Ujian sudah akan tiba, Yuki juga sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Beberapa minggu yang lalu agensi juga sudah menghubunginya dan Yuki juga sudah mengatakan bahwa ia baru bisa pergi saat sudah kelulusan.
Ujian berjalan lancar dan Yuki tidak menemukan sama sekali kesulitan, hanya terkadang karena ruangan terlalu sunyi membuat Yuki mengantuk dan nyaris ketiduran.
Ia bukan tipikal orang yang akan belajar hingga larut malam, ia hanya akan bekerja hingga larut. Pagi hari cuaca bisa sangat dingin, jadi ia sangat mengantuk di pagi hari, ujian juga di lakukan di pagi hari yang dingin, jadi ia mengantuk sekarang.
Yuki berusaha menyelesaikan ujiannya dengan cepat dan tidur dengan damai sampai pengawas yang ada di kelas datang menghampirinya dan membangunkannya.
"ohh, saya sudah selesai mengerjakannya, tapi belum boleh keluar." Jawab Yuki saat pengawas ujian datang dan membangunkannya.
"udah selesai?" pengawas melihat jawaban pada kertas jawaban Yuki dan memang benar ia sudah selesai "ya sudah, kamu boleh keluar."
Karena Yuki di perbolehkan keluar, jadi Yuki keluar, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi di sana saat ini, justru teman yang ada di kelas yang sama dengannya akan meminta jawaban darinya.
Masa ujian sudah selesai dan mereka akan menyiapkan kelulusan mereka, membuat buku tahunan dan lain-lain.
"ini tolong isi kertasnya ya, buat kesan-kesan kalian sekolah disini buat buku taunan kita."
Yuki melihat kertas kosong di tangannya, ia menulis nama dan kelasnya, ia berfikir apa yang akan di tulis di kertas itu. Yuki ingat di kehidupan sebelumnya ia menulis kata yang sangat datar.
'biasa saja, tidak ada kesan baik atau buruk'
Kata itu yang tertulis di buku tahunannya, karena memang Yuki bukan anak yang ekspresif sejak dulu, tapi ia berbeda, jadi ia berusaha mencari kesan apa yang dia terima di sekolah ini yang membuatnya terkejut.
'ternyata aku lebih datar saat ini ketimbang di kehidupan sebelumnya.'
Karena itu ia hanya menulis kata yang singkat.
'menyenangkan.'
Hanya itu dan ia melipat kertasnya kembali, memberikannya pada ketua kelas di depan dan kembali duduk.
"kita mau pake tema apa buat buku tahunan? Setiap kelas beda tema."
Yuki tidak memberi pendapat apapun, ia sudah tau tema apa yang akan di ambil kelasnnya, kelasnnya hanya akan mengambil tema busana hitam putih dan berfoto di salah satu kampus terkenal, hanya itu.
Benar dugaannya, mereka akan berfoto dengan tema hitam putih di kampus. Dulu Yuki tidak bisa berpakaian dengan baik, berbeda dengan dirinya yang sekarang.
Mereka janjian di sekolah dan berencana akan menyewa angkot dan bersama ke kampus, tapi Yuki tidak bisa, jadi ia meminta ayahnya mengantarnya sebelum ia harus segera berangkat ke bandara.
Yuki ingin semua pekerjaannya selesai dengan cepat jadi setelah ia mengkonfirmasi pada pihak agensi, ia langsung membeli tiket pulang pergi.
Yuki juga sudah mengatakannya pada wali kelasnya tentang hal ini dan ia setuju, walaupun Yuki tidak mengatakan mau kemana ia pergi.
Saat ini di korea sedang musim panas, tapi ia pergi ke kampus itu pagi hari, jadi cuaca cukup dingin di sana.
Yuki menggunakan rok pendek dengan potongan unik, kemeja putih lengan panjang dengan aksen dasi pita panjang di kerahnya, ia juga menggunakan coat hitam panjang hingga mencapai pahannya, sepatu heals hitam, rambutnya di ikat half up hair seperti biasa dan make up tipis, bibirnya kemerahan dengan lip produk yang tipis, terlihat sangat alami, style yang di berikan Yuki semi formal.
"maaf bu, saya pake rok pendek."
