Masih tak menyangka dengan semua yang terjadi saat ini, Anya benar-benar menjadi Istri sah Ando. Pasti banyak orang yang membicarakannya karena menikah setelah lulus sekolah terlebih lagi dengan pria yang umurnya lebih tua dari dirinya.
Tidak ada senyuman yang Anya tunjukkan kepada semua orang yang mengucapkan selamat padanya, hanya wajah datar dan juga dingin yang selalu dia tunjukkan.
"Bagaimana bisa pria tua itu tersenyum disaat dirinya yang tersiksa menikah denganku?" ucapnya sambil melirik Ando yang memberikan senyum kepada banyak orang yang mengucapkan selamat kepadanya.
Karena pernikahannya hubungan dua keluarga menjadi satu, namun wajah Anya tiba-tiba saja menjadi murung mengingat sang Ayah yang sudah tidak ada. Dirinya tiba-tiba saja menatap pelayan tua yang sedang berjalan di depan matanya untuk melakukan pekerjaannya. Terbingung sejenak karena pelayan itu memiliki suara yang amat mirip dengan sang Ayah, bahkan tadi yang seharusnya menjadi wali pernikahannya Anya adalah Ayahnya namun karena sudah tidak ada tergantikan oleh pria berumur itu.
"Hei... kau tak bisa tersenyum sedikit apa?" ucap Ando yang tiba-tiba saja mendorong tubuh Anya sehingga membuat Anya terkejut dan hendak jatuh namun untungnya dia pandai menjaga keseimbangan.
"Kenapa kamu mendorongku? Mau mencari masalah denganku?" ucap Anya dengan tatapan tajam seolah-olah mengajak sang Suami untuk bertengkar.
"Tatapan kamu menyeramkan Anya, lihatlah beberapa orang menatap ke arah sini!" cetus Ando berbisik-bisik pelan kepada Anya.
Bukannya menjawab dengan ucapan justru Anya menginjak kaki Ando dengan sangat kencang hingga Ando sendiri meringis kesakitan.
"Arghh.... "
Teriakan Ando membuat semua orang menatap kearahnya.
"Anya kamu berbuat apa kepada Ando?" tanya sang Bunda dengan tatapan kesal saat banyak pasang mata melihat ke kedua putra dan putrinya.
"Tidak Bunda, semua adalah kesalahan aku," jawab Ando yang justru membela Anya membuat Anya terlihat tambah kesal dan marah.
Bukankah hubungan mereka harus terlihat tak baik-baik saja agar usai dengan cepat? Lalu dengan cara seperti inilah yaitu bertengkar sehingga banyak orang yang berpikiran buruk mengenai pernikahannya.
"Kami bertengkar, aku menginjak kaki dokter Ando," jawab Anya membuat semua terkejut dan bertanya-tanya kenapa kedua mempelai bertengkar? Padahal baru saja menikah, apalagi banyak sekali orang yang memprediksi kalau Anya melakukan ini semua karena hamil di luar nikah. Entah anak Ando atau bukan? Sebab seluruh kerabat atau tetangga mengetahui kalau Anya memang sedang dekat dengan pria lain bukan dokter Ando dan bisa saja Anya tidur dengan pria itu bukanlah dokter Ando.
Sedangkan Bunda Anya tersenyum menanggapi beberapa orang yang tengah berbisik-bisik apa yang terjadi. "Namanya pengantin baru Bu, jadi ya bertengkar sedikit," jawab Bunda Anya yang berdiri di atas panggung kecil dan di samping Anya, sedangkan para tamu tengah duduk dan menikmati makanan.
"Iya, kami bertengkar Bunda namun itu semua bukan salah Anya tapi kesalahan aku pribadi karena aku tadi membicarakan malam pertama."
Perkataan Ando membuat Anya sontak membulatkan matanya dengan kedua pipi yang sudah merah merona.
"Cieeeee.... "
Semua menyoraki dan menggoda Anya dengan Ando. Karena ucapan Ando membuat Anya malu.
***
Menatap hiasan kamar yang telah dibuat oleh kedua keluarga yang akan ditempatkan untuk dirinya dan Ando. Meneguk salivanya dan bahkan tubuhnya tampak terlihat gugup ketika mengingat ucapan Ando tadi.
