Chereads / Misteri Dendam Kembar Nama / Chapter 18 - Menghindar

Chapter 18 - Menghindar

Hana tidak sengaja melihat Rey yang sedang berada di tempat tongkrongan Rey biasanya. Tujuan Hana yaitu keluar dari halaman kampusnya. Namun, ketika melihat sosok Rey, Hana pun langsung memalingkan wajahnya.

"Kenapa bocah itu ada di sana? Aish! Merepotkan saja." Merasa dirinya ketimpa kesialan.

Hana pun mendapat ide ketika melihat salah satu mahasiswi seumurannya, tengah berlalu melewatinya. Meski tidak mengenalnya, Hana tanpa malu meminta bantuannya.

"Kamu, siapa . . . tidak! siapa pun kamu, bantu aku dong!" Hana meminta bantuan kepada mahasiswi itu.

"...?"

Mahasiswi itu awalnya merasa heran ketika Hana tiba-tiba menyaut lengannya yang tengah memegang buku. Hana menatap wajah mahasiswi itu dengan memelas, seperti isyarat memohon bantuan darinya.

Mahasiswi itu pun tidak terlalu memperdulikannya, lalu ia membiarkan Hana berjalan di sampingnya. Hana melakukan hal itu agar seolah-olah dia adalah teman dekatnya, hanya untuk menghindari Rey.

Hana berjalan di samping kirinya dan menutupi tubuhnya, agar Rey tak bisa mengenalinya. Hana berjalan dengan santai dengan mahasiswi itu di sebelahnya untuk bersembunyi dari Rey.

Rey yang tengah sibuk berbincang dengan temannya pun tiba-tiba terpaku pada sesuatu yang terlihat aneh. Rey mencium bau-bau kecurigaannya, ketika melihat tubuh seorang gadis yang seakan-akan berusaha agar tidak terlihat.

Rey menundukkan pandangannya, lalu berpikir sejenak. Hingga akhirnya, Rey pun sadar akan sesuatu.

Rey tersadar bahwa model dress dan warna dress yang dikenakan oleh Hana, sama persis dengan dress yang dikenakan oleh gadis yang tengah bersembunyi di balik tubuh seseorang itu.

Rey pun akhirnya mengetahui bahwa gadis itu adalah gadis yang sama. Tentu saja di adalah Hana, Hana yang berusaha menghindari Rey.

"Kau, berhenti!" perintah Rey kepada mahasiswi yang menutupi tubuh Hana.

Mendengar Rey seperti berbicara kepadanya, mahasiswi itu pun berhenti, menoleh ke arah Rey, lalu menunjukkan jari telunjuknya ke depan dadanya sendiri, "Aku?" tanyanya kepada Rey.

"Ya, kamu. Tapi lebih tepatnya, dia! Dia yang ada di balik tubuhmu," cetus Rey dengan lantang.

Deg! jantung Hana tiba-tiba terpukul oleh sesuatu dengan keras. Netranya terbesar seketika, sama halnya ketika keberadaannya telah diketahui oleh pembunuh bayaran yang ingin mengincarnya.

Mahasiswi itu pun menoleh ke arah sampingnya, dan menatap Hana. Namun, Hana malah semakin menyembunyikan dirinya dan menundukkan kepalanya.

"Aissh, sial! Kenapa juga dia harus menghentikanku? Buntu, aku sudah kehabisan ide. Bagaimana lagi caraku bersembunyi?" batin Hana dan otaknya mencari-cari sebuah terobosan, hanya tentang bagaimana cara menghindar dari Rey.

Hana terlalu sibuk memikirkan, sampai ia tidak sadar bahwa mahasiswi yang menutupi tubuhnya mulai menggeser tubuhnya dan berlalu meninggalkan.

"Kau sudah menemukan cara untuk menghindari Rey?" tanya Rey kepada Hana yang masih sibuk berpikir.

"Tunggu dulu, aku sedang berpikir. Apa kau juga ... ." Hana menggantung ucapannya, ketika ia sadar bahwa ada yang salah dengan jenis suara yang tengah berbicara kepadanya.

Hana merasa bahwa suara yang didengar sangat familiar dan sangat dikenal olehnya. Hana pun akhirnya mengangkat kepalanya dan terkejut, lalu berteriak. "Aaa!" Hana terkejut, ketika melihat sosok Rey yang tengah berdiri tepat di hadapannya.

Ketika Hana berteriak, Rey pun otomatis ikut terkejut dan langsung memundurkan tubuhnya. Lalu Rey mengelus-elus jantungnya yang berdegup kencang.