Teman-temannya agak tercengang melihat style yang di berikan Yuki, ia terlihat sangat berbeda dengan ia yang biasa menggunakan seragam rok panjang.
Yuki tampak jauh lebih dewasa.
"kamu abis ini mau kemana si? Fashion show?" tanya gurunya.
"bandara, saya mau ke korea, korea lagi musim panas, jadi saya pake baju yang tipis." Jawab Yuki dengan cepat.
Yuki melihat semua temannya hanya menggunakan celana panjang hitam dan kaos atau kemeja putih, atau sebaliknya.
"kamu mau ke korea? Ngapain? Kita belum libur." Tanya salah satu temannya.
"nggak, aku mau ada urusan."
"udah nggak tahan ya mau ketemu ayang." Goda salah satu temannya yang lain, membuat yang lainnya heboh.
"cieeeeee." Ucap mereka semua seperti paduan suara.
"hmmm, nggak si, ada urusan bisnis." Yuki berucap tenang, memang benar ada hubungannya dengan Jay, tapi ia kesana bukan untuk bertemu dengan Jay, tapi ketua agensi.
"bisnis apa?" tanya gurunya.
Yuki merasa ponselnya bergetar dan ternyata itu pesan dari ibu Jung yang mengatakan akan menjemputnya jika ia sudah sampai "beberapa hal." Yuki bicara sembari menjawab pesan itu dan mengatakan bahwa ia bisa naik taksi.
Ia memang akan pergi ke rumah Jay menginap di sana selama beberapa hari hingga semua urusannya selesai, ia tidak mau merepotkan ibu Jung dengan harus menjemputnya juga, ia tidak akan tersesat di sana.
"saya boleh foto duluan nggak bu? Saya mau langsung ke bandara."
Karena tidak ada pilihan lain jadi guru wanita itu hanya mengiyakan. Sebenarnya pakaian Yuki hanya bermasalah di bagian rok pendeknya, tapi tidak ada waktu untuk menggantinya, lagi pula ia bukan menggunakan bikini, jadi sebenarnya pakaiannya masih sopan sebenarnya, hanya sedikit terbuka.
Yuki berpose di depan kamera dengan baik, jika dulu ia sangat canggung saat di foto, sekarang bahkan Yuki tidak beda dengan model berkelas.
Sang photografer meminta Yuki berpose dengan beberapa gaya dan ekspresi, ia tampak sangat semangat dengan objek fotonya yang menawan.
Selesai dengan foto Yuki yang di dahulukan, mereka langsung berfoto bersama sebelum akhirnya mereka melanjutkan foto satu persatu setelah Yuki pergi.
Sebelum pergi, photografer menghampirinya dan memperlihatkan foto yang di ambilnya "kamu mau pakai yang mana?"
Yuki melihatnya sebentar, semua foto sangat bagus dengan pencahayaan yang baik dan pose yang menawan "yang manapun boleh, semua bagus, pakai saja yang menurut kakaknya bagus." Selesai dengan itu Yuki pamit dan segera pergi dari sana kembali ke mobil yang sudah ada ayahnya menunggu.
Mereka segera pergi ke bandara.
Awalnya orang tuannya khawatir Yuki pergi sendiri, ini pertama kalinnya Yuki pergi ke tempat yang sangat jauh sendirian, tapi Yuki sudah meyakinkan orang tuannya bahwa di sana ada ibu Jung, mereka juga sudah menghubungi ibu Jung dan di sambut dengan baik, jadi mereka sudah sedikit tenang.
Di dalam pasawat perjalanan lancar dan sampai di korea sesuai dengan estimasi 8 jam, saat sudah keluar dari bandara, ia bisa melihat ibu Jung yang sudah menunggunya, Yuki menghampirinya.
"bibi, aku sudah bilang aku bisa naik taksi, aku takut ngerepotin bibi." Yuki tersenyum dengan tatapan tidak enak, di tangannya ia membawa koper.
"tidak apa-apa, bibi sangat senang menyambut mu." Setelahnya mereka segara masuk ke mobil dan pergi dari sana, ke rumah keluarga Jung.
