Ini adalah hari Sabtu, tapi Angel sudah harus bangun pagi untuk pergi menuju SMA barunya. Kini gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi, dia berjalan menuju kamarnya guna mengganti pakaiannya dengan seragam olahraga SMP. Dua hari lalu, dia mendapat pesan yang mana seluruh calon siswa baru untuk datang ke sekolah guna membersihkan kelas yang akan menjadi kelas mereka nantinya. Tak menyangka, jika liburan panjang sudah berakhir, hari Senin besok Angel sudah harus berangkat ke sekolah barunya.
Saat ini saja, Angel merasa sangat gugup lantaran waktu cepat berlalu. Seingatnya, baru dua jam lalu dia membuka kedua matanya, kini Angel sudah duduk di ruang makan untuk menyantap sarapan yang telah dibuatkan oleh ibunya itu. Di depannya sang ibu juga tengah menemaninya, tanpa mengetahui jantung anaknya yang berdegup tidak beraturan. Tapi, mana mungkin gadis itu menunjukkan rasa gugupnya di depan sang ibu.
"Berangkat dengan siapa?" tanya sang ibu.
"Yang pasti tidak dengan Edwin," balas Angel dengan cepat. Dia tahu, jika ibunya akan menghubungkannya dengan Edwin yang juga akan berangkat ke sekolah yang sama.
Terdengar suara decakan kecil dari sang ibu, putrinya itu berpikiran terlalu jauh. Memang, seringkali wanita itu menyuruh putrinya untuk berbaikan dengan Edwin, tapi untuk hari ini dirinya sama sekali tidak memikirkan Angel untuk berangkat bersama Edwin. Tak heran jika putrinya berpikiran seperti itu pada sang ibu. Lantas ibunya bangkit dari duduknya, bersamaan memberikan segelas air mineral pada Angel.
"Nanti, jika ingin berangkat, langsung berangkat saja. Mama ingin memandikan adikmu," tutur sang ibu yang langsung diangguki oleh Angel.
Setelah perginya sang ibu, Angel sendirian untuk menghabiskan makanannya sembari bermain ponsel. Tidak, dia hanya sedang menghubungi Della yang juga sama halnya akan berangkat menuju SMA. Mereka ingin masuk bersama, karena memang belum ada yang mereka kenal sebelumnya. Lantas setelah Della juga menyetujui, Angel segera bersiap untuk mengambil tasnya dan berangkat menuju sekolah barunya. Seperti yang tadi dikatakan sang ibu, Angel langsung menaiki motornya tanpa berpamitan pada ibunya.
Motor berwarna putih itu telah melaju meninggalkan rumah. Gadis itu segera membawa dirinya menuju rumah Della. Iya, Angel akan menjemput Della agar mereka bisa masuk ke SMA itu bersama. Ya, walaupun keduanya juga sudah sama-sama tahu jika mereka memiliki jurusan yang berbeda, yang mana akan memiliki kelas yang berbeda juga. Tapi tak apa, selama belum ada penentuan kelas, Angel akan terus bersama dengan Della.
Namanya juga masuk ke lingkungan baru, pastilah ada rasa gugup yang menghampiri setiap orang. Salah satunya Angel dan Della. Setidaknya mereka kenal satu sama lain. Edwin tak termasuk, Angel malas untuk mencantumkan laki-laki itu dalam daftar orang yang dia kenal. Boro-boro kenal, bertemu saja Angel tak mau.
Gadis itu sudah berhenti di depan rumah Della, bergerak turun dan menghampiri temannya yang sudah siap dengan tas yang dibawa di belakang tubuhnya. Selagi menunggu temannya memakai sepatu, Angel juga menyapa ibu Della. Wanita itu baru saja menghampiri mereka berdua yang sedang duduk di teras depan rumah.
"Pagi, tante," sapa Angel lebih dulu.
"Pagi juga, Angel," balas ibu Della. "Kalian akan satu sekolah lagi ternyata," katanya lagi dengan senyuman khas seorang ibu.
"Iya, tante. Inipun tidak disengaja," balas Angel.
Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, bersamaan dengan Della yang sudah selesai dengan urusan sepatunya. Lantas dirinya dan Della segera berpamitan pada wanita itu, mereka harus segera menuju ke sekolah. Waktu masuk sebentar lagi akan dimulai. Pun Angel dan Della sudah menaiki motor, melajukannya menuju sekolah mereka yang baru.
Selama perjalanan menuju sekolah, Angel dan Della tak henti-hentinya saling berbicara. Mungkin itu adalah cara mereka untuk mengurangi rasa gugup yang sudah sejak kemarin menghantui keduanya. Angel itu tidak suka terlalu banyak bicara, tapi pagi ini justru dia tampak banyak bicara, lantaran dia agak khawatir semisal nantinya dia benar-benar mati kutu dan tak bisa berbicara apapun—saking sudah terlalu banyak terdiam.
Hingga beberapa menit setelahnya, kedua gadis itu akhirnya tiba di sekolah. Ada banyak calon kakak kelas mereka yang mengarahkan para calon peserta MPLS yang membawa motor untuk meletakkan kendaraan mereka pada lahan parkir yang disediakan agar bisa tertata lebih rapi. Barulah semua calon siswa di sana berkumpul pada lapangan utama untuk berbaris sesuai dengan sekolah mereka masing-masing. Angel dan Della sama sekali tidak memisahkan diri mereka.
Sampai ketika mereka berdua memperhatikan keadaan sekitar, hanya total lima orang yang berasal dari sekolah yang sama dengan mereka. Pun kedua gadis itu adalah dua orang gadis diantara lima orang lainnya—tiga sisanya adalah laki-laki. Astaga, sungguh semakin gugup ketika menyadari tak ada orang lain selain Della yang Angel kenal. Pun mereka terlanjur memilih jurusan yang berbeda, sudah pasti Angel tidak akan bisa memiliki teman sekelas yang dia kenal lama.
Kegiatan mereka di sana akhirnya dimulai, para kakak kelas sedang memberitahu kegiatan mereka hari ini. Tak ketinggalan, kepala sekolah dan guru kesiswaan juga turut untuk memberikan kata sambutan untuk para calon siswa dan siswi SMA ini. Sampai beberapa menit setelah memberikan kata sambutan, akhirnya seluruh calon peserta MPLS ini kembali diberikan pada kakak OSIS yang akan mengurusnya. Biasanya, jika sudah diambil alih oleh kakak kelas, kegiatan seperti ini akan memakan banyak energi. Itu salah satu yang membuat kebanyakan siswa maupun siswi merasa gugup—khawatir jika mereka tidak dapat melakukannya.
Kembali mencoba untuk lebih tenang, Angel dan Della hanya berdiri seraya mendengarkan rangkaian kegiatan yang sedang disebutkan oleh ketua OSIS yang berdiri di depan para calon siswa dan siswi ini. Lantas yang membuat Angel cukup terkejut adalah ketika laki-laki yang berdiri di depan mereka mengatakan jika mereka akan diberikan waktu sekitar lima belas menit untuk menemukan nama mereka pada kartu yang akan menjadi bukti bahwa mereka merupakan peserta MPLS ini.
Benar, 'kan, pada akhirnya dirinya juga akan berlari demi mencari kartu peserta miliknya. Angel sudah memejamkan kedua matanya, merasa kacau dengan kegiatan ini. Memang menyebalkan bagi Angel, jika apa-apa harus menggunakan banyak energi. Gadis itu sampai menghela nafasnya karena dia akan menghadapi kesulitan setelah ini.
Hingga pada akhirnya suara peluit panjang, menandakan jika semua calon peserta MPLS harus segera mencari kartu peserta mereka. Dengan helaan nafas berat, Angel akhirnya berlari dan segera mencari kartu peserta miliknya. Semoga saja makanan yang tadi dia makan tidak keluar lagi karena perutnya yang terguncang.
Dirinya berlari pada tempat pertama, tangan dan matanya terus bergerak guna melihat satu persatu kartu yang bertuliskan namanya. Sayangnya, di tempat itu tak ada namanya sama sekali. Pun dirinya sampai mengerang kecil, lantaran sulit mencari miliknya dari sekian ratusan siswa dan siswi yang juga mencari milik mereka.
"Aku hanya ingin cepat selesai," ucapnya lirih.