Chereads / Left And Right / Chapter 11 - Mengambil Milik Orang

Chapter 11 - Mengambil Milik Orang

Sudah melewati masa MPLS, hari ini adalah hari pertama mereka memasuki kelas menggunakan segaram sekolah yang baru. Tentu saja, hal ini sudah resmi hari pertama mereka benar-benar akan menjadi seorang siswa dan siswi SMA. Semua siswi baru di sana pasti merasakan bagaimana senang sekaligus gugup ketika harus beradaptasi dengan sekolah yang baru. Memang akan memakan banyak waktu, tapi setidaknya mereka semua tidak merasa sendirian. Tentunya, siswa dan siswi lainnya juga merasakan hal yang sama.

Masih berada di dalam rumah, gadis itu sedang memperhatikan penampilannya dari depan cermin. Dirinya merasa sangat puas dengan seragam yang sudah diambil beberapa hari lalu. Iya, dia puas seperti beberapa tahun lalu, hasil jahitannya sama sekali tidak mengecewakan. Dan tentunya, dia justru terlihat sangat baik ketika memakainya. Ada senyumlah barang tak pantang jelas di wajah gadis itu. Setelah cukup lama dirinya memandang penampilannya, akhirnya Angel memilih keluar dari kamar, menghampiri sang ibu dan juga ayahnya yang sudah berada di meja makan. Ah, karena hari ini adalah hari pertama dirinya bersekolah, ayahnya meminta Angel untuk diantar terlebih dahulu. Entahlah, Angel juga sama sekali tidak mengetahui alasannya. Tapi tak apa, sekalian saja dia bisa mencari tahu di mana letak tempat parkir untuk angkatannya.

Gadis itu sudah memulai acara sarapannya bersama kedua orang tuanya. Angel termasuk hadis yang pendek, jadi duduk di kursi makan saja, kedua telapak kakinya sama sekali tidak bisa menapak di lantai. Justru dia sedang mengayunkan kedua kakinya. Bersamaan dengan kunyahannya, secara tiba-tiba ayahnya itu melontarkan pertanyaan yang pastinya sudah tahu jawabannya.

"Kamu tidak gugup?" tanya sang ayah.

Dengan mulut yang penuh dengan makanan, gadis itu justru mengerutkan kedua alisnya dan menghentikan semua gerakannya. "Tentu saja gugup, tapi apa perlu aku ucapkan?" katanya dengan suara yang sedikit tidak jelas lantaran mulut yang penuh dengan makanan. Lantas dia kembali melanjutkan kunyahannya dan menyiapkan untuk suapan berikutnya.

"Ya sudah, kalau begitu cepat habiskan makanannya, nanti kita bisa terlambat," tutur sang ibu.

Selesai dengan sama urusan yang berada di dalam rumah ini, gadis itu segera berjalan keluar guna memakai sepatunya dan mengambil tasnya yang sudah dia siapkan di sana. Tentu saja agar semua pergerakannya bisa cepat sebelum dia berangkat ke sekolah. Beruntung, sebelum MPLS sudah diberikan waktu untuk memilih tempat duduk, jadi hari ini dia tidak terlalu khawatir semisal sedikit berangkat lebih siang. Angel yakin jika teman satu bangkunya itu pasti juga sudah sampai di sekolah. Tepat setelah berpamitan dengan sang ibu, akhirnya gadis itu berangkat ke sekolah bersama sang ayah—sekaligus ayahnya yang akan berangkat bekerja.

Tak ada kalimat apapun yang terlontar dari mulutnya saat berada di dalam mobil yang hanya berdua dengan sang ayah. Ini karena rasa gugupnya yang lebih besar dari sebelumnya. Mungkin karena dia gugup lantaran semakin cepat sampai ke sekolah. Kedua tangannya menyatu di atas pahanya. Padahal, ayahnya juga tidak memasang pendingin udara yang terlalu dingin, tetapi semua jari gadis itu terasa dingin dan mulai basah. Rasa gugupnya benar-benar menggerogoti seluruh tubuhnya. Pun dirinya hanya bisa diam tanpa berniat untuk mengeluarkan suaranya.

