Chereads / Misteri Dendam Kembar Nama / Chapter 16 - Berapa yang Kau Inginkan?

Chapter 16 - Berapa yang Kau Inginkan?

Hana telah berhenti berlari menjauhi Rey. Kini, Hana tengah berjalan dengan santainya. Akan tetapi, Hana tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping.

Orang tersebut menabrak Hana dari arah samping, dari balik samping tembok. Sedangkan Hana saat itu tengah berjalan lurus dengan santainya.

Hana yang ditabrak olehnya pun sepontan terjatuh dan berteriak kesakitan. "Aaw!" pekiknya. "Siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat?!!" protes Hana dengan lantang.

Seketika buku-buku yang dibawa oleh Hana di lengannya pun terjatuh ke atas lantai. Buku-bukunya berantakan. Sedangkan Hana tengah sibuk mengusap lututnya yang terasa nyeri, karena membentur lantai keramik.

Seseorang yang menabrak Hana pun membantu membereskan buku-buku milik Hana. Lalu, ia pun bertanya kepada Hana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

"Baik-baik saja kepalamu! Aku yang ditabrak seperti ini masih ditanya apa aku baik-baik saja. Seharusnya kau tanya, 'apa aku terluka?' Seharusnya begi ... ." Hana sengaja menggantung ucapannya, ketika ia mendongakkan kepalanya. Hana tertegun, ketika mendapati siapa orang yang telah tidak sengaja menabarkanya."Apa kau baik-baik saja? Tidak, apa kau terluka?" Hana malah balik bertanya kepada orang yang baru saja menabraknya.

Ternyata yang menabrak Hana secara tidak sengaja adalah Johandra. Ketika melihat Hana balik bertanya, Johandra pun hanya tertawa kecil.

"Tenang saja, aku sama sekali tidak terluka. Haruskah aku mengulang Pertanyaanku? Apa kau terluka?" tanya Johandra kepada Hana.

"Dia? Tidak mungkin ini asli. Lelaki terseksi, tertampan, dan idola seluruh kampus. Tidak mungkin dia berada tepat di hadapanku. Ternyata... jika dilihat dari dekat, dia lebih tampan berkali lipat. Apa dia manusia? Kenapa dia bisa setampan ini? Apa yang dia makan setiap hari?" Batin Hana tidak hentinya bertanya dan terkagum kepada sosok Johandra yang berada tepat di hadapannya.

Hana tidak menjawab pertanyaan dari Johandra dan terus menatap wajah Johandra, dengan pikiran haluan traveling.

"Kau... apa kau terluka?" tanya Johandra sekali lagi, sembari melambai-lambaikan telapak tangannya di depan wajah Hana.

Johandra berkali-kali melambaikan telapak tanganbya di depan wajah Hana. Apan tetapi, Hana tidak juga tersadar dari lamunannya. Hana terus menatap wajah Johandra dengan pikiran halu nya.

Johandra pun mulai menarik kedua belah bibirnya. Ia tersenyum dan mencubit pipi Cubby Hana. Joahndra sengaja menggoda Hana dengan rayuan mautnya.

Hana pun terkejut seketika dan melompat ke arah belakang dengan sikap reflek nya. Untung saja, Hana bisa menjaga keseimbangannya dan tidak terjatuh, sehingga membuat ia merasa lebih malu lagi.

Hana yang mulai tersadar pun segera bangkit dari posisinya dan berlalu pergi. Ia berjalan sembari memegangi pipinya yang terasa panas, karena merasa sangat malu.

"Kau tidak melupakan sesuatu?" tanya Johandra kepada Hana yang berlalu pergi meninggalkannya.

Hana seperti telah kehilangan wajahnya dan segera berlalu pergi meninggalkan. Namun, ia terhenti sekali lagi karena ucapan Johandra.

Hana menghentikan langkahnya, tanpa berbalik sedikit pun. Hana tidak ingin Johandra melihat pipinya yang merah padam, karena merasakan rasa malu tiada tara.

Hana tetap membelakangi Johandra, lalu menjawab, "Apa ada yang kutinggalkan?" tanya Hana.

Hana mengangkat lengannya ke arah belakang, isyarat bahwa Johandra bisa memberikan barangnya yang tertinggal secara langsung. Johandra tidak menjawab pertanyaan Hana dan hanya berjalan menghampiri Hana di tempatnya. Lalu ia berhenti, tepat di belakang Hana.

Johandra mulai mendekatkan wajahnya ke wajah samping Hana dan membisikkan sesuatu kepadanya, "Bukumu, apa kau tidak membutuhkannya?" tanya Johandra. Dia berbisik di dekat telinga Hana.