Rumah keluarga Jung hanya apartemen yang cukup luas, di sana ada 3 kamar dengan 1 kamar utama yang di tempati bibi dan paman Jung, 1 kamar berukuran sedang milik Jay dan kamar paling kecil untuk kamar tamu, walaupun kecil namun kamar itu sangat rapi.
"Jaemin tinggal di asrama, kamu bisa pakai kamarnya jika kamu mau." Ibu Jung berucap lebut saat mereka sudah memasuki rumah itu.
"tidak usah bibi, aku bisa gunakan kamar tamu saja jika ada." Yuki merasa tidak enak lagi.
"kamar tamu sangat kecil dan tidak akan nyaman untuk mu, tidak apa, pakai saja kamar Jaemin, lebih nyaman di sana." Ibu Jung menarik Yuki dan kopernya menuju kamar Jay.
Kamar itu sangat rapi, tapi Yuki bisa merasakan ada aroma parfum milik Jay, ia selalu menyukai wangi yang keluar dari Jay.
"istirahatlah dulu. kamu sudah makan?" tanya ibu Jung lagi.
"sudah tadi di pesawat."
"tidak ingin makan lagi? Makanan di dalam pesawatkan tidak terlalu enak." Tawar ibu Jung lagi dengan lembut.
"tidak perlu bibi, aku sudah kenyang juga." Memang benar Yuki masih kenyang dengan makanan pesawat tadi, ia juga bukan seorang foody, ia bisa makan hanya untuk formalitas.
"ok, kalau perlu sesuatu, bibi ada di depan ya."
"iya bibi." Yuki mengangguk.
Setelah ibu Jung keluar dari sana, Yuki mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Kamar ini tidak besar, namun juga tidak kecil, suasanya hitam putih dan terlihat sangat elegan.
Yuki mendudukan dirinya ke kasur yang sangat empuk masih dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Ada komputer, keyboard hitam di dekat meja komputernya, ia juga bisa melihat lemari berwarna putih dengan aksen hitam, kamar ini sangat nyaman.
Yuki merebahkan tubuhnya di kasur itu dan menghela nafas, ia mengambil ponsel di kantong coatnya dan mengirimi Jay pesan.
"aku sudah sampai dan sekarang aku ada di kamar mu."
Jay tidak langsung menjawab pesannya, Yuki membongkar kopernya dan mengambil pakaian ganti karena ia memang tidak akan ke kantor hari ini.
Yuki hanya rebahan sembari memainkan ponselnya, melihat-lihat berita dan pesan grup dari teman-temannya yang heboh setelah pemotretan buku tahunan dan rencana acara perpisahan.
Ia membalas sesekali.
"jadi bener ya kita pake kebaya warna pink pas kelulusan."
"iya, pink aja."
Mereka sudah sepakat menggunakan kebaya pink, jadi Yuki tidak mengatakan apapun lagi.
"ehh, Yuki udah sampe korea?"
"cepet banget."
"iya lah, aku kan naik pesawat, bukan naik perahu, Cuma 8 jam dari jakarta ke korea."
Mereka membicarakan banyak hal setelahnya sampai pesan dari Jay muncul.
"di kamar ku?"
Yuki tersenyum "iya, di kamar mu." Yuki mengambil foto selfie di kamar itu dan mengirimkannya pada Jay "ibu mu menyuru ku untuk menempati kamar mu, padahal aku sudah bilang aku bisa tidur di kamar tamu."
"ohh, tidak apa-apa, aku juga tinggal di asrama jadi aku tidak bisa pulang ke rumah."
Mereka melanjutkan acara chat mereka sampai Yuki ketiduran di atas kasur Jay yang sangat empuk itu.
Hari menjelang malam, ibu Jung masuk ke dalam kamar dan melihat Yuki yang masih tertidur lelap, jujur saja ia tidak tega membangunkannya, ia tau Yuki baru selesai ujian dan pasti masih sangat lelah, tapi ia harus membangunkannya karena ini waktu makan malam.
"Yuki, Yuki sayang, bangun, makan dulu."
Yuki orang yang sensitif, sedikit suara bisa membangunkannya, jadi ia langsung terbangun dan melihat ibu Jung sedang menatapnya di pinggir kasur.
"waktunya makan malam." Ucap ibu Jung lagi dengan lembut.