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk sang ayah mengantarkan Angel ke sekolah barunya. Ayahnya itu juga memberikan sedikit nasehat untuk Angel agar tidak bertengkar dengan Edwin. Hah, padahal pagi ini dia sedang gugup, tapi sang ayah masih sempat membahas laki-laki itu, yang bahkan sejak tadi tidak terlintas di kepalanya. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, lantaran dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Mendadak Angel kehabisan suaranya, dan memilih untuk segera keluar dari mobil ayahnya.

"Ingat pesan Papa," tutur ayahnya dari dalam mobil.

"Iya, Pa,"

Pun akhirnya gadis itu melanjutkan langkahnya menuju dalam area sekolah. Dirinya berjalan seorang diri menuju kelasnya. Sepertinya, keputusannya untuk berangkat siang adalah hal yang salah, karena sudah banyak kakak kelas yang lain berhamburan di area sekolah ini. Astaga, Angel lupa jika dia adalah siswi baru di SMA ini. Dengan menelan ludahnya penuh rasa gugup, Angel mencoba untuk mengalihkan rasa malunya. Gadis itu akan menganggap tak ada siapapun di sekolah ini, agar memudahkannya untuk segera menuju ke kelasnya.

Dia abai dengan suara berisik yang berasal dari semua mulut orang-orang yang berhamburan. Sungguh, tak ada satupun kakak kelas yang dia kenal di sekolah ini, membuatnya sangat-sangat malu ketika harus berjalan sendirian melewati gerombolan kakak kelas. Angel takut dia melakukan kesalahan yang sama sekali tidak dia sadari. Pun dengan langkah yang lebih cepat dari sebelumnya, akhirnya gadis itu bisa sampai ke kelasnya. Hanya saja, ketika dia berjalan menuju tempat duduknya, Angel langsung terdiam dan kebingungan dengan seorang laki-laki yang sedang duduk di sana.

"Siapa kau? Kenapa kau duduk di tempat dudukku?" tanya Angel.

"Bukan, ini tempat dudukku," jawab laki-laki itu.

"Seenak jidat kau mengatakan tempat ini milikku. Aku bukan lansia sepertimu yang sudah terkena penyakit alzheimer," kata Angel. Lantas dia mencari teman sebangkunya. "Dimana Lisa?" kepalanya mencari dan menemukannya di tempat duduk Edwin. "Kenapa kau malah duduk di situ? Ini tempat duduk kita," tegas Angel pada teman sebangkunya itu.

"Tapi, dia meminta kita untuk pindah di sini," kata Lisa yang masih berada di tempat duduk Edwin.

Baiklah, Angel tahu jika laki-laki yang berada di tempat duduknya ini adalah teman satu bangku Edwin. Entah kenapa, dia merasa jika Edwin lah yang menyuruh teman sebangkunya untuk mengambil tempat duduknya ini. Tapi, ia sama sekali belum melihat perawakan laki-laki itu di kelas. Jujur saja, Angel sudah menahan rasa kesalnya ketika melihat teman satu bangku Edwin yang sama sekali tidak mau pergi dari bangkunya. Tak lama, tubuh belakangnya merasakan seperti ada angin yang menghempaskan rambutnya. Sempat dia toleh yang ternyata adalah Edwin. Baru akan membuka suaranya, Angel melihat jika Edwin menarik kerah seragam laki-laki yang mengambil tempat duduknya.

"Tak usah berurusan dengan perempuan," kata Edwin yang akhirnya membawa pergi teman satu bangkunya itu. Dirinya juga berbicara pada Lisa untuk kembali ke tempat duduknya yang asli.

Angel sempat memperhatikan gerakan laki-laki yaitu yang membawa teman sebangkunya kembali ke tempat duduk mereka. Bahkan, teman satu bangku Edwin itu sama sekali tidak berani melawan. Namun, Angel tak akan memikirkannya, dan lebih memilih untuk meletakkan tasnya pada kursinya yang sudah berhasil didapatkan kembali. Angel rasa jika teman satu bangkunya ini, sama sekali bukan gadis pemberani. Atau mungkin, karena Lisa memang takut dari penampilan laki-laki yang baru saja mengambil tempat duduk mereka—tampak seperti anak nakal. Angel tidak takut, selagi laki-laki itu tidak bermain tangan.

"Lain kali, panggil aku jika kau diganggu oleh mereka," kata Angel pada Lisa.