Hana refleks dan langsung berbalik. Johandra memundurkan tubuhnya, tetapi Hana tetap tidak sengaja membenturkan kepalanya di dada bidang Johandra yang berotot.

"Aw... ." Hana memkik kesakitan. "Hah?!!" Setelah memekik kesakitan dan memegangi kepalanya yang terbentur, Hana baru sadar jika ia tidak sengaja menabrak dada Johandra.

Hana mendongakkan kepalanya, dan menatap wajah Johandra yang jauh lebih tinggi darinya. Hana menatap wajah Johandra dengan ekspresi memelas dan memohon pengampunan dari Johandra.

"Ma-maaf. Sepertinya... aku harus ... ." gagapnya.

Reyhana mencoba mencari kesempatan untuk kabur, tanpa memperdulikan buku miliknya yang berada di tangan Johandra. Reyhana sudah kehabisan rasa malunya yang memukul mentalnya secara bertubi-tubi.

Namun, Reyhana tidak menyangka bahwa Johandra menahannya dengan menarik tas Hana. Hana otomatis terhenti, berbalik, dan menatap tali tasnya yang dicengkram oleh Johandra.

Hana ingin segera pergi, sebelum urat malunya benar-benar putus tergelindas di tengah jalan. Hana tidak punya ide lagi, akhirnya ia melepaskan tasnya dan bersiap untuk kabur begitu saja.

Dan tidak juga disangka, bahwa Johandra dengan cepat menghalangi jalan Hana. Hana menatap wajah Johandra sekilas, lalu memutar tujuannya.

Hana berbalik, tetapi Johandra tetap berhasil menghalangi tubuh Hana dengan tangannya yang ia lingkaran di depan tubuh Hana.

Johandra menggunakan lengan kirinya untuk menghalangi setengah jalan Hana. Hana pun tangkas dan mencari kesempatan untuk keluar dari sebelah kanan yang masih terbuka. Namun, Johandra tidak bodoh.

Johandra dengan cepat menghalangi tubuh Hana yang ingin melarikan diri darinya. Ia kemudian melingkarkan tangan kanannya. Kali ini tubuh Hana terperangkap di tengah-tengah lingkaran tangan Johandra yang dilingkarkan sebagai penjara tubuh Hana.

Hana yang sudah sangat malu pun, langsung menurunkan tubuhnya dan berencana keluar dari rongga bawah, mengolongi lengan Johandra yang dipasang melingkar.

Johandra semakin merasa bahwa sesuatu yang ia hadapi semakin menyenangkan. Johandra tidak diam saja, ketika melihat Hana yang tidak menyerah untuk kabur darinya.

Johandra pun sengaja menurunkan tubuhnya, mengikuti Hana yang tengah menurunkan tubuhnya untuk berusaha kabur dari Johandra. Jika mereka berada di area ramai, pasti mereka sudah menjadi pusat perhatian. Untung saja, mereka saat ini tengah berada di area kampus yang sepi.

Hana yang sudah tidak punya cara untuk kabur lagi pun hanya bisa terdiam kaku. Posisi mereka saat ini tengah berada dalam posisi jongkok.

Hana memberanikan diri untuk membuang rasa malunya, lalu berbalik. Hana menatap Johandra yang menahannya di belakang dengan rasa malu.

"Bisakah... K-kau melepaskanku?" tanya Hana dengan gagap.

Hana sengaja memasang senyum meringisnya dengan mata bulat yang sengaja ia sipitkan. Johandra pun hanya membalasnya dengan senyuman khasnya, lalu memerengkan kepalanya beberapa derajat.

"Bukankah seharusnya kau meminta maaf terlebih dahulu kepadaku?" Johandra melontarkan pertanyaan hanya untuk berbasa-basi kepada Hana saja.

"Kau tahu, aku sudah meminta maaf tadi." Mencoba membela diri.

"Kapan? Aku tidak mendengarnya dengan jelas. Apa begitu caramu meminta maaf kepada seseorang?" tanya Johandra.

"Lalu... apa kau ingin aku ganti rugi? Berapa yang kau mau?" tanya Hana balik.

"Kedengarannya, itu lebih menarik. Kalau begitu . . . kau harus ganti rugi kepadaku terlebih dahulu," cetus Johandra.

"Kau ingin berapa?" Kini, Hana tampak mulai tenang dan rasa malunya sudah mulai menghilang.

Johandra pun melepaskan Hana dan bangkit, lalu menegakkan tubuhnya. Hana pun ikut bangkit dan menatap wajah Johandra dengan serius.