Beberapa hari lalu adalah hari kelulusan sekolah tingkat menengah pertama. Betapa senangnya Angel saat dirinya sudah terlepas dari masa SMP dan sebentar lagi masa SMA-nya akan dimulai. Sebagai perayaannya, hari ini dia dan ketiga temannya berada di coffee shop, Angel memberikan tiga minuman kesukaan teman-temannya itu secara cuma-cuma. Itu karena dia mendapat peringkat lima dari seluruh siswa dan siswi di SMP-nya.
Tiga gadis lainnya yang bernama Feli, Della, dan Kalula itu duduk di bangku yang letaknya dekat dengan jendela. Pun tujuannya agar bisa memandang jalanan luar. Selain itu, salah satu dari ketiga gadis di sana, menaruh perhatiannya pada laki-laki yang berada di toko cokelat di depan coffee shop milik Angel ini. Sudah sejak satu bulan lalu Della menyukai laki-laki itu, padahal berinteraksi saja belum pernah. Bahkan, dirinya yang paling sering datang ke sini hanya untuk melihat paras misterius Edwin.
"Dia tak akan menampakkan dirinya jika kau terus melihat ke sana," tegur Angel bersamaan menarik kursi untuk tempatnya duduk.
"Kau lebih mengenalnya dari yang aku kira," balas Della.
Angel memutar bola matanya jengah, dia menggeleng kecil. "Setiap hari aku melihatnya, Della," balas Angel lagi.
Della hanya mengangguk paham, sedangkan teman-temannya pun menggeleng, setuju dengan perkataan Angel. Hanya Della satu-satunya yang sering lupa atau lambat akan suatu hal. Kendati begitu, tiga gadis lainnya tak bisa melepaskan Della begitu saja, hatinya sangat baik dan juga lembut. Setiap lingkaran pertemanan, pasti membutuhkan sosok yang seperti Della.
Terlepas dari seragam SMP, memang semua murid akan senang dan mereka juga harus melanjutkannya ke SMA. Hanya saja, keempat gadis itu masih belum membahas tentang SMA yang ingin mereka tuju. Mereka ini sudah saling terikat dan membutuhkan satu sama lain. Mereka khawatir, jika setelah ini keempatnya akan sulit untuk bertemu. Rasanya sulit ketika harus melepaskan semua kenangan bersama. Pun mereka dipertemukan ketika duduk di bangku kelas dua SMP, dimana tahun itu ada banyak kenangan menyenangkan yang sengaja maupun tidak sengaja dibuat.
Empat gadis remaja itu masih asyik dengan obrolan ringan mereka, seolah tak akan ada perpisahan diantara keempatnya. Namun, ketika ibu Angel menghampiri mereka berempat dan melontarkan pertanyaan yang sejak kemarin mereka hindari, seketika keempatnya hanya terdiam dan saling memandang satu sama lain. Terlihat Angel yang paling merasa tidak enak, lantaran ibunya menanyakan diwaktu yang tidak tepat.
"Baru beberapa hari lulus, Ma. Kami berempat juga sedang memikirkannya," ucap Angel yang mencari alasan.
"Jangan terlalu santai, Edwin saja sudah mendapatkan SMA," timpal sang ibu.
Belum membalas ucapan sang ibu, Della lebih dulu menyela lantaran tertarik dan penasaran tentang sekolah yang telah didapatkan oleh laki-laki yang menarik perhatiannya itu.
"SMA mana, tante?" tanya Della penuh semangat.
"Tante tidak tahu, kemarin ibunya yang bercerita jika Edwin sudah selesai mengurus sekolah barunya," jelas ibu Angel.
Angel sudah malas sekali jika mendengar nama laki-laki itu. Rasanya seperti Edwin itu sengaja melangkah lebih jauh agar dapat dibandingkan dengan dirinya yang terbilang santai untuk memilih sekolah. Gadis itu hanya membuang nafasnya panjang, menutup telinganya jika sudah masuk ke dalam pembahasan Edwin. Biarlah Della yang senang dengan topik pembicaraan itu. Angel hanya memainkan minuman latte dengan gambar bunga di atasnya.
"Gambar sudah cantik, malah kau hancurkan," kata Feli yang menyadari kegiatan Angel.
