Sakura menatap sepiring spagetty yang baru saja ditaruh pelayan di depannya.
"Kii, kamu tahu ini kehidupanku yang keberapa?"
"Bagaimana aku tahu? Aku bukan angel." Abaddon menjawabnya setelah memastikan pelayan tersebut pergi dari mejanya.
"Kalau ini adalah kehidupan keduaku, berarti aku hanya memiliki sisa satu kehidupan lagi." Dia memutar spagetty di depannya dengan garpu lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Kamu ini! Daripada memikirkan itu, lebih baik kita pergi dari tempat ini." Abaddon tampak stress dan memijat kepalanya.
Sakura tertawa. "Karena kamu tidak mau mengabulkan permintaanku. Jadi lebih baik aku sendiri yang mengabulkan permintaanku." Dia melihat ke arah orang-orang di luar restoran yang berkerumun memandang kami yang berada di tengah restoran. Bahkan pelanggan lain yang berada di dalam restoran sembunyi-sembunyi menatap kami.
"Hei, bukankah kamu idol? Apakah hal ini tidak berdampak pada karier mu?" tanyanya tak sabar sambil memegang kepalanya seperti manusia yang memiliki sakit kepala.
"Tentu saja akan berdampak besar jika aku menjadi idol." Jawab Sakura dengan mudahnya.
"Lalu?"
"Karena aku sudah keluar, jadi ini tidak masalah."
Abaddon nyaris menumpahkan minuman dari gelas yang berada di tangannya. "Apa maksudmu?"
"Aku keluar." Ulangnya. Dengan senyum.
"…"
"Aku mengatakan alasan pada atasanku. Tapi apakah kau tahu? Mereka tidak percaya alasanku adalah karena aku sudah menemukan soulmate-ku. Tapi aku tak perduli apa mereka percaya atau tidak. Aku juga yakin mereka telah berdiskusi untuk memberikan alasan terbaik kepada yang semua orang kenapa aku berhenti." Sakura terkekeh. "Ah aku juga tidak perduli."
"Kamu keluar… setiba-tiba itu?"