Chereads / Misteri Dendam Kembar Nama / Chapter 13 - Persetujuan Pertaruhan

Chapter 13 - Persetujuan Pertaruhan

"Lalu, kenapa kau sangat agresif? Bukankah kau bilang tidak tertarik dengan sesuatu apa pun tentang Hana? Kau menang atau kalah tidak ada bedanya, kau tidak akan rugi karenanya. Kalau kau tidak menyetujuinya, maka akan kuanggap kau tertarik kepada Hana. Kenapa? Karena kau tidak ingin sesuatu terjadi kepadanya. Kau bilang, Hana tidak berarti bagimu. Lalu, apa bedanya dia dengan gadis lain yang menjadi taruhan kita sebelumnya?" tutur Johandra panjang kali lebar.

Rey hanya terhening mendengarkan perkataan dari Johandra. Rey sendiri tidak tahu mengapa ia bersikap agresif seperti itu. Rey kemudian mulai melemaskan tatapan matanya, lalu Rey memalingkan matanya ke arah lain.

"Apa kau kehabisan wanita? Kenapa kau tiba-tiba menargetkan Hana?" tanya Rey dengan bimbang dan ragu.

"Gadis musim panas, aku ingin mendapatkannya. Reyhana Allesta Dwindra, dia mendapatkan julukan gadis musim panas. Tidak ada satu pun pria yang bisa mendapatkannya. Rumornya, karena dia hanya menyimpan perasaannya untukmu. Maka dari itu, aku meminta izin secara langsung kepada orang yang bersangkutan. Bagaimana? Apa kau mengizinkannya?" tanya Johandra dengan ekspresi serius.

Rey lagi-lagi terhening beberapa menit, tanpa menjawab pertanyaan dari Johandra.

"Kenapa harus Hana?" Rey yang memalingkan matanya pun kembali menatap wajah Johandra dengan seribu tanya.

"Aku sudah menjelaskannya. Aku tertarik kepadanya. Aku juga ingin menerima tantangan. Jika aku bisa mendapatkannya, artinya aku bisa menjadi pria pertama yang bisa mendapatkan Summer," jelas Johandra yang tanpa menutupi alasan apa pun.

"Kepercayaan diri apa yang kau punya?" tanya Rey dengan nada menantang.

Johandra mulai menegakkan tubuhnya dan bersiap-siap untuk menjawab pertanyaan dari Rey. Ia mulai merapikan dirinya dan meningkatkan kualitasnya dengan menunjukkan kharismanya.

"Dengan ketampananku, kepintaranku, atau hartaku? Apakah semua itu tidak cukup untuk menggoda Hana?" tutur Johandra.

Johandra terlihat sangat percaya diri dengan apa yang ia miliki. Ia terlihat sangat yakin bahwa dengan apa yang ia miliki, ia bisa menggoda Hana dan memilikinha dengan mudah.

Rey yang mendengar hal itu pun hanya bisa menarik setengah bibirnya, karena menurutnya, ucapan Johandra terdengar sangat pasaran.

"Jangan terlalu percaya diri. Kau pikir, dengan semua itu kau bisa merayu Hana?" tanya Rey dengan bermaksud memberi masukan kepada Johandra.

Johandra yang mendengar apa yang dikatakan oleh Rey pun hanya menyipitkan kedua matanya. Ia terlihat sedikit memikirkan perkataan Rey sebagai masukan untuknya.

"Apakah dia tidak akan tergoda?" tanya Johandra dengan serius dan penasaran.

Rey menyandarkan punggungnya dan menatap langit pagi menjelang siang. Lalu ia pun berkata, "Apa kau pikir Hana tertarik dengan hal seperti itu? Seperti yang kau ketahui, dia memiliki kecantikannya, kepintaran, dan juga tidak kurang hartanya. Kau tahu sendiri, dia adalah anak dari pimpinan JIJO Comapany," tutur Rey menjelaskan.

"Apa artinya, kau mengakui kalau dia cantik?" sindir Johandra.

Reyhan yang mendengar hal itu pun segera mengelaknya, "Tentu saja tidak! Sudah kubilang, dia hanyalah curut. Wajah kecilnya itu sangat mirip dengan curut!" tegas Rey dengan cepat.

Rey terlihat sangat tangkas, jika kebenciannya disangkut-pautkan oleh rasa cintanya terhadap Hana. Apa pun itu, sepertinya Rey tidak akan menerimanya.

"Terserah saja jika tidak ingin mengakuinya, yang pasti, kau tidak punya keberatan jika aku merayunya. Benar, bukan?" tanya Johandra lagi.

Johandra telah menanyakan hal itu kepada Rey, tetapi Rey tetap saja berada dalam ruang dilemanya. Ketimbangan tiada tara yang merenggut perasaan akan kesadaran. Hingga pada akhirnya, Rey pun telah sampai pada keputusan akhirnya.

