Chereads / I LOVE YOU MAS DOKTER / Chapter 18 - Pernikahan yang Dipercepat

Chapter 18 - Pernikahan yang Dipercepat

Terkejut dengan suara yang mereka dengar, sontak membuat keduanya secara cepat tiba-tiba saja menatap Anya.

"Apa yang terjadi Anya?" tanya sang Bunda.

"Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya saja. Sudah Bunda lebih baik pergi dari sekarang nanti telat," jawab Anya dan kembali lagi dengan wajah datarnya.

Ando dan Bunda Anya saling tatap satu sama lain, Anya kembali ke sikap awalnya yang dingin dan cuek. Padahal Anya sudah berjanji ingin merubah sikapnya saat berada di makam sang Ayah, dan bahkan terbukti ucapannya namun dalam sekejap mata semua kembali lagi seperti semula.

Bundanya pun pergi dengan perasaan heran terhadap Anya bahkan tanpa pamit sehingga membuat Anya kembali kesal. Sepenting itukah pekerjaan dari pada dirinya? Bahkan sejak kecil Anya sudah menjadi mandiri dalam kata tanpa orang tua karena mereka terlalu sibuk kerja.

"Tadi kamu sengaja ya?" tanya Ando dengan memajukan wajahnya kepada Anya karena dia melihat Anya sejak tadi aneh. Bisa saja Anya sengaja menjatuhkannya.

"Kalau iya kenapa?" ucap Anya yang juga sontak memajukan wajahnya.

Jarak mereka begitu dekat, keduanya yang tak sadar dan justru mereka saling tatap-tatapan satu sama lain yang terlihat mengujar kebencian.

Anya yang kesal karena Ando tak mau kalah, sehingga membuat dirinya terpaksa melakukan sesuatu.

"Iiiihhhh... aku tidak mau jika kita menikah nanti Bunda perhatian dengan kamu." Jawab Anya dengan menarik rambut depan Ando. Walau rambutnya pendek namun yang terpenting bagi Anya

Kening Ando mengerut sambil merasakan sakit pada rambutnya yang baru saja ditarik oleh Anya. "Dasar perempuan gila," cetus Ando pelan.

"Apa kamu bilang.... "

***

Bernafas dengan tersenggal-senggal karena kelelahan, bahkan sampai selimut pada brankar berantakan. Keduanya sama-sama  tengah beristirahat, Anya yang berada di atas brankar sedangkan Ando meletakkan tubuhnya di lantai.

"Aku sudah lelah, kita akhiri saja," jawab Ando.

Anya yang mendengar itu sontak langsung saja membulatkan matanya, "Tidak, aku tidak akan menghentikannya sebelum kamu.... "

Brak!

Pintu terbuka lebar sehingga membuat keduanya terkejut. "Kenapa berantakan sekali? Kalian habis melakukan apa?"

Keduanya terkejut ketika tiba-tiba saja kedua orang tua Ando datang. Padahal seharusnya mereka berdua tengah sibuk bekerja.

"Kami tidak melakukan apa-apa," jawab Ando yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kedua orang tuanya.

"Bohong, tadi itu kamu melakukan.... "

Anya tak bisa melanjutkan ucapannya karena mulutnya tiba-tiba saja ditutup oleh telapak tangan Ando. Sedangkan Ando tampak bingung bagaimana caranya menjelaskan semua kepada kedua orang tuanya yang berpikir kotor.

"Kami tidak melakukan apapun, sudahlah pikiran kalian berdua sangat kotor," jawab Ando kesal.

"Anak zaman sekarang, kami tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap Anya. Bagaimana jika dia hamil?" Mendengar itu sontak Anya langsung saja menyentuh perutnya dan dia bahkan sampai menggigit tangan Ando.

Melihat reaksi Anya membuat semua yang ada di ruang tersebut sontak terkejut.

"Ayah, Ibu aku sungguh-sungguh tidak melakukan apapun. Anya singkirkan tangan kamu!" ucapnya dengan menepis tangan Anya. Sedangkan Anya yang tampak bingung ucapan mereka masih saja menyentuh perutnya. Apakah dia benar-benar akan hamil? Tapi dirinya dan Ando tak melakukan apapun.

"Cukup Ando! Kami semua akan mempercepat pernikahan kalian." Ayah Ando berteriak kencang karena sudah terlanjur kecewa dengan putranya.

