Suatu hari ayah menggendongku. Wajahnya dipenuhi tawa kebahagiaan. Ia tidak melepaskanku, menciumi seluruh bagian wajahku. Hingga di usia remajaku, ayah masih menggendongku. Kali ini wajahnya nampak lain, begitu banyak kesedihan yang menamparnya. Ia terus melekatkan wajahku di dekat bibirnya yang terdiri dari lantunan doa mustajab. Ia bergegas lari masuk, berteriak ketakutan untuk meminta tolong. Semua suara dan keadaan terasa samar seketika, sebelum akhirnya aku tidak mampu menahan sakitku. Aku hanya mengingat seragam putih dan wajah ayahku terakhir kali.