Resty terlihat bahagia saat Fee menawarkannya untuk tinggal bersamanya di Rumah milik Alan saat itu. Gadis itu langsung menerima tawaran itu.
" Beneran kamu mau Res tinggal bersamaku? Nanti kita juga harus masak tiap hari dan membersihkan Rumah Milik Pak Bos disana sebagai ganti kalau kita menginap gratis di Rumah itu."
Jelasnya dengan menatap Resty
" Aku mau Fee kalu itu mah wajar Fee kita bisa berhemat untuk tidak mengeluarkan uang kontrakankan?" jawab Resty dengan tersenyum
" Aku kira kau keberatan tadi, ya sudah hari ini kita berangkat bersama saja kesana nanti aku bantu bawah barang-barangmu ."
" Oke Fee sepulang kerja nangi kita ke kontrakan ku ya."
" Oke Resty, tapi satu hal lagi jangan bilang sama yang lain ya kalau kita menempati Rumah Pak Alan."
" Kau tenang saja Fee aku akan merahasiakan ini. Yuk kita masuk sekarang nanti kalau kelamaan disini Ibu Shanti akan marah." Ucapnya dengan menggandeng tangan Shafeeya.
Shafeeya pun menurut dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Resty. Mereka berdua langsung melenggang menuju pantry.
....
Di tempat lain, setelah tujuh hari kematian Emak Tonah kini terlihat laki-laki yang terlihat sangat lusuh dan kacau saat ini. Sejak Shafeeya pergi dari Rumah dan tak pernah mengirimkan kabar apalagi membalas semua chatnya Arul tampak terlihat kacau saat Shafeeya tak ada disisinya.
Kini terlihat bulu-bulu lebat sudah tumbuh di pipinya, wajahnya sudah tak terawat lagi, saat dia bekerja pun dia kurang bersemangat .
Sudah sering dia menanyakan Ibunya kapan akan menjenguk Shafeeya dan takziah ke makam Emak Tonah namun iIbunya selalu mrmberikan harapan palsunya katanya kesana pas tujuh harinya hingga saat ini tak ada niatan Ibunya untuk datang kesana.
Arul sampai heran dengan Ibunya yang tak sedikitpun punya rasa Empati kepada Kakak kandungnya yang sudah meninggal dan juga keponakannya yang saat ini hidup sebatang kara di Kota besar.
Arul sudah pernah meminta alamat dimana Emak Tonah tinggal namun tak pernah dikasih tau oleh Ibunya. Dia tampak gusar dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya yang terkesan menghalanginya untuk bertemu dengan Shafeeya.
" Sampai kapan kau harus memikirkan wanita itu Rul? Sudah Ibu bilang kalau kamu harus bisa melupakan Keponakanmu itu. Apa kata Orang kalau kau mencintai Keponakanmu sendiri." Ucap Nenek Ratih dengan nada kesal
Arul hanya terdiam, dia membiarkan Ibu nya mengoceh sesuka hatinya. Pria itu hanya fokus untuk mempersiapkan dirinya betangkat kerja saat ini.Pria itu sudah jengah dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya.
Tak lama kemudian Viona datang bersama viko mantan Shafeeya dulu. Arul sebenarnya tidak menyukai adiknya itu terlebih lagi sikapnya yang sombong dan selalu iri dengan Shafeeya yang tak lain adalah keponakannya sendiri hingga dia pun tega merebut pacar Shafeeya saat itu. Arul dan Viona dari dulu tak pernah akur dan tak tetlihat seperti kakak adik, justru lain jika bersama Shafeeya lelaki itu sangat protectif dan melindungi Shafeeya hingga Nek Ratih tak menyukai sikap Arul yang lebih perhatian dengan Shafeeya dari pada Viona.
" Kau mau kemana Bang?" tanya Viona yang tengah berpapasan dengan Arul
" Kau pikir aku mau kemana jika aku memakai pakaian ini?" jawabnya kesal
Seperti itulah hubungan mereka berdua tatkala bertemu, Viona pun cuek dengan apa yang dikatakan oleh kakaknya itu, dia tak merasa heran karena sedari kecil Arul selalu ketus kepadanya.
" Huff..aku tanya baik-baik loh sama kamu Bang, kok jawabnya gitu seh? Lihat tuh penampilanmu sudah kayak Om-om saka brewokan." Cibirnya dengan membuat minuman untuk Viko
" Kau tak perlu ikut campur dengan kehidupanku Vio, urus saja dirimu sendiri dan pacar kamu itu." Kembali Arul menjawab dengan nada ketus.
Dia lalu melenggang pergi untuk Pergi dinas di Rumah sakit tanpa pamitan kepada viona dan viko.
Viona hanya menghembuskan nafasnya kasar, dia tau sejak Arul ditinggal Shafeeya dia seperti kehilangan semangat hidupnya.
Tak lama kemudian Nek Ratih datang menuju Dapur.
" Loh mana Arul?" tanya Nek Ratih yang atensinya tak menemukan sosok Putranya.