Ayah Ando pergi begitu juga dengan Ibu Ando yang menyusulnya.

"Kamu yakin mas akan melakukan itu?" tanya sang Istri.

"Aku yakin, akan aku ubah pernikahan mereka dan akan terlangsung dalam dua hari lagi."

"Apakah kedua orang tua Anya akan setuju?" ucap Istrinya karena dia merasa kalau pernikahan anaknya itu terlalu cepat baginya.

"Tentu aku yakin mereka akan menyetujuinya dari pada nanti ada rumor hamil sebelum menikah."

Istrinya mengangguk paham, ucapan Suaminya memang benar. Sudah dua kali Anya dan Ando terciduk padahal mereka belum sah dalam tali ikatan pernikahan.

Jika kedua orang tua Ando telah memutuskan namun justru Ando tampak khawatir.

"Arghhh... kenapa tadi kamu menyentuh perutmu Anya?" Tanya Ando kesal bahkan kedua tangannya ingin mencekik Anya bila itu bukanlah kejahatan tentu dia akan melakukannya.

"Aku hanya terkejut dengan ucapannya tadi, dia mengatakannya jadi karena reflek aku menyentuh perutku," jawab Anya dengan santai.

Entahlah melihat Anya yang terlihat begitu santai membuat Ando kesal. Apa tadi Anya tak mendengar ucapan Ayahnya kalau pernikahan mereka akan dipercepat.

"Jika pernikahan kita dipercepat maka itu salah kamu!"

Anya yang sedang asik mengupas buat terkejut dengan ucapan Ando yang menyalahkan dirinya. Sontak dia turun dari atas brankar dengan tangan yang masih memegang pisau.

"Ulangi ucapan kamu Om tua!" cetus Anya dengan tatapan tajamnya.

Ando mengulangi ucapannya tadi, namun dia mendapatkan hadiah yang tak terduga.

Setelah berbicara dirinya ditodongkan pisau. Melihat pisau yang ada di tangan Anya membuat Ando menelan salivanya.

"Jangan gila Anya, kamu itu benar-benar perempuan gila ya?"

"Kamu menyalahkan aku Om tua, dan tadi aku ingin menjelaskan lalu kau menutup mulutku," ucap Anya sambil masih setia menodongkan pisau tersebut.

Mungkin pikir Anya kalau Ando menutup mulutnya sehingga kesulitan berbicara karena secara sengaja. Memang benar, dia melakukannya secara sengaja karena kalau tidak pasti Anya hanyalah memperburuk masalah.

"Karena pasti ucapan kamu membuat kedua orang tuaku salah paham. Mimpi apa aku akan menikah dengan perempuan seperti kamu," cetusnya sambil menepis pisau yang ditodongkan ke arahnya sehingga terlempar dan terjatuh entah kemana.

Tanpa berucap pamit Ando pergi melangkah keluar meninggalkan ruangan rawat Anya. Sedangkan Anya saat ini tengah terdiam mematung dengan ucapan Ando tadi.

"Kenapa dia seolah-olah dirugikan karena menikah denganku nanti? Bukankah aku yang seharusnya dirugikan karena aku menikahi pria tua, dan bahkan tak menyukai wanita sedikit pun."

***

Perbincangan antara kedua orang tua telah usai. Sama-sama tak menyangka apa yang telah diperbuat oleh anak mereka masing-masing.

Seperti tersiksa oleh perjodohan ini, namun keduanya sudah melakukan hal lebih bahkan membuat kedua orang tuanya bertanya-tanya.

"Aku minta maaf atas yang sudah dilakukan oleh putraku. Pasti dia memaksa Anya untuk melakukannya," ucap Ayah Ando.

"Sudahlah, semua sudah terjadi. Yang terpenting sekarang kita harus menyiapkan pernikahan mereka yang akan berlangsung dua hari lagi. Dan besok Anya akan pulang Istriku akan memberitahukannya," ucap Ayah Anya.

"Lalu kapan kamu akan memberitahukan kalau kamu belum meninggal? Jujur aku sedih melihat Anya menangis di makam itu Mas."

"Iya benar ucapan Istrimu, kapan?"

"Saat pernikahan mereka," jawab Ayah Anya.

Semua sontak menganggukkan kepalanya secara bersamaan.

Rupanya Ayah Anya masih hidup, lalu siapa yang kemarin mereka kubur dan Anya yang menangis di atas makam itu?