"Aku sudah sering melihat gambar seperti ini. Bosan," timpal Angel.
Pun gadis itu mendapat gelengan dari Feli, paham jika temannya ini adalah anak dari pemilik coffee shop, tak ayal jika Angel memang bosan terhadap latte art. Sudah terlalu sering melihatnya.
Tak lama setelahnya, ibu Angel pergi meninggalkan keempat gadis remaja di sini. Keempat gadis itu masih terdiam, yang mana obrolan tadi membuat mereka kebingungan untuk mencari topik pembicaraan. Pasti pada akhirnya SMA yang akan jadi topik mereka.
"Kenapa kita tidak daftar di SMA yang sama saja?" Kalula mencoba untuk memberikan saran pada tiga temannya.
"Justru, aku khawatir jika kita berada di SMA yang sama. Kita belum tentu berada di kelas yang sama. Dan lagi, kita akan sibuk dengan teman-teman kita yang baru," balas Feli.
"Berbeda SMA pun kita juga akan sibuk dengan teman-teman baru," timpal Kalula.
"Tapi, kita tak melihatnya langsung,"
Dari mereka semua, Angel sejak tadi terus bungkam. Dia sama sekali tak bersuara, hanya memainkan minumannya yang telah tercampur jadi satu. Itu karena Angel memang tak memiliki sesuatu untuk dibicarakan, dan membiarkan teman-temannya terus berdiskusi tanpa dirinya. Entahlah, mendadak Angel jadi tidak memiliki suasana hati yang baik jika membicarakan sekolah yang akan mereka daftar nantinya. Gadis itu juga khawatir jika salah menyampaikan pendapatnya yang membuat teman-temannya tidak setuju.
"Kalau aku rasa, lebih baik pilih sekolah sesuai kemauan saja. Tidak perlu harus sekolah yang sama. Percuma jika hanya ikut dengan teman, tapi tidak nyaman di sekolah itu," kata Della setelah mendengar konversasi yang terjadi antara Feli dan Kalula.
Angel hanya menganggukkan kepalanya. Entah kenapa dirinya merasa ucapan Della adalah solusi terbaik. Karena bagaimanapun juga, ini menyangkut masa depan mereka berempat—walaupun, dirinya juga tidak siap jika harus berpisah dengan ketiga temannya. Sebab kalimat sang ibu yang secara mendadak masuk, membuat keempat gadis itu telah memutuskan untuk mendaftar ke SMA yang berbeda. Dan lagi, mereka juga belum memutuskan sekolah mana yang akan mereka tuju.
"Del, kau tak ingin datang ke sana?" tanya Feli yang menunjuk ke arah toko cokelat Edwin dengan dagunya. "Beli beberapa cokelat untuk camilan kita di sini," tambahnya.
Detik itu juga, Della menoleh ke arah Angel yang masih terdiam dengan manik yang membalas tatapan Della penuh kebingungan. Mendadak perasaannya mulai tak enak kala temannya itu memandang dengan binaran di matanya. "Tidak, Della. Aku tidak mau kau ajak ke sana," tolak Angel dengan cepat.
Temannya itu terus memohon dengan kedua tangan yang menyatu di depan tubuh. Berharap agar Angel mau menemani Della untuk membeli beberapa cokelat di sana. Keduanya sampai terus berdebat kecil, membujuk Angel.
"Hanya kali ini, Angel. Aku malu jika harus ke sana sendiri," kata Della.
"Kenapa tidak mengajak yang lainnya saja, sih? Aku tidak mau datang ke tokonya," balas Angel.
"Ayolah, kau itu lebih tahu tentang dia daripada mereka,"
Tangan Angel terus ditarik oleh Della agar segera bangkit dari kursinya. Padahal, hanya tinggal beberapa langkah menuju toko Edwin, tapi temannya yang satu ini tidak mau jika tidak pergi dengan Angel.
"Pembeli yang datang ke sana juga tidak banyak mengetahui tentang dia, tapi mereka tetap bisa mendapatkan cokelat yang mereka mau," timpal Angel sembari menarik tangannya lantaran sudah merasa kesal dengan Della yang memaksanya terus-terusan.