Saat terdengar kegaduhan diruangannya Izzan yang ssat itu tengah sibuk menyiapkan dokumen untuk rapat bersama Sandy langsung menghentikan pekerjaannya. Lelaki itu lebih memilih keluar untuk melihat apa yang tengah terjadi diluar ruangan itu. Dengan langkahnya yang terdengar kencang memenuhi ruangan, beberapa karyawan akhirnya memutuskan untuk kbali ke meja kerjanya dari pada melihat Mariana yang tetus mengomeli Shafeeya dan juga Resty disana.
Beberapa dari mereka tengah berbisik dan beberapa lagi sedang menundukkan kepalanya ketika Alan tengah berjalan mendekati Meja sekretaris nya itu.
Tap..tap..tap.
Terdengar suara langkah dari sepatu milik Alan yang tengah dihentakkan di lantai. Mariana yang sejak tadi mengomel akhirnya menyudahi omelannya ketika Alan menatap ke arah wajahnya dengan tajam.
" Ada apa? Kenapa terdengar suara kegaduhan yang membuat karyawan lain tidak konsen bekerja?" ucap Alan dengan nada tegas
Mariana nampak terdiam, sedangkan Shafeeya menyembunyikan wajahnya dibalik pelukan Resty.
Alan melihat sekelilingnya lalu kembali menatap raut wajah Mariana yang kini terlihat sangat gugup.
Alan lalu menghampiri Mariana lalu mengangkat dagunya dengan 2 jarinya.
" Sekretaris ku Mariana apa kau bisa menjelaskan ini kepadaku?" ucapnya dengan tegas
Mariana kini tampak berkaca-kaca kenapa ? Karena saat ini adalah hal sepele saja yang membuat Bos nya merasa terganggu.
" Kau tak mau mengatakannya Mariana? " tanyanya kembali
" Baiklah aku akan..." ucapan Alan terpotong oleh Mariana
" Maaf Pak Alan karena membuatmu merasa terganggu, saya hanya kesal dengan OG baru ini yang membuatkan Coffe cream rasanya terlalu manis." Ucapnya dengan tergagap
" Hanya karena itu? Really?" ucapnya dengan menatap tajam wajah Mariana
" I-iya Pak maafkan saya." Ucap Mariana dengan takut-takut
" Kenapa kau mempermasalahkan hal sepele itu Mariana, dia OG baru tak seharusnya kau menghakiminya seperti itu hingga membuatnya menangis. Kau harus tau dia masih baru belum tentu dia mengerti takaran yang sesuai OB lain buatkan untukmu. Dia perlu belajar untuk itu." Ucap Alan dengan bijak
" Maafkan saya Pak."
" Huffft..Lain kali jangan kau mengulangi lagi Mariana." Ucapnya dengan nada rendah
" Baik Pak."
" Baillah kembali bekerja atau kalian semua akan menerima gaji terakhir kalian hari ini!"
Ucap Alan tegas dan langsung didengar oleh para karyawan, hingga mereka pada akhirnya kembali bekerja begitupun dengan Mariana .
" Dan kalian berdua cepat kalian kembali ke Pantry Sekarang! " Titah Alan lalu diangguki Resty
Alan tak tau jika yang dibopong oleh Resty saat ini adalah Shafeeya, Shafeeya nampak bersembunyi di dada Resty yang sedang merangkulnya.
Alan pun kembali kedalam Ruangannya dan memula kembali mengerjakani pekerjaannya.
..….
Sementara itu, Dion yang sudah menatap jam arlojinya tersenyum sumringah, sebentar lagi akan memasuki jam makan siangnya hingga akhirnya dia mengingat Shafeeya yang saat ini mulai bekerja di Perusahaan Milik Alan. Lelaki itu masih belum tau Ernes menempatkan posisinya dimana hingga akhirnya dia mulai menghubungi Ernes bagian HRD disambungan telepon kantornya.
Tut..
" Hallo, Dengan Ernes Bagian HRD disini. " jawabnya dengan tenang
" Hallo Ernes, saya Dion apa kamu tadi sudah menginterview Gadis yang bernama Shafeeya? "
" Oh sudah pak, Fee sekarang sudah bekerja dilantai 5." Jawabnya biasa
" Oh baiklah kalau begitu terima kasih."
Tut..tut..tut.
Sambungan telepon itu akhirnya ditutup , Dion tak menanyakan lagi bagian apa saat ini Shafeeya ditempatkan hingga Dion pun celingukan kesana kemari namun tak nampak wajah Shafeeya saat ini. Hingga akhirnya Dion kembali lagi menghubungi Ernes lewat sambungan telepon kantornya.
Tit..tit..tit...
" Hallo, Dengan Ernes Bagian HRD disini. " jawabnya dengan tenang
" Ernes kok aku tidak melihat Shafeeya berada di kursi sekretaris? Memangnya kau tempatkan dia di bagian apa?" tanyanya penasaran
Gleg
Ernes langsung menelan salivanya sendiri. Dikira Shafeeya sudah menemuinya namun nyatanya Gadis itu ternyata masih belum menemui Dion dan mengatakan Posisinya sekarang.
