Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 29 - 29. Pernikahan Paksa Moniq dan Nathan

Chapter 29 - 29. Pernikahan Paksa Moniq dan Nathan

Keesokan harinya, acara pernikahan hanya berlangsung sederhana dan biasa saja tanpa adanya tamu spesial yang diundang karena mereka memang tidak menginginkan pernikahan tersebut diketahui oleh kalangan umum, dan hanya disahkan secara hukum. Bukan hanya itu saja, bahkan tanpa sepengetahuan Moniq, begitu cepatnya Nathan sudah mengundang pengacara handalnya untuk mengurus pemindahan hak kepemilikan perusahaan Enrique atas namanya sendiri. Betapa hal tersebut mengundang kemarahan putrinya untuk kesekian kalinya. Moniq tidak bisa berbicara banyak dan hanya bisa menjelaskan bahwa meskipun ayahnya sudah tiada, perusahaan tetap harus berjalan dan tidak bisa berhenti begitu saja sehingga membutuhkan seseorang yang sudah ahli dalam bidangnya untuk meneruskan semuanya, dan menurutnya Nathan yang sudah pernah memiliki posisi penting di perusahaan tersebut pastilah akan lebih pantas untuk memimpin perusahaan. Ivory benar – benar telah kehabisan kata – kata terhadap keputusan ibunya yang semuanya diambil secara sepihak dan serba tiba – tiba itu, namun ia pun tidak bisa berbuat apa – apa karena ia sadar, sebagai seorang anak biasanya ia tidak akan pernah berhak untuk ikut campur urusan orang tuanya. Selama acara berlangsung hingga selesai, Jade tetap menemani gadis itu dan terus berada di dekatnya agar ia tidak berbuat kegaduhan lagi jikalau ia kembali rapuh dan tidak bisa menerima keadaan, akan tetapi justru kebalikannya, selama itu pula setiap melihat Nathan mengajukan hal – hal yang semuanya serba mendadak baginya membuatnya selalu geram hingga mengepalkan tangannya yang membentuk tinju seolah – olah ingin sekali menghajarnya saat itu juga. Gadis yang sedari tadi berada di sampingnya itu terus menggenggam tangan Jade agar ia tidak sampai lepas kendali. Kini ia sadar bahwa ternyata bukan hanya dirinya saja yang geram dan marah akan tetapi ada lagi orang yang jauh lebih marah dengan keputusan ini. Ia merasa sangat bersalah karena sempat berpikir bahwa hanya dirinya seorang yang tersakiti. Entah mengapa, Jade yang kepalan tangannya digenggam oleh gadis itu menjadi terasa lebih tenang dan membuatnya merasa bahwa dirinya tidak sedang sendirian menghadapi semua masalah itu. Mereka adalah dua orang yang bernasib sama dan menderita karena keputusan kedua orang tua mereka itu sehingga setidaknya sudah bisa lebih mengerti perasaan satu sama lainnya.

Moniq sendiri sebenarnya tidak bahagia atas pernikahan itu namun ia terpaksa harus tetap tersenyum di depan semuanya karena mulai sekarang ia sudah harus bersikap lebih manis sesuai janjinya agar Nathan meyakini keputusan yang telah diambilnya itu mutlak adanya sehingga lelaki itu bisa merasa puas dan tidak perlu lagi mengganggu putrinya. Ia menatap Ivory dari kejauhan dengan penuh rasa sakit dan kesedihan yang mendalam. Ia begitu yakin pasti hati putrinya saat ini sedang merasa sakit dan tidak nyaman menyaksikan pernikahan mereka yang secara tiba – tiba itu. Ia hanya berharap semoga kedepannya anak muda yang berada di samping putrinya itu mampu memberikannya kebahagiaan agar ia tidak menderita lagi atau bernasib sama seperti dirinya sekarang. Selesai acara Nathan terlihat bersikap begitu manis terhadap Moniq dan Ivory sehingga mau tidak mau Moniq sendiri pun harus bersikap sama terhadapnya dan Catherine karena Nathan sudah memberikan