"ohh, iya." Yuki segera bangun dan turun bersama ibu Jung, ia juga bisa melihat ayah Jung yang baru duduk di kursi makan.
Mereka makan bersama dengan baik, sesekali mereka akan bertanya beberapa hal pada Yuki.
"nilai ujian mu belum keluar?"
"belum, mungkin minggu depan baru akan di berikan, tapi kami sudah menyiapkan acara perpisahan." Ucap Yuki.
Mereka sudah selesai makan dan Yuki membantu membereskan meja, walaupun ibu Jung sudah melarangnya, bahkan Yuki juga memaksa untuk mencuci piring.
Bagi Yuki yang memang sudah di ajarkan sejak kecil, mencuci piring saat sudah selesai makan di rumah orang adalah sopan santun, walaupun hal ini agak aneh untuk ibu Jung.
"kenapa kamu nyuci piring, kamu kan tamu."
"tidak apa-apa, mama ku selalu bilang jika habis makan di rumah orang harus cuci piring sendiri, namanya sopan." Ucap Yuki sembari membilas piring yang ada di tangannya.
"yahh, apa budayanya begitu?" tanya ayah Jung.
"iya, tapi tergantung dari ajaran orang tuannya lagi, jika di keluarga ku, aku di ajarin seperti itu." Yuki sudah selesai mencuci piring dan kembali ketempat duduk di meja makan.
Banyak hal yang mereka bicarakan, sampai Yuki pergi mandi dan ia kembali ke kamar Jay.
Yuki menidurkan lagi tubuhnya di kasur empuk itu dan berguling kesana kemari, malam itu cukup dingin, karena Yuki juga habis mandi air dingin, segera ia masuk ke alam mimpi.
Keesokannya ia sudah bangun subuh, sebelum ibu dan ayah Jung bangun ia sudah terbangun, membersihkan diri dan bersiap, sampai ibu dan ayah Jung terbangun.
Mereka sarapan bersama. Yuki pergi ke agensi pada waktu agak sore, jadi ia bisa bersantai sejenak di rumah, sedangkan ayah dan ibu Jung harus pergi karena bekerja.
Saat waktu yang sudah di tentukan ia pergi ke sana dan ia bisa menemukan Jay yang sudah menunggunya masih dengan seragam SMA yang melekat di tubuhnya.
Saat Yuki melihatnya ia hanya bisa tertawa miris.
"kenapa?"
"kau, kenapa bertambah tinggi dengan sangat cepat?" Yuki menatapnya dengan intimidasi.
Yuki memang saat ini lebih tinggi dari terakhir dia hidup, namun Jay tetap lebih tinggi darinya yang tentu saja karena dia adalah laki-laki, tapi di banding dengan Jay, mereka bak manusia dan titan.
"yaahhh..." Jay hanya bisa tertawa dengan tatapan tidak berdaya "ayo naik."
Mereka berjalan menuju lift untuk menuju tempat pertemuan yang sudah di tentukan.
Di dalam lift mereka bertemu dengan salah satu trainee yang akan menjadi anggota tim yang sama dengan Jay, ia melihat Yuki dan Jay sedang bercanda dan mereka berdua terdiam saat pria itu masuk.
"ahh, maaf Jaemin, ganggu kalian." Ia tertawa canggung.
"kau salah faham hyung."
"owhh, ok." Mendadak lift sangat sunyi sampai trainee bernama Dohyun itu memecah kesunyian "mau kemana?" tanyanya pada Jay.
"mau ada urusan sama boss."
Dohyun terdiam sejenak dan menatap Jay terkejut "ngapain?"
"ada urusan aja."
"ohh, ok." Tak lama pintu lift terbuka dan Dohyun turun "ya udah, aku pergi dulu."
"ya, hyung."
Saat pintu lift tertutup, Yuki baru bicara lagi "Dohyun masih keliatan sangat muda."
"hahaha, tentu saja kan, terakhir kali sudah berapa tahun semenjak kami debut."
Mereka sampai pada lantai yang mereka tuju dan mereka segera ke ruangan yang sudah di tentukan, mereka melihat beberapa staff.
"ohh, kalian duduk dulu."
Mereka tidak menunggu terlalu lama, lagipula memang mereka datang terlalu cepat, jadi wajar jika mereka menunggu sebentar.
