Angel baru saja mengeluarkan kain bekas dari tasnya, dia melipat menjadi empat bagian agar mempermudahnya ketika sedang membersihkan meja dan kursi yang kotor. Namun, secara mendadak ia dikejutkan dengan suara laki-laki yang membuat kegiatannya terhenti seketika. Gadis itu menoleh demi melihat siapa sosok yang baru saja berbicara padanya. Seketika Angel langsung memutar bola matanya jengah ketika kedua netranya menangkap presensi Edwin yang berdiri di belakangnya. Bahkan, dengan seenaknya dia meminta sebagian dari kain lap yang dia bawa dari rumah.
Angel sempat memperhatikan kedua tangan laki-laki itu tidak membawa alat kebersihan apapun sesuai yang diperintahkan oleh kakak OSIS beberapa hari lalu. Angel rasa memang Edwin saja yang tidak mau merepotkan dirinya sendiri untuk membawa alat kebersihan. Padahal, tidak semua alat kebersihan memiliki berat yang sama. Dia bisa membawa alat kebersihan lainnya yang ringan. Kemoceng juga tidak memiliki berat yang akan memberatkan tasnya. Sudah terlihat jelas, jika laki-laki itu pasti akan sangat menyusahkan ketika nantinya kegiatan belajar-mengajar sudah dimulai.
"Tidak mau, kain lap ini milikku," tolak Angel.
"Kau tidak membutuhkan kain sebesar itu hanya untuk mengelap satu meja," balas Edwin.
Tetap tak ingin memberikannya pada Edwin, gadis itu menjauhkan kain lap miliknya dari laki-laki yang masih terus berusaha untuk meminta sebagian dari alat kebersihan yang dia bawa. Dia juga beralih dari tempatnya berdiri, menghindari Edwin yang terdiam di tempat seraya memperhatikannya menjauh. Gadis itu mencoba untuk mengabaikan laki-laki di sana, pandangannya hanya terfokus untuk mengelap meja yang akan menjadi tempatnya bersama dengan teman satu bangkunya.
Hanya saja, ketika dia terlalu tenang lantaran merasa mampu mengalahi Edwin, secara tiba-tiba dia terkejut kain lap yang ada di tangannya direbut begitu saja oleh laki-laki itu. Angel sampai mengejar Edwin agar dia tidak bisa merobek kain lap yang baru saja direbut. Berkali-kali Angel meneriakkan nama Edwin, sayangnya laki-laki itu abai dan terus berlari menghindari kejaran Angel. Mereka berdua sama-sama mengabaikan kegiatan yang seharusnya dilakukan saat ini, sampai akhirnya kejar-kejaran itu terhenti setelah dua orang kakak OSIS masuk ke dalam kelas ini. Dua remaja itu seketika mematung dengan perasaan terkejut pun malu menghadap kakak kelas mereka.
"Saya menyuruh kalian untuk bersih-bersih, bukan pacaran," kata salah satu kakak OSIS itu.
"Bukan begitu, kak," Angel bersuara lebih dulu agar tidak terjadi kesalahpahaman. "Dia mengambil kain lap saya secara paksa," jelasnya.
Tatapan kakak kelas itu beralih pada Edwin yang mengalihkan pandangannya ke arah bawah. Tangannya masih menggenggam kain lap milik Angel. Selang beberapa detik setelahnya, keduanya sama-sama terkejut saat kain lap itu di ambil dan digunting menjadi dua sebelum diberikan kepada mereka berdua. Di sana Angel seperti menahan rasa kesalnya, dia sudah berusaha menjauhkan kain lap itu dari Edwin, dan sekarang dengan mudahnya kakak kelasnya itu membagi dua kain lap miliknya untuk diberikan sebagiannya pada Edwin. Sempat dia toleh ekspresi yang terpasang di wajah laki-laki itu, Angel hanya bisa mendengus kasar sembari meninggalkan Edwin.
Dengan wajah kusutnya, Angel membersihkan seluruh bagian meja dan kursi miliknya juga Lisa—teman sebangku Angel. Dari ekor matanya, gadis itu melihat presensi Edwin yang berjalan melewati belakang tubuhnya. Sungguh, gadis itu semakin yakin jika sampai kapanpun akan membenci laki-laki itu. Tak akan harap Angel mau membantunya lantaran mereka berdua berada di kelas yang sama.