"Aish! Terserahlah. Masalah Hana bukan urusanku, kau juga tidak perlu repot-repot meminta izin dariku," cetus Rey dengan kesal dan sikap masa bodonya.

"Jika dia tidak bisa tergoda, artinya aku bisa menggodanya dengan berbagai macam cara. Kalau begitu . . . DEAL!" cetus Johandra dengan lantang, sembari mengulurkan telapak tangannya.

Rey menatap uluran tangan dari Johandra, sebelum ia menyambutnya. Rey tampak memikirkan sesuatu terlebih dahulu beberapa saat.

Johandra mengulurkan tangannya beberapa lama. Akan tetapi, Rey tidak juga menyambungkan. Hingga akhirnya setelah sekitar 3 menit, Rey pun baru membalas uluran tangan Johandra.

Johandra yang sudah tidak tahan pun akhirnya mulai angkat bicara dan bertanya, "Tunggu apa lagi? Kau takut?" Johandra dengan sengaja memancing emosi Rey.

Rey hanya menatap wajah Johandra dengan tatapan mata elang. Sedangkan Johandra hanya membalas tatapan mata Rey dengan senyuman kecil yang licik. Johandra tersenyum dengan menarik setengah bibirnya ke samping kanan.

Rey tidak menaymbut uluran tangan dari Johandra dan malah melipatkan kedua lengannya ke depan dadanya. Johandra yang melihat hal itu pun langsung menarik lengannya kembali.

"Apa ini artinya aku harus menganggaonya sebagai penolakan?" tanya Johandra dengan serius.

"Kurang lebih seperti itu. Aku tidak pernah menjanjikan sesuatu yang seperti ini. Jika kau ingin memiliki Hana atau menggodanya, kenapa tidak lakukan sendiri? Kenapa juga harus meminta izin dariku? Hidup Hana bukan urusanku," cetus Rey dengan geram.

"Ah, benarkah? Kalau begitu, apa aku bisa langsung menggodanya? Tapi jangan salahkan, jika aku menggodanya dengan cara seperti biasa," ujar Johandra.

Mendengar ucapan dari Johandra, Rey pun mulai mengerutkan kedua alisnya. Dalam pikiran Rey, ia memikirkan seribu kemungkinan tentang Johandra yang menggoda wanita seperti biasar.

"Apa maksudmu?" tanya Rey.

"Kau tahu sendiri bagaimana caraku menggoda wanita. Dalam 3 trik mudah, mereka pasti akan luluh denganku," ungkap Johandra.

Rey semakin penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Johandra. Bukan karena dia tidak tahu dengan apa yang dimaksud oleh Johandra. Akan tetapi, tiga cara yang dilakukan oleh Johandra itu biasanya memiliki banyak cabang.

"Tiga cara seperti apa contohnya?" tanya Rey dengan rasa penasarannya.

"Karena kau bilang Hana termasuk tipe yang sulit, maka aku akan menggodanya dengan salah satu tiga cara utama. Bubuk perangsang, aku bisa memberikan pada minuman atau makanannya," ungkap Johandra.

"Kau! Kau ingin menggunakan cara rendah seperti itu kepada Hana?!!" sentak Rey dengan mata memerah, karena kemarahan.

"Memangnya kenapa? Kau tahu sendiri, aku sudah sering melakukannya. Lalu ketika mereka bangun, mereka akan melupakan segalanya dan berpikir bahwa mereka masih suci. Jangan lupa, aku punya resep racikan obat tersendiri. Jika kau tidak menyetujui taruhan ini, maka akan kuanggap kau tidak turut andil di dalamnya. Juga artinya, aku bisa meluluhkan Hana sesuka hatiku," cetus Johandra dengan senyuman liciknya.

Kemudian Johandra kembali mengulurkan tangannya dan meminta agar Rey segera menyambutnya. Tanpa pikir panjang, Rey pun langsung menyambut uluran tangan dari Johandra.

"Baik, kalau begitu . . . DEAL! Aku tidak akan mengganggu prosesnya. Semoga beruntung!" seru Reyhan yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Johandra di sana sendirian dengan ekspresi kesal.

Johandra tetap terpaku di tempatnya, menatap punggung Rey yang kian menjauhinya. Kemudian Johandra pun mulai mengucapkan sesuatu di tengah kesendiriannya.

"Kita lihat saja nanti, apakah kau akan tetap tinggal diam setelah ini? Aku penasaran. Semuanya kelihatan lebih menarik. Rey, apa yang akan kau lakukan, setelah aku berhasil memenangkan permainan ini?" batin Johandra dari dalam hati.