Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 33 - 33. Kematian Hubert, Ayah Kandung Moniq

Chapter 33 - 33. Kematian Hubert, Ayah Kandung Moniq

Hubert yang mendengar semua kenyataan yang dilontarkan oleh Nathan membuatnya begitu depresi hingga membuat kondisinya menurun dalam waktu seketika. Kondisinya yang semakin menurun dimanfaatkan oleh Nathan yang dengan begitu luwesnya menceritakan perihal bagaimana ia mengakhiri hidup Enrique hingga bagaimana ia bisa mengatur pernikahannya dengan Moniq, putri kesayangan Hubert. Ia bahkan sengaja menceritakan bagaimana dirinya menikmati kisah pernikahannya dengan putrinya yang mampu memberikannya kepuasan dan melayani segala kebutuhan batin dan fisiknya, bagaimana ia menyiksa putri dan cucu kesayangannya, bahkan bagaimana ia bisa menguasai seluruh aset yang dimiliki oleh keluarga itu. Semakin mendengar setiap perkataan yang dilontarkan oleh Nathan, darah Hubert seakan semakin mendidih panas hingga ia sendiri pun tak sanggup menahannya lagi lalu akhirnya mengalami sesak di dadanya dan bahkan tidak mampu menarik nafas karena alat bantu pernafasannya telah dicabut oleh Nathan sedari tadi. Lelaki itu memang sengaja membiarkan Hubert terus menegang dan kesakitan hingga memegang dadanya sendiri karena tidak mampu menarik nafas lagi, bahkan semakin lama tubuhnya semakin mengejang dan merasa kesakitan hingga dibagian dada sebelah kirinya. Kaget karena melihat hal tersebut, perawat yang sedari tadi berada di dapur dan baru berjalan keluar setelah menyiapkan sarapan untuk tuannya, langsung mencoba untuk membantu memasang kembali alat pernafasannya, namun Nathan telah bergerak lebih cepat dan langsung menyergap sang perawat dari belakang dan mematahkan rahang perawat tersebut. Hubert yang melihat hal tersebut merasa semakin ketakutan dan mengejang hingga ia tak mampu lagi bertahan dan akhirnya perlahan – lahan menghembuskan nafas terakhirnya. Nathan yang melihat hal tersebut merasa bangga lalu segera membereskan kedua jenazah tersebut dengan melepaskan gas di dalam rumah dan menyalakan kompor gas lalu segera berlari keluar hingga ledakan pun terjadi dan membakar seisi rumah agar tidak ada siapapun yang mampu menemukan bukti kejahatannya.

Tidak ada satupun hal tersisa pasca kebakaran terjadi, hingga media meliput berita tersebut dan semua warga begitu kaget akan headline news yang memberitakan mengenai kematian mengenaskan yang menewaskan Hubert Hans, ayah seorang pianis terkenal Monique Keithleen dan perawatnya pasca kebakaran yang diduga berasal dari kompor gas yang meledak setelah sang perawat menyiapkan sarapan pagi untuk tuannya. Berita yang telah menyebar luas tersebut membuat Moniq begitu terperanjat. Segera Moniq meluncur ke TKP untuk melihat keadaan langsung, namun terlihat berbagai wartawan telah berkumpul di depan rumahnya yang sepertinya sudah menunggu kehadiran dirinya untuk dimintai keterangan pasca kejadian. Moniq yang kaget karena serbuan para wartawan lantas segera masuk ke dalam mobilnya seraya meminta supirnya untuk membawanya pergi menjauh terlebih dahulu dan akan kembali lagi setelah keadaan lebih membaik. Ia hanya tidak mengerti mengapa keadaan bisa menjadi kacau seperti ini. Belakangan kejadian demi kejadian selalu terjadi beruntun dan seakan tiada hentinya menghantui. Ia hanya berpikir apakah ini ada kaitannya lagi dengan lelaki itu. Ia sepertinya bisa menduga bahwa sudah pasti lelaki itu adalah pelakunya, namun jikalau memang benar sekalipun, ia hanya berpikir apa yang bisa dilakukannya untuk terbebas dari Nathan. Ia hanya tidak mengerti mengapa Nathan harus mengorbankan dirinya demi membalaskan dendam dan semua rasa sakit hatinya. Mendadak tidak jadi pulang, Moniq pun segera mendatangi kantor polisi yang telah menyuruh anggotanya untuk berpatroli di depan rumah Hubert agar bisa memberikan saksi dan keterangan terhadap apa yang terjadi dan menimpa ayahnya di rumah yang sudah terbakar tersebut, namun ia hanya bisa memberikan keterangan seadanya dan tidak bisa asal bicara apalagi menceritakan hal – hal yang berkaitan dengan keluarganya terutama Nathan agar masalah tidak semakin merambak ke mana – mana.

