Apple menatap ayahnya yang terbaring di ranjang dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Ekspresi wajahnya sulit untuk dibaca dan dia tidak bergerak sejak beberapa saat lalu dari tempat duduknya.
Entah apa yang berada di dalam pikirannya sekarang, tapi yang pasti dia tidak memejamkan matanya semalaman, seolah takut kalau dirinya akan melewatkan sesuatu, walaupun seorang dokter telah datang dan memberitahunya kalau ayahnya akan baik- baik saja.
Tapi, dia terlalu khawatir hanya untuk memejamkan matanya.
Tentu saja, siapa yang dapat tertidur dalam situasi seperti ini? Apple juga masih merasa kesal pada Jayden karena telah menyebabkan ayahnya terluka hingga harus dirawat seperti sekarang.
Sementara itu, Pyro telah melewatkan masa kritisnya dan sekarang sedang berada dalam proses pemulihan. Dia tengah berada di bawah pengaruh obat bius untuk mempercepat pemulihannya tersebut, maka dari itu dia belum sadarkan diri hingga sekarang.
Apple mengerti dan para dokter pun telah memberitahukannya akan hal ini, tapi tidak berarti dia akan berhenti untuk mengkhawatirkan keadaan ayahnya.
Dan ketika matahari bersinar melalui jendela yang tertutup tirainya, memancarkan cahaya keemasan yang menyinari ruangan tersebut, Apple mendengar suara pintu yang dibuka dari luar.
Dengan kesadaran penuh dan mata yang tajam dirinya berbalik dan mendapati Jayden Tordoff berdiri di ambang pintu, sementara tangan kanannya membawa sebuah kantong plastic besar yang menunjukkan kalau di dalamnya adalah makanan.
Dia terlihat tampan dan tampaknya foto- foto dirinya di majalah dan berita televisi bahkan tidak bisa menangkap betapa tampannya pria ini.
Sayang sekali, Apple tidak terpengaruh…
"Aku sedang menebus dosaku," ucap Jayden, sambil mengangkat plastic besar di tangannya, menunjukkan kalau dia tidak berniat buruk pada gadis tersebut.
"Dengan membawakanku sarapan?" tanya Apple dengan sinis. Dia masih kesal karena pria muda inilah alasan mengapa ayahnya kini berbaring dan terluka cukup parah.
Jayden meletakkan plastic tersebut di atas meja dan berjalan untuk mengambil kursi untuk duduk di sisi lain Pyro.
"Tadinya aku ingin membawakanmu sekotak perhiasan, tapi kurasa cincin berlian dan beberapa anting tidak akan membuatmu kenyang," jawab Jayden dengan ringan, dan ketika dia duduk di hadapan Apple dan mendapati gadis itu tengah menatapnya dengan galak, dia mengangkat tangannya. "Jangan terlalu lama menatapku, kau bisa terpesona olehku."
Apple membelalakkan matanya dan berdiri, seolah dia siap untuk menghajar pria ini, tapi Jayden kemudian dengan cepat memperbaiki kalimatnya.
"It's a joke, a joke, a lame joke, okay…" he said hastily and then muttered under his breath. "She doesn't have a sense of humor at all…"
"Kau bilang apa barusan?"
"Nothing." Jayden memberikannya senyuman yang paling manis dan menyeringai. "Kita tidak seharusnya berisik di sini, ayahmu bisa terganggu. Bagaimana kalau kita sarapan? Dari semalam aku belum makan."
Semalam adalah kejadian yang panjang dan selain secangkir kopi, Jayden tidak memakan apapun lagi, sementara Misha, dia dengan santainya pulang ke kediaman Tordoff dan menyerahkan segalanya padanya.
Lagipula, Jayden lah yang telah membuat keributan ini, jadi sudah seharusnya kalau dia yang membereskan segalanya, setidaknya itulah yang dia katakan pada sepupunya tersebut.
"Aku membelikanmu sarapan…" Jayden ikut berdiri ketika dia melihat Apple berjalan keluar ruangan. "Mau kemana kau?"
Tapi, Apple tidak menjawab pertanyaannya itu, dia memilih untuk mengabaikannya dan keluar dari ruangan tersebut dengan cepat.