"Kau kenal dengan laki-laki itu?" tanya Lisa setelah melihat raut wajah teman barunya itu tampak kesal.
Karena Angel juga baru mengenal Lisa, gadis itu mencoba untuk mengontrol emosinya agar tidak mendapat kesan buruk dari teman barunya ini. "Kenal sih tidak juga. Tapi, toko kedua orang tuanya berada tepat di depan coffee shop orang tuaku," jelasnya. Namun, gadis itu belum menyelesaikan kalimatnya, dia menarik nafasnya panjang sebelum kembali bersuara. "Dia laki-laki yang selalu mengejekku setiap harinya," pungkasnya dengan kedua mata yang tajam ketika mengingat semua ejekan Edwin padanya.
"Mungkin, dia menyukaimu," celetuk Lisa.
"Ey, jangan jadikan ini seperti kisah fiksi. Aku tidak suka drama picisan begitu," balas Angel yang kembali fokus untuk membersihkan meja mereka berdua.
Lisa yang baru saja selesai membersihkan loker meja mereka, bangkit dari jongkoknya dengan tangan yang penuh akan sampah dari kakak kelas mereka yang sebelumnya menempati kelas ini. Sepertinya, bangku yang mereka pilih, sebelumnya ditempati oleh dua orang laki-laki. Terbukti, loker mereka terdapat banyak sampah makanan yang bahkan sampai menimbulkan bau busuk. Baik Angel maupun Lisa, sama-sama memasang wajah jijik mereka ketika menyaksikan semua sampah yang ada di meja ini.
"Cepat dibuang, baunya sangat menyengat," kata Angel yang langsung memberikan akses jalan untuk Lisa membawa pergi semua sampah busuk itu.
Astaga, Angel baru saja mencium bau busuk setelah Lisa membawa keluar semua sampah itu. Dan saat dia mencoba mencari aroma busuk, rupanya aroma itu keluar dari loker mereka. Ya ampun, jika tidak cepat dibersihkan, maka baunya akan semakin menempel. Gadis itu sampai menutup hidungnya ketika mencoba untuk menyingkirkan kursi. Dan secara tiba-tiba dirinya melihat ada semprotan pembersih yang diletakkan di atas mejanya. Benda itu berasal dari laki-laki yang tadi sempat mengambil kain lap miliknya.
"Aku tidak membutuhkan bantuanmu," ucap Angel dengan ketus.
"Kau membutuhkan itu," balas Edwin yang langsung meninggalkan Angel bersama semprotan pembersih itu.
Memang Angel membutuhkan benda itu untuk membersihkan loker mejanya. Sebab, pembersih itu juga mengeluarkan aroma wangi, yang mana juga bisa menghilangkan aroma busuk yang sejak tadi menyeruak dari loker mejanya bersama dengan Lisa. Pun setelah gadis itu melihat Edwin yang sudah kembali ke tempatnya, Angel segera mengambil semprotan pembersih itu. Hidungnya langsung mengkerut ketika aroma wangi dan busuk bercampur jadi satu. Angel juga sudah menyiapkan kantung plasti berukuran besar yang akan menjadi tempat semua kotoran yang berasal dari dalam lokernya bersama dengan Lisa. Cukup terkejut, ketika melihat masih ada banyak kotoran yang bersarang di lokernya. Angel yakin, jika kakak kelas yang sebelumnya menempati tempat duduknya ini adalah dua orang laki-laki yang sangat jorok.
Tepat setelah semua kotoran yang masuk ke dalam plastik, gadis itu segera mengikat plastiknya dan membuang kotoran itu keluar dari kelasnya. Ada banyak pasang mata dari teman-teman barunya ini yang memperhatikannya membawa kotoran dengan aroma yang menyengat. Tapi masa bodoh, yang terpenting tempat duduknya bersama dengan Lisa harus segera bersih dan tidak menimbulkan bau apapun. Angel takkan betah jika tempatnya kotor seperti sebelum dibersihkan. Apalagi sampai menimbulkan aroma busuk. Lantas setelah dia membuangnya, gadis itu kembali masuk ke dalam kelasnya dan membersihkan mejanya untuk yang kedua kali. Dia akan memastikan jika mejanya itu benar-benar bersih.