Waktu bergulir dengan begitu cepatnya hingga hari sudah menunjukkan jam 7 malam namun Moniq baru saja tiba di rumah. Nathan yang sudah berada di dalam kamar lalu segera menginterogasi Moniq begitu wanita tersebut memasuki kamar untuk beristirahat. "Apa yang kamu katakan kepada polisi?" Bagaikan disambar petir, bulu kuduk Moniq pun segera berdiri hingga ia pun terdiam dan tidak mampu bergerak dari tempatnya. Bagaimana pria ini bisa mengetahui keberadaannya dan kegiatan – kegiatan yang dilakukannya seharian. "Jangan heran, udah berapa kali kukatakan bukan, kalo gerak gerik kalian akan kupantau terus? Jadi jangan kaget begitu dong. Santai aja. Ceritakanlah padaku apa yang ditanyakan polisi padamu? Kita kan suami istri, harus saling berbagi informasi sayang," ujar Nathan dengan nada halusnya namun seakan menekannya. Tidak punya pilihan lain, Moniq pun terpaksa menceritakan apa adanya dan apa saja yang diceritakannya tanpa menyinggung mengenai lelaki itu sedikitpun. "Bagus, aku harap kamu bisa bekerjasama denganku untuk tidak menceritakan perihal pernikahan kita, karena semakin sedikit yang tau akan semakin baik bukan? Dan satu hal lagi, aku gak suka sama yang namanya kebohongan sayang. Jadi andaikan kamu berani berbohong padaku mengenai apa yang kamu ceritakan barusan, maka kamu akan liat sendiri akibat selanjutnya," ujar Nathan dengan intonasi menekannya sembari menekan kedua pipi Moniq hingga membukanya sedikit dan mencium kedua bibir istrinya itu dengan kasar lalu melepaskan wanita itu. Merasa tidak suka dengan perlakuan Nathan, ia langsung mengelap bibirnya dengan tangannya. "Kenapa kamu melakukan itu Nat? Apa salah papaku? Yang selingkuh kan mama. Aku dan papaku waktu itu juga menderita karena ditinggalin mama begitu saja demi lelaki itu. Kamu pikir hanya kamu aja yang menderita karena ditelantarkan seperti itu? Harusnya kamu bisa melihat kebenaran dari dua sisi, bukan hanya dari sudut pandangmu. Aku juga sakit hati ketika mama kembali lagi kepada kami dalam keadaan sakit jiwa setelah ditinggalkan oleh lelaki itu. Kamu udah ngambil Enrique dariku, bahkan semua yang kumiliki juga udah kuserahkan padamu, kenapa sekarang pun papa jadi sasaranmu? Apa kamu masih belum puas, hah?" Moniq lantas mencurahkan isi hatinya kepada Nathan dengan harapan ia akan mengerti dan berhenti untuk mengganggu keluarganya lagi. "Oh sayangku, sedihnya melihat dirimu yang sedang curhat seperti ini. Kasian ya. Aku minta maaf sama kamu karna udah ambil satu orang lagi kesayanganmu. Masalahnya, papa mertuaku itu juga salah karna gak bisa menjaga mamamu dengan baik sehingga membiarkannya untuk merebut papaku. Dan apa tadi kamu bilang? Mama kamu udah jadi gila ya karena ditinggal papaku? Sungguh kasian. Ternyata keadilan itu sungguh ada ya. Akhirnya mama kamu merasakan juga apa yang mamaku rasakan dulu. Kalo gitu udah ya sayang, jangan sedih lagi. Aku udah capek banget seharian bekerja. Jadi sekarang aku mau istirahat dulu, karena besok masih ada hal penting yang harus kukerjakan," ujar Nathan sembari menyunggingkan sebuah senyuman sinis seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu dari Moniq, membuat wanita itu berpikir bahwa sepertinya akan ada lagi hal lain yang dilakukan oleh Nathan.