"Pyro… tidakkah kau merasa sangat kesal memiliki anak perempuan seperti itu?" tanya Jayden pada Pyro yang masih belum sadarkan diri. "Kalau kau tidak menjawabku, akau akan menganggap kalau kau setuju denganku."
Tentu saja Pyro tidak bisa menjawab pernyataan Jayden tersebut ataupun membuat pembelaan untuk putrinya.
"Ya, kurasa juga begitu." Jayden mengangguk- angguk, tapi kemudian dia berdiri dan memutuskan untuk mengejar gadis tersebut.
Apple adalah anak dari Pyro dan dia hampir saja membuatnya kehilangan ayahnya, jadi sikapnya bisa Jayden tolerir, lagipula dia memang merasa bersalah…
==================
Beruntungnya Jayden menyebar anak buahnya di beberapa tempat di dalam rumah sakit ini, sehingga dia dapat dengan mudah menemukan Apple di kantin rumah sakit.
Gadis itu tengah duduk sendirian sambil memakan mie instant yang sama sekali tidak menyehatkan, Ramon akan menatap Jayden dengan tajam ketika dia memakan mie instant tersebut ketika dirinya masih kecil dulu.
"Aku membelikanmu makanan yang jauh lebih menyehatkan tadi, tapi kau malah memilih makanan ini," ucap Jayden sambil duduk di hadapan Apple. "Seleramu benar- benar harus dipertanyakan."
Apple tidak banyak bicara, tapi dia segera berpindah meja dan kembali menikmati mie instant yang dia anggap sebagai sarapan itu.
Sementara itu, Jayden yang melihat sikap kekanak- kanakkan Apple justru tersenyum. Entah kenapa melihatnya kesal justru seperti sebuah hiburan baginya.
"Kau tidak seharusnya bersikap seperti ini padaku, ini tidak sopan," Jayden berkata dengan sikap sok bijak sambil duduk di bangku, di hadapan Apple. "Biar bagaimanapun juga aku adalah boss ayahmu."
Apple segera menghentikan makannya dan meminum air mineral dari sebuah botol, tapi ketika dia meletakkan botol minum tersebut, dia sebenarnya menggebrak meja tersebut hingga suara botol dan meja yang beradu tersebut menggelegar di dalam kantin yang sepi ini dan membuat siapa saja yang berada di sana menoleh menatapnya.
Jayden cukup terkejut karena gadis manis di hadapannya ini bisa menjadi sangat brutal.
"Ya, kau mungkin adalah bos dari ayahku, tapi kau bukan bossku," dia berkata dengan kesal.
Hanya saja, Jayden menaikkan alisnya dan tersenyum, menyeringai padanya. "Belum."
===============
Pyro butuh dua hari untuk akhirnya tersadar dan bangun dari tidurnya, tapi butuh waktu seminggu kemudian ketika dia akhirnya bisa benar- benar pulih.
"Apple," panggil Pyro dengan suara yang sedikit serak, dia terlihat jauh lebih baik, walaupun masih terlihat lemah.
"Hm?" jawab Apple, bahkan tanpa membalikkan tubuhnya, karena saat ini dia sedang membereskan pakaian- pakaian ayahnya, rencananya besok mereka akan pulang karena Pyro sudah tidak ingin berada di rumah sakit lagi dan dokter pun sudah mengizinkan dirinya untuk pulang.
"Aku ingin meminta sesuatu padamu," ucap Pyro dengan hati- hati.
"Apa?" tanya Apple, tapi dia masih tidak benar- benar mengalihkan perhatiannya pada Pyro dan masih sibuk dengan baju- baju ayahnya tersebut.
Tapi, Pyro ingin bicara serius dengannya, jadi dia tidak mengatakan apapun hingga akhirnya Apple menyadari hal tersebut dan meninggalkan pekerjaannya untuk membereskan pakaian- pakaian tersebut dan memilih untuk menghadapi ayahnya.
"Ada apa ayah?" tanya Apple sambil duduk di samping ranjang Pyro.
"Aku ingin kau mengambil alih pekerjaanku untuk sementara waktu," ucap Pyro, yang kemudian dapat melihat wajah putrinya berubah seketika itu juga.