"Alice! Apa yang lu lakuin pada Dara!" teriak Aska sambil menyekik Alice hingga wajah istrinya memucat dan memelas minta dilepas.
"Kalau terjadi apa-apa! Lu akan terima ganjarannya!" teriaknya sambil menampar pipi Alice. Setelah itu Aska keluar dari rumah.
Alice menunduk dan menangis. "Apa salahku Aska? Aku hanya ingin suamiku dan menghukum pelakor itu?" Alice meremas ujung dress nya. "Kapan kamu bisa sadar, kalau Dara tak sebaik yanh kamu kira."
xxx
Alice membuka matanya. Kepalanya terasa pusing. Namun, ketika hendak memegang kepalanya. Ia merasa tangannya terikat.
Alice membuka matanya dan melihat punggung Dion - ajudan suaminya di depan kasur.
"Maaf, Nyonya." Pria itu mengepalkan tangannya. "Nyawa anak dan istriku jadi taruhannya."
Dion keluar dari sana perlahan.
"Dion! Tunggu Dion!" Alice berteriak.
Bertepatan dengan Dion yang keluar. Lima orang pria masuk dengan seringai menjijikkan.
"Tidak, tidak! Apa yang mau kalian lakukan?!" Alice berusaha memberontak dan dirinya baru teringat. Sepertinya tangannya ter ... tidak! Tangannya dipasung. Begitu pula kakinya.
"Tenang nona! Kami akan pelan-pelan. Kami akan bermain bergantian!"
"Tidak! Jangan dekati saya! Jangan!" teriaknya.
Sayangnya pria itu tak menurutinya. Ia mulai dengan mencium bibir Alice. Kemudian merobek paksa pakaian Alice.
Alice langsung meludahi pria itu dan dibalas dengan tawa dari mereka. Pria itu langsung menyumbat mulut perempuan yang berada dalam kungkungannya.
Akhirnya aksi itu berlanjut. Dan setiap Alice pingsan. Mereka akan berhenti. Menunggu perempuan itu terbangun dan meronta. Hingga akhirnya suara perempuan itu tak lagi ada. Tak ada perlawanan lagi. Mata Alice bahkan kosong.
xxx
Alice membuka matanya. Tubuhnya gemetar hebat. Ia langsung meringkuk dan memeluk lututnya.
"Nona?" Seorang pelayan memasuki kamar. "Nona!! Nona!!" teriaknya.
"Tolong!! Siapa pun tolong!"
Sayangnya tak ada seorang pun yang datang. Mereka benar-benar tak peduli dengan gadis yang kini terkena serangan psikis akibat memori di kehidupannya yang lalu.