" Loh bukannya tadi keluar ? Apa Mama tak dipamiti?" tanya Viona dengan mengambil minuman untuk ditaruh diatas nampan.
" Mana Mama tau, tadi Mama itu Cuma tinggal sebentar saja di belakang eh balik kesini gak ada tuh anak." Jawabnya kesal.
" Mungkin lagi buru-buru Ma, memang kenapa sih Ma?" tanyanya Heran
" Kakak mu itu sudah gak keurus sama sekali wajahnya hingga bulu-bulu halus sudah tumbuh lebah di pipinya, Mama mau kasih cukuran kumis untuknya agar dia bisa merawat wajahnya."
" Oh nanti pas pulang saja kasih ke dia Ma, viona permisi ya Ma Sudah ditunggu sama viko."
Jawabnya lalu dengan terburu-buru dia mulai melangkahkan kakinya ke Ruang tamu.
Dia lalu menaruh Minuman yang sudah dibuatnya tadi keatas meja.
" Minum Vic, maaf seadanya." Ucapnya dengan menunduk malu
" Kamu tidak usah bilang begitu sayang,ini saja sudah lebih dari cukup kok." Jawab Vico dengan meneguk minuman yang dibuat viona."
Viona terlihat senang saat vico menyruput kopi buatannya.
Sudah tiga bulan hubungan mereka yang tengah mereka jalin saat ini.
" Vio apa kamu tak menerima kabar dari Adik mu?" tanya vico ditengah percakapan mereka.
Viona seketika wajahnya berubah setelah menanyakan Share yang mambuatnya kesal.
" Kamu ini bikin aku sebel deh, kenapa seh Shafeeya melulu yang ditanyakan? Kamu mau balikan lagi sama dia? Kamu sudah nyesel ninggalin dia?" cercanya dengan tatapan intimidasi
Sontak itu membuat Vico tersedak setelah sebelumnya menyruput kopi yang dibuatkan Viona kepadanya.
" Uhuk..uhuk..uhuk.." vico sampai terbatuk batuk saat itu.
Viona yang terlihat panik langsung menepuk-nepuk punggung Vico .
" Loh sayang kamu gak apa-apa ? Pelan-pelan dong minum kopinya." Ucap Viona
Vico hanya mengernyitkan dahinya saat Viona menganggap dia tersedak karena minum kopinya.
" Sudah aku tak apa-apa Vio." Ucapnya dengan menurunkan tangan Viona dari pundaknya
" Beneran kamu tak apa-apa? " tanyanya kembali
" Bener kok Vio aku tak apa-apa, oh ya balik yuk ke Kantor, aku anter kamu ya biar gak telat." Ucapnya dengan langsung berdiri.
Viona yang tampak aneh dengan sikap vico kali ini sedikit memincingkan srbelah alisnya.
" kamu kok tiba-tiba ngajakin aku balik ke Kantor seh Yang? Kan baru juga pulang loh ini." Tolaknya dengan berdecak
" Kan sudah mau habis jam makan siang." Ucap Vico dengan melihat Arloji yang melingkar di lergelangan tangannya.
" Kamu kenapa Seh Vico? Biasanya juga kita datang telat, kamu kan Bos disana." Ucap Viona tak terima saat tiba-tiba dirinya diajak Vico ke Kantornya
" Justru aku ini Bos, aku harus bisa memberikan contoh yang baik untuk karyawan kau Sayang." Alasan vico meyakinkan Viona.
Akhirnya dengan berdecak Viona langsung meraih tas dan melenggang keluar menuju mobil Vico yang kini terparkir di depan Rumahnya.
Nek Ratih yang tengah sibuk di Dapur tak sempat dia pamiti saat itu seperti yang dilakukan oleh Arul sebelumnya. Vico hanya menggelengkan kepalanya saat viona bersikap seperti anak kecil.
Sebenarnya Vico sudah mulai bosan dengan hubungan yang dijalaninya dengan Viona saat ini, tak seperti saat dia menjalin hubungan dengan Shafeeya yang selalu menghormati dirinya dan menghargai dirinya sebagai seorang lelaki. Berbeda dengan Viona yang selalu ingin dimengerti tanpa harus mengerti orang lain.
Sebenarnya dia dulu tak mau memutuskan Shafeeya namun entah kenapa waktu itu tiba-tiba Shafeeya kepergok tengah berboncengan dengan mantan pacarnya yang tak lain adalah Fandi yang juga jadi mantan Viona saat itu.
Meski fee sudah menjelaskan bahwa dirinya tadi hanya kebetulan saja ketemu dijalan dan tak semgaja dia ikut bareng pulang namun Vico tak percaya terlebih saat itu Fandi memcoba mempengaruhi pikiranku dengan mengatakan dirinya sudah janjian bertemu sebelumnya.
Itulah awal mereka putus lalu Vico mrlabuhkan hayinya kepada Viona yang saat itu sering memghiburnya dikala dirinya sedang patah hati.
Bersambung..