Tanpa perlu diberitahu oleh Moniq, ternyata kabar mengenai kematian Hubert telah beredar hingga Ivory dan Jade pun mengetahuinya. Namun ketika Jade mengantar Ivory ke rumah kakeknya, tidak ada satupun lagi yang tersisa di sana. Rumah dan restoran yang bergandengan itu kini hanya menyisakan serpihan – serpihan hitam yang berasal dari seluruh isi bangunan tersebut. Karena tidak tahan melihatnya, Ivory yang melihat hal tersebut langsung berteriak dan menyerukan kakeknya berkali – kali, namun yang dipanggil sudah tiada. Jade masih berada di samping gadis ini dengan tatapan sayu dan perih melihat kondisi bangunan yang sudah habis terbakar dan berada di persimpangan kota tersebut. Tidak berapa lama, Ivory terkulai dan menjatuhkan lututnya di tempat. Kemarin ia kehilangan sosok seorang ayah dan sekarang ia kehilangan satu orang kesayangannya lagi, yaitu kakeknya. Rasanya baru saja kemarin ia mengunjungi kakeknya. Mengapa hal seperti ini bisa tiba – tiba terjadi pikirnya. Jade hanya bisa menemani gadis yang sedang terjatuh lemah di sampingnya, bahkan ia sendiri pun rasanya hampir tidak mampu berdiri karena merasa lemas dibagian kakinya. Apa lagi ini pikirnya. Rasanya ini bukan sesuatu yang kebetulan terjadi begitu saja. Ia hanya berpikir apakah lagi – lagi ini ada kaitannya dengan ayahnya. "Kak, apa yang terjadi sama kakek? Kenapa tiba – tiba semua ini bisa terjadi? Aku kehilangan lagi seseorang yang kusayangi Kak, kenapa aku terus kehilangan semua orang yang kusayangi dalam kurun waktu sekejap begitu? Kenapa semua orang meninggalkanku begitu cepat?" ujar Ivory seraya menangis kembali.

Jade tidak tahu harus berkata apa lagi dalam kondisi seperti itu. Ia takut salah penyampaian dan akhirnya malah menimbulkan keributan baru lagi dengan gadis itu. Mungkin untuk saat ini ia hanya perlu berada di sampingnya dan menemaninya. Jade meminta gadis itu untuk lebih bersabar. "Iv, kita gak akan pernah bisa memperkirakan musibah yang akan terjadi dalam hidup kita, namun ada baiknya kita harus senantiasa mempersiapkan diri kita terhadap segala kemungkinan yang mungkin saja terjadi terhadap kita, karena di dunia ini gak ada satu hal pun yang pasti. Aku juga gak menyangka kenapa ini semua bisa tiba – tiba terjadi. Gak ada satu orang pun yang mengetahuinya dengan pasti. Kamu tenang dulu ya, kita pulang dulu dan tanyakan ke mama. Barangkali aja mama mengetahui sesuatu." Jade berusaha untuk membujuk gadis itu untuk kembali ke rumah segera sebelum lelaki itu kembali menyerang mereka. Ivory akhirnya menuruti permintaan Jade. Sesampainya di rumah, mereka berusaha untuk memanggil Moniq di kamarnya karena ingin menanyakan apakah ia mengetahui sesuatu mengenai kematian Hubert. Alih – alih mendapatkan jawaban, Nathan yang ternyata belum menuju ke alam mimpi menghampiri dan memeluk tubuh Moniq dari belakang. "Kalian mengerti yang namanya sopan santun kan? Ini udah malam masih juga kalian mau mengganggu waktu istirahat kami? Bicaranya bisa disambung besok kan sayang?" Nathan kembali berdrama dengan mencium pipi Moniq lalu menutup pintu kamar. Moniq yang sudah merasa geram lantas menampar wajah Nathan atas semua hal yang telah dilakukannya, membuat lelaki itu kembali emosi hingga akhirnya menyerang Moniq kembali. Meskipun Jade dan Ivory mendengarkan beberapa suara rintihan dari dalam kamar, mereka hanya berlalu dan berpikir bahwa mungkin saja kedua orang dewasa itu sedang memadu kasih dan tidak ingin mengganggu lalu mereka pun berjalan meninggalkan ruangan dan akhirnya sepakat untuk kembali ke kamar masing – masing. Alih – alih beristirahat untuk menenangkan diri, keduanya malah mendapati dirinya masing – masing belum bisa tidur dan akhirnya sepakat untuk bertemu di balkon agar bisa saling berbagi cerita dan berdiskusi seperti biasanya.

Ivory yang sedang merasa gundah lantas membuka suara untuk pertama kalinya. "Menurumu apakah kematian kakek ada hubungannya dengan kematian papa Kak? Kenapa aku merasa sepertinya ada suatu hal besar yang terjadi dibalik kematian mereka? Kamu merasakan hal yang sama gak sih Kak?" Tanya Ivory. Pria yang sedang ditanya itu terlihat sedang melamun karena memikirkan hal yang sama dengan gadis tersebut hanya saja ia tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan fakta yang ada padanya. Disatu sisi ia tidak ingin gadis itu mengetahui rahasia besar ini dari orang lain selain dirinya, namun disatu sisi ia merasa tidak tega untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya, dan takut jikalau gadis tersebut mengetahui rahasia ini maka ia akan menjadi benci dan menjauhi dirinya. Rasanya ia belum sanggup untuk membuka rahasia itu.