sinyal sebagai peringatan akan persyaratan yang diajukannya kemarin. Ivory yang merasa tidak suka dan marah melihat Moniq yang begitu baik dan bersikap begitu manis terhadap kedua orang itu membuat darahnya mendidih dan panas seketika hingga ia tidak sanggup lagi melihatnya lalu pergi ke balkon kamar untuk menyendiri. Jade yang melihatnya seperti itu pun menyusulnya ke dalam kamarnya sendiri dan menjenguknya melalui balkon kamar di sebelahnya. "Hei, kamu pernah dengar kata bijak ini gak, 'ketika kamu bisa bersabar terhadap sesuatu yang membuatmu merasa pahit, maka semua hal baik akan datang kepadamu' juga?" tanya Jade. Ivory begitu kaget karena disusul oleh pria yang kini berada di sebelah balkon kamarnya itu. "Sejak kapan kamu ada di sini Kak?" bukannya menjawab, gadis itu malah kembali bertanya kepada Jade. "Barusan. Boleh kan aku di sini aja? Aku juga gak suka melihat mereka seperti itu. Bukan cuma kamu aja." Jade terlihat meledek gadis itu lagi untuk sekedar mengingatkannya bahwa jangan pernah menyakiti diri sendiri. "Iv, kalo kamu mau marah, kesal atau butuh pelampiasan aku udah bilang kan untuk cari aku aja. Kenapa sekarang kamu malah di sini sendirian? Gak ngajak – ngajak marahnya," ujar Jade. "Kak, aku itu beneran lagi marah loh. Mana ada sih orang lagi marah malah ngajak orang lain," balas Ivory yang tidak mau kalah. "Jadi kamu anggap aku orang lain?" "Bukannya gitu Kak, tapi maksudku kamu kan tau, kalo aku lagi pengen sendiri, marah sendiri, ya karna aku gak mau aja orang lain jadi terkena pengaruh aura negatifku ini kan," ujar Ivory. "Ivyku sayang, gini ya, kamu itu dari kemarin aja udah begitu terus, jadi aura negatifmu pun udah dari kemarin tuh nyebar ke mana – mana. Kalo mau menghindar pun udah gak bisa, karena aku udah kena efeknya juga nih dari kemarin," ujar Jade seraya meledek gadis itu. Ivory begitu kaget mendengar panggilan Jade barusan terhadapnya. "Kamu panggil aku apa tadi Kak?" "Apa? Ya biasa lah nama kamu. Emang apa?" Gadis itu tersenyum sendiri melihat pria yang sedang gelagapan dan terlihat salah tingkah itu. "Kamu gak nyadar panggil aku apa tadi? Kamu memang panggil namaku, tapi pake gelar sayang lagi loh. Kayak pacarku aja kamu Kak," ujar Ivory yang membuat Jade langsung menyadari bahwa ia telah salah melontarkan kata – kata yang kurang tepat barusan lalu meminta maaf kepada gadis itu. "Eh, tapi kan gak apa – apa juga kalo aku terkadang bertindak sebagai pacar kamu. Kan kita bukan saudara sedarah. Aku bisa kok jadi pacar kamu, kakak, adik, papa, atau kakekmu kalo kamu mau? Kamu tinggal sebut saja mau aku jadi apa?" Ivory kembali menertawakan pria yang melontarkan lelucon lucu tersebut. "Ya gak mungkin lah kak, masing – masing yang kamu sebutkan itu kan beda – beda perannya. Mana bisa kita jadi pacar tanpa cinta, lagian kita ini kakak adik. Orang tua kita udah nikah juga. Kamu ini sekarang uda resmi jadi kakak tiriku, jangan pernah lupa itu. Trus mana mungkin juga kamu jadi adikku, usiamu aja lebih tua, jadi papa atau kakekku juga lebih gak mungkin lagi, kamu aja masih muda dari mereka. Gak pantas deh. Jadi dirimu sendiri aja seperti sekarang ini udah cukup bagiku kok. Aku gak perlu sosok yang lain untuk menemaniku. Sungguh. Aku udah cukup bersyukur bisa memiliki figur seorang kakak sepertimu yang bisa selalu ada untukku. Terima kasih banyak sudah selalu ada untukku." Ivory kemudian bangkit dari tempat duduk mininya dan memeluk pria yang hanya terdiam bengong di tempatnya.