"Arghhh... apa yang kamu pikirkan Anya? Sangatlah tidak mungkin jika kami melakukan malam pertama sudah tahu pernikahan ini terjadi karena perjodohan," ucapnya dengan kesal.
Anya yang melangkahkan kakinya mendekati ranjang miliknya. Terlihat besar dan nyaman digunakan, namun di dalam kamarnya hanya ada satu ranjang saja, lantas dimana nanti Ando akan tidur?
"Tidak mungkin aku membagi ranjang dengan pria itu," ucap Anya dan tiba-tiba saja tubuhnya merasa sangat gerah bahkan dia mencium aroma pada tubuhnya yang bau keringat.
Anya pun langsung bangkit dari ranjangnya untuk membersihkan dirinya, dia yang masuk ke dalam kamar mandi.
***
Terkejut dengan semua yang dia lihat, bahkan benar-benar tak menduganya jika seluruh keluarganya tahu akan hal ini.
"Aku rupanya dibohongi oleh kalian semua," ucap Ando yang kesal dan ingin marah namun dia tidak bisa melakukan hal tersebut.
"Ayah minta maaf ya Ando," jawabnya dengan tatapan bersalah.
"Iya aku maafkan dan tentu saja aku dapat menerima ini semua. Lalu bagaimana dengan Anya?" ucapnya dengan merasa kasihan. Dia tahu kedua orang tua sertakan seluruh keluarganya melakukan hal tersebut karena ingin membuat Anya berubah dan mau menikah dengan dirinya dengan beralasan kalau Ando adalah pria baik yang bisa merubah Anya. Akan tetapi jika mengingat bagaimana wajah sedih dan air mata Anya membuatnya sedikit kesal.
"Kami semua akan menjelaskannya," jawab Bunda Anya.
Semua memang harus menjelaskan dan meminta maaf kepada Anya atas apa yang telah mereka lakukan karena jika tidak seperti ini mungkin Anya tak menjadi Istri Ando saat ini.
"Kalau begitu kamu panggil Anya untuk makan malam dan setelah selesai Bunda akan membongkar semuanya," jawab Bunda Anya.
Saat ini seluruh keluarganya dan keluarga Anya tengah berada di rumah baru yang diberikan untuk Ando dan Anya sebagai kado pernikahan. Rumah yang terbilang begitu besar sudah seperti istana kerajaan.
Ando menganggukkan kepalanya dan berucap pamit pergi untuk memanggang Istrinya itu.
Selama dalam perjalanan dia memikirkan bagaimana reaksi Anya nanti apalagi dengan wajah kecewa saat mengetahui semuanya.
Tok!
Tok!
Dia yang telah menghentikan langkahnya dan berdiri di depan kamar yang akan dijadikan tempat mereka berada beristirahat bersama. Mengetuk pintu sebelum masuk namun tak kunjung ada yang menjawab. "Apa Anya sudah tertidur karena kelelahan?" ucap Ando yang mencoba menyentuh kenop pintu dan ternyata pintu kamarnya tak dikunci. "Rupanya tak dikunci," ucapnya kembali dan mendorong pintu dengan perlahan.
Pintu kamar yang di dorong dengan Ando secara perlahan dan saat pintu terbuka matanya membulat menyaksikan pemandangan yang mengejutkan.
"Maaf aku tak sengaja," ucap Ando yang sontak membalikkan tubuhnya.
Sedangkan Anya terdiam sejenak dan sontak berlari kembali ke kamar mandi.
"Anya aku tak melihat apa-apa, sungguh," ucap Ando dengan wajah yang sudah memerah.
Sedangkan Anya yang sudah berada di dalam kamar mandi benar-benar merutuki kebodohan yang telah dia perbuat.
"Apa kamu benar-benar tak melihat apapun?" tanya Anya berteriak dari kamar mandi.
"Aku... aku... aku benar-benar tak melihatnya Anya," jawab Ando berbohong padahal dia bahkan mengingat jelas apa yang dirinya lihat tadi. "Bunda meminta aku untuk menjemput kamu makam malam, yasudah aku pergi terlebih dahulu," jawab Ando dan melenggang pergi.
Lalu bagaimana dengan Anya yang berada di dalam kamar mandi?
"Bodoh... bodoh... kenapa aku lupa membawa handuk aku tadi? Dan pintu juga lupa aku tutup. Apa benar dia tak melihat apapun?" ucap Anya yang sudah tentu sungguh malu dengan kejadian barusan.