"Apa kamu benar sudah berusaha mencari tahu?" Abaddon tampak menekan rasa frustasinya.
Dokter di depannya menghela nafas panjang. "Kami sudah berusaha sebaik-baiknya. Tapi kami tidak dapat menemukan apapun."
"Lalu kenapa Sakura-" Abaddon tidak kuasa untuk melanjutkan kalimatnya.
"Mungkin karena dia terlalu lelah, dia adalah idol dengan tingkat kesibukan yang tinggi. Mungkin-"
Abaddon menatap dokter itu tajam.
"Atau mungkin karena kecelakaan dulu, membuat tubuhnya melemah."
"Mungkin." Dokter tampak tidak begitu yakin. "Kami tidak menemukan apa pun. Kami hanya menemukan bahwa tubuh Nona Sakura menjadi semakin lemah."
"Tidak mungkin seseorang menjadi lemah tanpa sebab."
"…Kami akan terus mencari tahu." Ucap dokter itu akhirnya. Dia tampak putus asa di depan Abaddon yang terlihat murka.
Abaddon berdiri dan meninggalkan ruang dokter itu. Dia memijat kepalanya sambil berjalan menuju kamar Sakura.
Namun Abaddon tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Dia masih dapat mendengar Sakura sedang berbincang ramai dengan teman-temannya.
Tak lama teman-temannya keluar dari ruangan dan Abaddon masuk setelah berpapasan dengan mereka di pintu.
"Oh, apa kamu menunggu di luar?" Sakura akhirnya menyadari kehadiran Abaddon.
Abaddon mengangguk.
"Harusnya kamu masuk saja. Aku dapat mengenalkanmu dengan teman-temanku." Sakura menatap Abaddon yang hanya diam duduk di samping tempat tidurnya. "Eh apa kamu tahu kalau teman-temanku yang tadi adalah idol? Mereka masih aktif sampai sekarang. Mereka menyempatkan mampir menjengukku, padahal jadwal mereka begitu padat. Mereka benar-benar baik kan?"
Abaddon tersenyum getir menatap Sakura. "Iya mereka baik."
"Hei, dengan raut wajahmu seperti itu, kamu membuat ruangan menjadi muram."
"Maafkan aku."
"Kenapa? Dokter mengatakan hal buruk? Apa penyakitku?" Sakura tampak penasaran.
Abaddon menggeleng. "Dokter tidak mengatakan apapun."