Jade pun membalas pelukan itu, memeluk gadis itu lebih dalam dan erat hingga rasanya tidak ingin ia lepaskan meskipun ada sekat pembatas yang membatasi balkon mereka. Entah mengapa pelukan kali ini terasa begitu menyedihkan. Ada rasa ketidaknyamanan ketika mendengar pernyataan gadis itu mengenai status mereka yang sekarang merupakan dua orang saudara tiri, serta pernyataannya yang mengungkapkan bahwa gadis itu memang hanya memandangnya sebagai seorang kakak, tidak lebih. Namun ia sadar bahwa ia memang harus menerima keadaan pahit itu. Mungkin apa yang dikatakan oleh Moniq sebelumnya memang benar, bahwa sedari awal harusnya ia bisa menghapus semua perasaan itu, terlebih lagi dengan keadaan status mereka yang sekarang. Kedengarannya memang mudah, namun untuk melaksanakannya terasa sangat sulit. Sudah berulang kali ia mencoba untuk menahan gejolak itu dan berusaha untuk menghapusnya namun tetap saja perasaan itu akan kembali muncul dan semakin ia berusaha untuk menghapusnya, maka perasaan itu akan kembali lagi bahkan semakin hari tumbuh semakin dalam hingga mungkin akar tersebut tidak akan bisa dicabut lagi karena sudah mendarah daging. Yang ia bisa lakukan hanya berperan sebagaimana mestinya dengan mengesampingkan perasaan itu meskipun terkadang ia berharap bahwa suatu hari akan ada keajaiban yang mampu mengubah semua keadaan ini. "Apa malam ini kamu bisa tidur?" tiba – tiba Ivory bertanya seperti itu. "Memangnya kenapa nanya begitu? Oh aku tau, kamu mau bilang ke aku untuk temani kamu malam ini karna kamu gak bisa tidur kan?" ujar Jade. Ivory hanya terdiam memandang pria di hadapannya itu dan menatapnya dalam. "Kenapa? Aku ada salah ngomong ya?" tanya Jade. "Aku boleh gak minta sesuatu sama kamu?" Jade hanya menatapnya bengong lalu bertanya, "Minta apa?" "Boleh gak jangan ada rahasia di antara kita? Maksudku aku beneran bisa percaya sama kamu kan? Kenapa aku ngerasa kayak dari semua hal yang terjadi selama ini ada suatu rahasia besar yang orang – orang sembunyikan dariku? Apa kamu mengetahui sesuatu? Kalo iya, tolong katakan padaku Kak, aku gak mau jadi orang yang paling bodoh karena dibodohi oleh orang – orang di sekitarku yang udah aku percaya selama ini," ujar Ivory. Jade hanya terdiam dan menunduk seketika, ia bingung apakah harus mengatakan yang sejujurnya, akan tetapi mengingat risiko yang mungkin saja bisa terjadi karena hal tersebut membuatnya menahan diri dan mengurungkan niat untuk menceritakan semuanya. "Mungkin cuma perasaan kamu aja Iv. Yang aku tau cuma satu hal." "Apa Kak?" "Aku sayang sama kamu dan apapun yang kulakukan itu demi kamu dan mama." Ujar Jade. "Apaan sih, seriusan dikit dong. Aku beneran butuh penjelasan darimu saat ini Kak, adakah hal yang kamu ketahui belakangan ini? Tolong kasih tau aku. Biar bagaimanapun aku berhak untuk mengetahui semuanya," ujar Ivory menimpali. "Iv, kalo menurutku lebih sedikit yang kamu tau akan lebih baik untukmu terutama untuk keselamatanmu. Itu sih saran dariku ya. Aku juga sama seperti kamu. Merasa bahwa seperti ada sesuatu yang ditutupi dariku. Tapi aku gak pernah mau mencari taunya karena aku merasa mungkin sedikit tau itu akan lebih baik daripada akhirnya aku tersakiti lagi. Aku tau ini berat buat kamu begitu juga untukku, tapi aku ingin kamu mencoba belajar sepertiku, belajar menerima segala sesuatu dengan ikhlas, hati dan pikiran yang terbuka, dengan begitu semua beban di hatimu akan sedikit lebih berkurang. Kamu boleh mencobanya." Jade terlihat sedang berusaha meyakinkan Ivory agar ia tidak semakin berpikir terlalu jauh dan mencurigai segala sesuatu yang telah disembunyikan oleh Moniq. Namun ia sendiri pun merasakan bahwa memang sepertinya ada suatu hal lain yang juga disembunyikan Moniq darinya. Apa yang ingin disampaikan oleh Moniq kemarin? Mengapa ia memberikan seluruh aset peninggalan Enrique kepada Nathan begitu saja secara cuma – cuma? Apakah ini semua ada hubungannya dengan kematian Enrique yang disebabkan oleh ayahnya? Ia merasa begitu penasaran apa alasan ayahnya membunuh Enrique dan ada hubungan apa diantara mereka dimasa lalu. Apakah karena ayahnya ingin mencuri dan menguasai harta benda mereka atau memang karena ada dendam diantara mereka? Dari mana ia harus memulainya jika ia ingin mencari tahu mengenai alasan Nathan membunuh Enrique sebelum Ivory mengetahui akan hal ini dari orang lain. Ia ingin andaikan Ivory tahu mengenai hal ini pun suatu hari, maka ia ingin memastikan bahwa dirinya sendirilah yang harus memberitahunya, dan sebelum itu ia pun harus mencari tahu akan hal tersebut terlebih dahulu.