Tak berapa lama masuklah pria paruh baya itu dan rapat di mulai setelah beberapa basa basi singkat.
"jadi kami di sini ingin bekerja sama dengan kalian, Jaemin sudah bilang bahwa harus izin dari kalian berdua untuk menggunakan karakter dan vocaloid yang kalian buat. Bagaimana menurut mu?"
Setelah beberapa lama Yuki terdiam sejenak, ia membuka suaranya "kalian tau cara membuat movementnya kan?"
"...." mereka terdiam mendengar perkataan Yuki.
"yahh, jika kalian bisa dan tau bagaimana menggunakan kesayangan ku dengan baik, tidak masalah untuk ku, anggap saja anak-anak ku masuk ke dalam agensi ini, hanya saja perusahaan harus tau cara memberlakukan mereka dengan baik."
Yuki menanyakan hal ini karena ia ingat karakter yang mereka buat, bukan karena sangat buruk, hanya karena kurang saja di matanya jika di banding dengan standar virtual idol.
Ntah bagaimana mereka melakukannya.
"kami memang masih baru dalam hal virtual idol, jadi bagaimana jika kalian berdua membantu kami juga bagaimana cara membuat virtual idol yang baik."
"..." sebenarnya mungkin virtual idol yang mereka buat tidak buruk, hanya yang membuatnya kurang adalah physical movement yang masih ada beberapa glitch dan ada beberapa yang terlihat sangat kaku "baiklah, saya setuju dengan kerja sama ini, asalkan saya dan Jaemin masih memegang penuh mereka selaku creator. Saya akan melihat kondisi yang agensi inginkan, jika sesuai, maka saya akan menandatangani surat kontraknya." Yuki menatap Jay "bagaimana?"
"aku setuju dengan mu." Jay menjawab. Jika Yuki setuju, ia juga akan setuju, ia tau pasti Yuki sudah memikirkan hal ini dengan baik.
Mereka menyelesaikan masalah kontrak dengan baik dan hati-hati, setelah Yuki tidak merasa ada yang salah dengan kontrak ia menandatanganinya dengan Jay.
Setelah selesai mereka segera keluar dari sana.
"Jay, kamu mau makan malem bareng? Udah jam segini." Yuki melihat jam tangan di lengannya, jam ini pemberian dari ibu Jung beberapa waktu yang lalu dan ini di buat khusus dengan ukurannya, Yuki tidak yakin berapa harganya dan ia tidak bisa menolak karena ibu Jung sudah membelikannya khusus."
"boleh, tapi aku tidak bisa keluar karena aku ada latihan setelah ini."
"tidak apa-apa, kita makan di kantin aja." Karena itulah mereka di sini saat ini, membeli beberapa makanan dan mencari tempat duduk.
"Jaemin!!" Jay menoleh saat seseorang memanggilnya dan melihat Minhyuk duduk bersama beberapa trainee lain, beberapa trainee menyadari Jay tidak sendiri, yang lain telat menyadarinya, Jay berjalan dengan seorang wanita yang manis.
Jay dan Yuki menghampiri mereka "hai hyung, boleh di sini? Aku sama teman ku." Jay bertanya yang tentu saja di angguki yang lain.
Setelah Jay dan Yuki duduk mereka makan dengan baik sembari berbicara beberapa hal, bahasa yang mereka gunakan hampir bercampur bahasa korea, inggris dan indonesia, tapi mereka tidak terlihat terganggu menggunakan bahasa semacam itu.
"Jay, ini pacar mu?"
Mendengarnya Jay hampir menyemburkan minumannya sedangkan Yuki terkejut dan tertawa canggung.
"bukan, kami teman baik, kami tidak berpacaran." Yuki menjawab dengan senyum yang terlihat seperti senyum bisnis.
Mereka hampir tidak percaya, mereka tau bahwa Jay sering menelpon seorang wanita dan mereka tau bahasa yang di gunakan Jay memang selalu seperti ini, bercampur dengan bahasa lain, jadi mereka tau wanita itu pasti gadis yang sedang bersama mereka ini.
Wanita ini mengatakan mereka tidak berpacaran?