Jantung berdetak kencang, inikah cinta?

Kepala bucin!

Ketika kau menemukan seseorang yang membuat jantungmu berdebar kencang, itu artinya dia adalah takdirmu. Sepertinya siapa pun akan berjodoh dengan Hantu yang membuat jantung berdegup kencang.

Selamat, karena jodohmu ternyata selalu berada di sampingmu dan mengawasimu. Sungguh jodoh yang meresahkan!

"Hei, kaget aku!!!" sentak Rey.

Hana yang mendengar Rey berteriak kepadanya pun ikut terkejut karenanya. Hana yang tidak terima diteriaki oleh Rey pun membalas meneriaki Rey balik.

"Hei! Kau juga mengangetkanku dua kali." Hana ngotot kepada Rey, sambil berkacak pinggang.

Cringg! Kilat cahaya menjadi batas antara kata VS yang berada di perbatasan antara keduanya.

"Sudahlah, tidak ingin berdebat denganmu," ucap Hana.

Hana lebih dulu melunturkan tatapannya, lalu berjalan melewati Rey. Sedangkan Rey, ia sudah pasti tidak akan melepaskan Hana begitu saja.

Rey melakukan cara yang sama seperti sebelumnya. Rey menyaut lengan Hana dan menarik Hana ke hadapannya.

"Kau mau ke mana?" tanya Rey.

"Ke mana saja, asal tidak ada kau di situ," cetus Hana dengan cuek.

Hana lalu menghempas tangan Rey yang mencengkeram lengannya. Kemudian Hana berlalu melewati Rey tubuh kembali.

Kali ini Rey tidak menghentikan Hana, tetapi Rey ikut berbalik mengikuti arah tujuan Hana. Rey menyeret Hana dengan kasar dan tak berperasaa. Hana pun tidak tinggal diam, ketika Rey menyeretnya begitu saja dengan kasar.

"Kau mau bawa aku ke mana? Hey, Rey! Apa kau pura-pura tidak mendengarkan? Apa telingamu sudah tuli?" Hana berusaha memberontak Rey, tetapi kali ini Rey tampak serius.

Rey tidak menjawab satu patah kata pun pertanyaan yang diajukan oleh Hana.

Rey mencengkram lengan Hana dengan kuat, bahkan Hana sendiri tidak bisa melepaskan cengkraman tangan Rey dengan lengan Hana yang satunya.

Rey berhenti di sebuah tempat sepi yang ada di kampus mereka. Sebuah gang tempat biasanya para mahasiswa yang bolos kuliah dan merokok diam-diam. Ketika Rey telah berhenti, Hana pun segera menggigit lengan Rey dengan keras.

"Aaaw!" Rey memekik kesakitan, lalu menarik tangan yang digigit oleh Hana.

"Rasakan!" cetus Hana dengan geram, sembari memelototi wajah Rey.

"Apa kau anjing liar? Tidak usah kuliah, lebih baik kau magang saja jadi anjing!" cetus Rey dengan kesal.

"Terserah! Kenapa kau membawaku ke sini? Di sini bau rokok. Ini pasti tempat tongkrongan para anak nakal sepertimu." Hana menebak dan menuduh Rey.

"Hei! Apa kau yakin akan selamat, setelah menginjak kakiku dan menggigitku dengan keras?" ancam Rey dengan geram.

Namun, Hana sengaja tidak menganggap ucapan Rey dengan serius. Hana pun hanya menanggapi dengan santai, "Kenapa? Apa kau ingin membunuhku? Kau membawaku ke tempat sepi seperti ini, apa dengan sengaja untuk membunuhku secara diam-diam?" Hana menatap Rey dengan tatapan datar dan meremehkan.

"Jangan meremehkanku! Kau pikir, aku tidak bisa melakukannya? Membunuhmu adalah sesuatu yang sangat mudah," cetus Rey dengan tatapan mata setajam elang.

Rey lalu melangkahkan kakinya mendekati Hana, hingga Hana terpojokkan di dinding. Namun, Hana hanya menyeringai dan tersenyum geli.

"Kalian para lelaki, apa kalian tidak punya cara lain lagi untuk merayu wanita, selain cara seperti ini?" Hana mendongakkan kepalanya dan menatap Rey dengan tajam.

"Kalian para lelaki, apa kalian tidak punya cara lain lagi untuk merayu wanita, selain cara seperti ini?" Hana mendongakkan kepalanya dan menatap Rey dengan tajam.