Chereads / WARISAN EMAK TONAH / Chapter 24 - Chapter 22

Chapter 24 - Chapter 22

Malam sudah larut tapi mereka berdua terkihat masih sibuk menata barang-barang yang dibawah oleh Resty.

" Rumah ini sepertinya dulunya ditempati ART nya ya Fee?" tanya Resty di sela-sela kegiatannya menata pakiannya kedalam lemari.

" Hmm Aku kurang tau seh, kan aku beru seminggu an menempati ini." Bohongnya

" Hmm kamu ada hubungan apa dengan Pak Dion dan Pak Alan?" tanyanya tiba-tiba

Shafeeya terlihat berpikir mencari sebuah alasan yang tepat.

" Hmm aku bukan siapa-siapa mereka sebenarnya namun dulu nenek aku pernah menjadi pengasuh mereka dari kecil hingga sampai mereka besar saat ini." Jelasnya

Resty manggut-manggut saja sambil terus memadukkan pakaiannya kedalam lemari.

" Kamu cucu dari Pengasuh mereka? Terus Nenek kamu meninggal yang kemarin itu kah?" tanyanya kembali

" Huum Nenek aku yang meninggal kapan hari itu, tapi aku tak melihat mu turut melayat dengan karyawan Pak Dion? " tanya Fee dengan tersenyum.

Resty terlihat nyengir kuda lalu dia memeluk Fee sebentar lalu melepaskan kembali.

" Sebelumnya aku minta maaf kepadamu Fee aku tak bisa hadir waktu itu karena aku hanya anak kos biasa, uangku kebetulan habis untuk ongkos ke Rumah Pak Dion aku juga gak enak harus pinjam lagi sama Jaya dan Fifi saat itu. Aku turut berduka cita atas meninggalnya Nenek Kamu ya Fee."

Shafeeya tersenyum lalu memeluk kembali temannya. Sebenarnya dia tau kondisi temannya saat ini.

" kamu jangan terlalu gak enak begitu Res, aku mengerti kok doa untuk Emak Tonah saja supaya dilapangkan kuburannya." Tukasnya dengan kembali melipat baju Resty dari kardus

" Terima kasi Fee, kamu teman baruku yang bisa mengerti keadaan temanmu ini." Ucapnya dengan senang.

" Sama-sama Res, kamu juga teman terbaik aku yang aku miliki saat ini. Kita baru sehari kenal bisa seakrab ini." Jawab Shafeeya

" Ah iya, teman yang sama-sama tinggal disamping Rumah Bos, semoga kita berjodoh ya sama mereka amiin.." ucapnya dengan terkekeh

Shafeeya hanya menggelengkan kepalanya.

" Loh kamu kenapa gak mengaminkan? Ini doa yang baik loh." Tetangnya dengan mengadahkan tegannya lalu di usapkan ke wajahnya.

" Iya Amiin tuh kan sudah. " ucapnya dengan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

" AKU tak bisa bayangkan ya Kalau Pak Alan jadian sama aku dan kamu sama Pak Dion." Celotehnya dengan tersenyum sendiri.

Shafeeya tak menggubrisnya , temannya ini memiliki fantasi yang cukup tinggi, Shafeeya saja tidak yakin jika nanti harus memutuskan untuk memilih salah satu dari mereka Menjadi pasangannya.

Tak lama kemudian handphone Shafeeya berdering

Tring..tring..

Shafeeya lalu mengangkatnya tanpa mrlihat siapa yang menelponnya.

" Hallo." Sapanya dalam sambungan teleponnya

" Hai Fee sayang, Mas Arul kangen."

Deg..

Jantung Shafeeya seakan mencelos saat mendengar suara Arul dibalik teleponnya. Tubuhnya tiba-tiba bergetar. Wajahnya mulai berubah dan bibirnya mulai keluh, Resty yang melihat perubahan wajahnya langsung mengguncangkan tubuhnya.

" Fee kamu tak apa-apa? "

Shafeeya langsung menoleh ke arah Resty, dia seperti susah meneguk salivanya sendiri.

" Dia..dia menelpon ku." Ucapnya dengan bibir gemetar

Resty terlihat bingung dengan apa yang di ucapkan .

" Siapa yang menelponmu?" tanyanya

" Dia O-om aku Res." Ucapnya tanpa menutup teleponnya yang masih tersambung.

" Oh dari Om kamu? Kenapa kamu gak angkat?" tanyanya heran

Shafeeya menggelengkan kepalanya dan menyerahkan ponselnya kepada Resty. Resty yang menerima handphone Shafeeya lalu menjawab teleponnya.

