejenak "bernyanyi, tapi bukan yang akan sangat bagus, jadi jangan berharap banyak."

"ya udah nggak apa-apa."

Yuki menyanyikan lagu yang saat itu sedang ramai, lagu itu aslinya berbahasa korea namun ia menyanyikannya menggunakan bahasa inggris, vokalnya sudah sangat stabil dan terlatih, memang suaranya tidak sebagus itu, namun karena teknik yang di gunakan Yuki sangat baik, ia bisa menutup kekurangannya.

Selesai bernyanyi, ia mendapatkan tepuk tangan dari kelasnya.

"selain bisa dance, bisa nyanyi juga, bagus-bagus."

Mereka membahas beberapa hal dulu sebelum akhirnya mereka di bawa ke masjid yang dibawahnya terdapat aula, setelah sholat mereka di bawa ke aula.

Di sana mereka mendapat sambutan dari guru dan juga bermain beberapa permainan.

Mereka terbagi menjadi kelompok lagi, Yuki berada di kelompok 12, mereka duduk berbaris sesuai dengan kelompok berbaris, karena Yuki adalah kelompok terakhir karena itu kelompoknya ada di paling pojok.

Permainan ini sangat mudah, 1 kelompok memiliki 20 orang, mereka harus berbaris memanjang dan menghadap ke setiap sisi ruangan dengan teratur, jika mamelakukannya dalam waktu yang sudah di tentukan, kelompok akan mendapatkan hadiah coklat yang sudah di kumpulkan, 1 orang mendapat 1.

Di mulai dari kelompok 1 hingga kelompok 11 semua gagal melakukannya, tapi ini memang permainan tim, kelompok Yuki mendapat giliran, saat teman sekelompoknya berbaris Yuki berjalan paling belakang, ia membetulkan semua posisi teman setimnya agar sesuai dengan perintah dan berbaris di paling belakang menghadap sisi yang seharusnya.

Lalu para senior memeriksa barisan ini.

"benaaarr, kelompok terakhir yang menang!!" senior itu memberi tepuk tangan dan di ikuti dengan semua yang ada di sana.

Setelah itu semuanya di minta kembali duduk setelah di berikan hadiah, namun para senior ini menahan Yuki, jadi Yuki tertahan di sana, Yuki hanya tersenyum bisnis seperti yang biasa ia lakukan.

"kamu bisa kepikiran gitu ya, kenapa bisa?"

'apa ini pertanyaan penting?'

"iya, memang karena ada tujuannya." jawab Yuki santai.

"bener juga, karena ada hadiahnya jadi terpacu ya." Yuki hanya tesenyum datar lalu ia di minta kembali ke kelompoknya.

Masa orientasi masih berlanjut dan semua terasa normal dan aneh secara bersamaan.

Di masa lalu, tidak ada yang mau bicara dengannya terlebih dahulu, namun sekarang, cukup banyak orang yang mau bicara dengannya termasuk seniornya, jadi ia merasa lebih lelah dari di kehidupan sebelumnya.

Ia harus tersenyum terus menerus dan menanggapi pembicaraan orang lain, jujur saja membuat ia sangat lelah, tapi setidaknya ia tidak merasa tertinggal.

Sampai saat ada yang ramai di masjid.

"iya, dia tu pemain sinetron gitu." Yuki mencuri dengar.

'pemain sinetron? Ahhhh, dia.'

Yuki jadi mengingatnya, saat ia masih SMA dulu ia memang pernah satu kelas dengan pemain sinetron ini, walaupun ia tidak tau di sinetron mana anak ini main, jadi Yuki tidak terlalu perduli.

Yuki menjauh dari sana bersama dengan beberapa temannya.

"emang dia main sinetron apa?"

"itu lho 'cinta bersemi di bangku SMA', tau nggak?"

"emang iya? Aku pernah nonton si, tapi nggak pernah liat ada dia."

"aku juga nggak pernah liat."

Yuki hanya mendengar mereka bergosip tanpa memberi mereka tanggapan apapun, ia tidak tertarik dengan circle artis itu, tidak akan cocok dengannya, karena circle artis itu sudah jelas circle anak-anak kaya, anak famous dan semacamnya, Yuki ingat juga salah satu orang dari circle itu pernah mengejeknya secara tidak langsung, Yuki tidak mengatakan apapun walaupun saat berhadapan dengannya Yuki akan secara otomatis memberinya tatapan membunuh.

Sepertinya Yuki tidak pernah menyinggungnya.

Mengingatnya membuat Yuki membangkitkan kebencian mendarah daging di hatinya dan ingin memuntahkan makanan sahurnya.

"Yuki nggak apa?"

"huh?" Yuki menoleh dengan terkejut "kenapa?"

"muka mu serem banget." Ucap temannya yang lain "kaya mau bunuh orang."

Yuki tidak bisa berkata dan hanya bisa menghela nafas "ohh, nggak ko, Cuma emang aku inget sesuatu yang nggak enak aja." Yuki kembali menghadap depan dan masuk kedalam kelas, ia mengembalikan wajahnya menjadi normal kembali.

"besok udah selesai ya."

"iya, tapi masih ada agenda acara lain."

"yahh, aku bingung, apa faedahnya bikin acara yang banyak ini? Habis MOS, ada seminar lah, apa lah." Yuki menopang dagunya pada tangannya.

"iya ya, aneh banget."

"dulu waktu aku SMP abis MOS udah tu, nggak ada acara aneh-aneh lagi."

Mereka lanjut membicarakan hal lain.