Tidak meyakinkan memang, tapi mereka berdua sudah mengakan bahwa mereka tidak berpacaran jadi mereka hanya bisa percaya dengan apa yang dua orang ini katakan.
Mereka makan bersama, Jay kembali berlatih sedangkan Yuki pulang ke rumah.
Yuki tidak lama ada di sana setelah melakukan beberapa hal untuk agensi ia harus segera kembali ke indonesia karena ia sudah absen untuk latihan vokal paduan suara perpisahan.
Sekembalinya Yuki, ia sudah si sambut ibunya, mereka pulang ke rumah.
.
.
.
"ini dia nilai ujian negaranya dan ini nilai ujian sekolahnya."
Ibu Yuki bisa lihat nilai Yuki yang nyaris semua sempurna kecuali matematika, ia mendapat nilai paling rendah untuk mata pelajaran itu, paling rendah pun ia masih mendapat nilai yang bagus.
Yuki lagi-lagi mendapat penghargaan, bahkan sudah di tingkat provinsi, ia mendapat beasiswa di beberapa tempat, ada beberpa beasiswa untuk sekolah luar negeri salah satunya korea dan di salah satu sekolahnya, ada sekolah milik Jay.
Yuki memiliki riwayat lomba pianis antar negara, sekolah Jay adalah sekolah seni, jadi mereka juga ingin Yuki ada di sana.
Ia bisa memilih kemana ia akan pergi namun ia masih memikirkannya.
"beasiswa di sekolah ku?" Jay terdengar kaget mendengar ucapan Yuki.
"iya, sebenarnya aku bisa memilih, bukan hanya beasiswa nilai tapi juga beasiswa skill, karena itulah..."
"sekolah di sini aja."
"..." Yuki menghela nafas "aku akan memikirkannya." Yuki terdiam sejenak "aku ingin masuk ke sekolah kakak ku, tapi aku juga ingin di sana." Yuki terdengar bimbang.
"haha, ya sudah, pikirkanlah dengan baik, sepertinya di sekolah manapun kamu akan sama saja."
"huh?"
"iya, kamu selalu mendapat nilai yang nyaris sempurna."
"yahh, tidak juga, kau berlebihan."
Setelah bicara beberapa hal mereka memutuskan sambungan, Jay harus kembali berlatih sedangkan Yuki rebahan di kasur sembari berfikir, apa yang harus ia ambil.
Ia ingin pergi ke sekolah yang sama dengan Jay, namun ia juga ingin memperbaiki masalalunya di sekolah yang lama, jadi ia masih bingung dengan jalan yang ingin ia lalui.
Beberapa hari kemudian, sudah saatnya ia memilih dan dengan berat hati ia akan memilih sekolahnya yang lama, ia hanya ingin mengubah masalalu di sekolah lamanya.
Ia dulu bukan anak yang pintar apalagi menonjol, jadi ia tidak terlalu dikenal, bukan hanya tidak di kenal, mereka hanya tidak ingin berteman dengan Yuki dari 2 orang merembet menjadi satu kelas, dari 1 kelas menjadi 1 angkatan.
Alasan lain yang ia tau adalah karena ia berteman juga dengan anak yang tidak di sukai, dulu ia memiliki teman beda kelas, saat kelas 11 ia di jauhi lagi karena teman yang tidak di sukai ini selalu mengikuti Yuki kemanapun, jadi Yuki juga ikut di jauhi.
"haahh." Yuki mengakuinya bahwa anak ini bukan hanya lamban dalam belajar namun pola fikirnya juga aneh, tidak tau harus melakukan apa lagi.
"kenapa kamu pilih sekolah ini?"
"..." Yuki bahkan tidak bisa memberi alasan spesifik kenapa "kakak saya sekolah di sana." Sekarang Yuki menjadikan Yuri sebagai tameng, ia tidak bermaksud, di sekolah itu memang ada dari sd sampai perguruan tinggi, walaupun memang lebih banyak orang yang sekolah di sana saat SMP, SMA, dan SMK.
Di sana juga adalah sekolah islam, jadi Yuki juga mengambil alasan itu untuk masuk ke sana, padahal jika ingin sekolah islam, kenapa tidak ketempat yang lebih bagus?
Intinya itu hanya alasan.