" Hallo ini Omnya Shafeeya ?" tanya Resty tiba-tiba

Arul yang mendengar suara orang lain terlihat sangat kesal dia terus mengumpat dalam hatinya.

" Kamu siapa? Cepat kembalikan handphone itu kepada Shafeeya. " ucapnya dengan marah

Resty terlihat mengernyitkan keningnya. Kenapa dia tiba-tiba marah? Tanyanya dalam hati.

" Maaf Om Shafeeya sedang menangis dia tak mau menerima telpon dari Om." Jawabnya katus

" Cepat serahkan kepada Shafeeya ." Titahnya dengan nada kesal

" Ih Om kok maksa seh, udah dikasih tau Shafeeya gak mau nerima telpon kok Om maksa seh." Resty malah meladeni Arul

" Sialan, kau berikan saja telepon ini ke Shafeeya atau.." ucapan Arul terputus tiba-tiba

Tut..tu..tut...

Resty langsung menutup teleponnya saat Arul mulai mengumpat. Shafeeya hanya memandangi sahabatnya itu yang kesal saat menerima telepon dari Om Shafeeya.

" Asli bikin kesal ya Om kamu itu." Resty mencebikkan bibirnya.

" Apa dia tadi mengomeli dirimu?" tanya Shafeeya

" Dia mengumpat sialan, Ih kenapa seh dia pengen banget ngomong sama kamu?"

" Apa?" Shafeeya terlonjak kaget.

" Huum, dia terus ngomel-ngomel tadi ." Jelasnya

" Maafkan Om aku ya."

" Tidak perlu minta maaf ini kan bukan salah mu, batheway kamu kenapa tak mau bicara dengan Om kamu? Berangkali dia menelponmu karena ada sesuatu yang penting? "

Lagi-lagi Shafeeya menggelengkan kepalanya.

" Tidak Res, dia ..dia suka kepadaku dan mengejar – ngejar aku sejak lama." Ucapnya dengan tergagap.

Resty masih bingung dengan apa yabg diucapkan Shafeeya.

" Maksud kamau apa?" tanyanya masih bingung

" Maksud aku dia mencintai aku sebagai seorang wanita bukan sebagai seorang paman kepada keponakannya." Ucapnya dengan menunduk

" Bener-bener gila dia , aku tak habis pikir kalau ada ya orang segila om kamu." umpatnya

" Sudahlah tak usah bahas dia lagi."

Resty hanya mengangguk saja dan segera menyelesaikan menata pakaiannya didalam lemari.

Tak lama kemudian mereka pun akhirnya telah menyelesaikan merapikan pakaian Resty didalam lemari, lalu mereka memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya untuk melepas lelahnya seharian.

....

Sementara itu Arul yang masih berada di Rumah Sakit tampak terlihat sangat kesal. Setelah seharian dia menyelesaikan tugasnya menjadi seorang Dokter dia harus menerima kenyataan bahwa saat dirinya sudah berhasil menelpon Shafeeya tiba-tiba gadis itu menolak untuk berbicara dengannya dan memberikan telepon itu kepada temannya.

" Sialan..Aaaaagh.." umpat Arul dengan menggebrak mejanya.

Braaak..

Suara gebrakan itu terdengar dari luar hingga akhirnya seorang perawat langsung masuk kedalam tanpa mengetuk pintu.

" Ada apa Dok? Apa yang terjadi? " tanyanya dengan wajah panik

Arul yang tidak senang dengan kehadirannya tampak sedikit kesal.

" Kenapa kamu tak mengetuk pintu terlebih dahulu debelum masuk?" tanyanya dengan nada kesal.

Perawat itu langsung tertunduk dan tak berani menatap wajah Dokter tampan itu

" Maafkan saya Dok, saya tadi hanya panik saja." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Arul lalu mendekati dirinya yang terlihat sangat gugup.

" Suster Yasmine , lain kali kalau masuk kamu ketuk pintu dulu." Ucapnya dengan memasukkan tangan kedalam saku celananya.

" Maafkan aku Dok, tadi aku.." Ucap Suster Yasmine terpotong.

" Hmm, apa hari ini aku ada jadwal Operasi?" tanyanya dengan tetap menjaga wibawanya.

" Maaf Dok hari ini tidak ada jadwal operasi." Jawabnya pelan.

" Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu ya, kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungiku atau Dokter Ergi." Jelasnya lalu melepas jas kebesarannya.

Arul lalu segera merapikan meja kerjanya dan langsung meraih kunci mobilnya dan bergegas pergi ke suatu tempat.

Bersambung..

Hai para Readers tetap dukung karya saya ya semoga karya aku bisa membuat kalian terhibur dan suka dengan ceritanya .

Happy reading