" Ehmm apa tadi Shafeeya belum ke Ruangan Bapak? " tanyanya dengan perasaan takut.
" Belum ada yang kesini Ernes, memangnya kenapa?" tanya Dion dengan memincingkan sebelah alisnya.
" Tadi Shafeeya sendiri meminta saya untuk posisinya ditempatkan dibagian Office Girl saja Pak." Ucapnya dengan perasaan takut
" Apa? Di bagian Office Girl katamu?" ucapnya tak percaya
" Iya Pak, Shafeeya sendiri yang meminta posisi tersebut." Jawabnya
Dion mengusap wajahnya dengan kasar beberapa kali dirinya nampak menghembusksn nafasnya dengan kasar.
" Kan sudah aku bilang trmpatkan Shafeeya di posisi sekretaris saja. Ah...kau ini Ernes. " ucapnya dengan nada sedikit marah
" Maaf Pak, mbak Shafeeya sendiri yang tidak mau menempati posisi tersebut." Ucapnya dengan takut
Tut..tut..tut.
Tiba-tiba Dion langsung menutup teleponnya , terdengar kalau saat itu dia membanting teleponnya. Segera dirinya melangkahkan kakinya berjalan ke Pantry, para karyawan yang melihat dirinya tengah berjalan menuju Pantry merasa tak percaya mengingat dirinya tak pernah masuk kedalam Pantry yang ada dikantor.
Tap..tap..tap..
Dia mulai berjalan menyusuri lorong hingga akhirnya dia menemukan sebuah ruangan kecil yang ada di pojok sisi kanan musholla para OB dan OG melaksanakan sholatnya.
Tok..tok..tok..
Pintu ia ketuk dan beberapa karyawan OG dan OB yang ada disana langsung terheran dan kaget dengan apa yang telah dilakulan oleh CEO ini.
" Ehem.." Dion berdehem
Mereka ber empat saat ini langsung menoleh ke arah deheman , ketika mereka melihat siapa yang ada dibelakang betapa terkejutnya mereka saat mendapati Dion yang berdiri dengan menyembunyikan kedua tangannya disaku celananya.
" Pak Dion." Ucap mereka berempat lalu berdiri
Shafeeya nampak salah tingkah, saat ini dia sudah membersihkan dirinya namun noda dibajunya tak bisa dia bersihkan bisa-bisa nanti basah yang ada.
Dion lalu mendekat tapi Shafeeya mengkode untuk menjauh .Dion yang sadar akan hal itu pun mengerti dengan maksud Shafeeya.
" Kau OG baru segera buatkan kopi susu dan antarkan ke ruangan ku sekarang!" Titah Dion
" Baik Pak akan segera saya lakukan."
Dion pun segera keluar dari Ruangan Pantry lalu bergerak menuju Ruangannya. Di meja kebesarannya dia menunggi Shafeeya yang kini tengah membuatkan dirinya minuman.
Beberapa OB dan Karyawan yang tengah menyaksikan Dion tampak melongo melihat tingkah Bosnya yang tak biasa itu, terutama Resty sahabat Shafeeya.
" Sungguh aneh ya dia tiba-tiba datang ke Pantry lalu menyuruhmu membuatkan kopi untuknya." Ucap Resty yang diangguki tiga temannya.
Shafeeya hanya diam saja, sungguh saat ini dirinya semakin salah tingkah saat dia ditatap oleh teman-temanya saat ini.
" Kalian kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya dengan grogi
" Aku merasa sama Pak Dion saat ini, sepertinya dia mengenalmu sebelumnya." Ucap Fifi dengan menatap wajah Shafeeya
Fifi memang sangat jeli dalam menatap seseorang, dia termasuk orang lama disini meski dia baru bekerja 1,5 tahun disini.
" Kamu jangan bicara ngada-ngada deh Fi, mana mungkin Pak Dion itu mengenal dirinya yang baru bekerja sehari." Bela Resty yang diangguki oleh Jaya saat itu.
" Resty benar Fee mana mungkin Pak Dion mengenal Fee yang hanya Office Girl seperti kita disini, apa tak ada wanita cantik yang mendekati dia saat ini?" ucap Jaya dengan terkekeh
" Kau benar Jay Pak Dion mana mungkin punya selera rendah seperti kita ini." Ucap Resty menambahi
Deg.
Hati Shafeeya seakan mencelos mendengar penuturan mereka, kini dia sadar posisinya saat ini, dia tampak sedikit frustasi disisi dia ingin menjauhi mereka berdua karena merasa tak pantas untuk memilih diantara mereka namun disisi lain dia harus melaksanakan wasiat Emak Tonah.
Bersambung..
Hai para Readers tetap semangat bacanya ya, makin kesini cetita akan semakin seru , tetap ikuti setiap babnya ya. Dukung ceritaku agar kedepannya menjadi cerita yang sangat menarik lagi.
Terima kasih dan Happy Reading..