Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 37 - 37. Gejolak Batin

Chapter 37 - 37. Gejolak Batin

Kotak misterius yang menarik perhatian Jade mengundang rasa penasarannya untuk membuka isinya. Barang kali saja ada petunjuk yang bisa menuntunnya untuk membuka pintu gerbang rahasia yang selama ini tidak pernah diketahui oleh mereka. Segera ia menggali dan membongkar untuk mengeluarkan kotak tersebut dari tempat persembunyiannya. Ivory yang melihat tingkah pria itu membuatnya penasaran lalu datang untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. "Sedang apa Kak? Kamu menemukan apa di situ?" Tanya Ivory penasaran. "Aku tadi liat ada kotak tersembunyi di sini. Karna penasaran jadi kubongkar dan ini udah dapat kotaknya. Mau coba buka gak? Mungkin kamu lebih berhak untuk membukanya karna ini kan peninggalan dari papa dan mama atau paman bukan?" tanya Jade. Ivory semakin penasaran tatkala kotak tersebut sudah berada di tangannya. Segera dibukanya kotak yang membuatnya merasa takjub dengan isinya tersebut. Ternyata di dalamnya tidak hanya berisi foto – foto penting atau kenangan keluarga mereka, namun juga terdapat berbagai dokumen penting yang sepertinya memang disimpan sedemikian rupa di dalamnya. Ivory tiba – tiba menemukan sepucuk surat yang terlihat sudah agak usang. Ternyata itu adalah surat dari James untuk ayahnya, Enrique, yang ingin memberitahukan perihal kemungkinan akan dirinya yang menghilang karena perbuatan seseorang dari masa lalu mereka. Betapa kagetnya dirinya setelah membaca isi surat tersebut hingga ia terjatuh dan duduk di bawah terkulai lemas karena merasa tidak percaya akan apa yang dibacanya itu. "Iv, kamu kenapa? Apa isi surat itu?" Merasa penasaran ada hal penting apa yang tersirat di dalam surat yang membuat gadis itu seakan seperti shock dan depresi, ia pun mengambil surat tersebut dari tangan Ivory lalu membacanya. Namun setelah membacanya, malah sekarang giliran Jade yang terkulai lemas dan duduk di samping gadis itu. Nafasnya seakan berpacu dengan waktu dan terpompa begitu cepatnya, seakan ada desakan emosi, amarah dan tekanan udara yang memompa tensi darahnya untuk naik terus hingga ke atas kepalanya hingga membuatnya merasa tertekan, meledak lalu mengamuk sejadi – jadinya. Ia baru menyadari bahwa ternyata ayah dari Enrique dan ibu dari Nathan, yakni kakek dan nenek mereka memiki hubungan saudara, itu berarti dirinya dan Ivory juga merupakan saudara yang sebenarnya dan bukan lagi saudara tiri? Akan tetapi mengapa Enrique dan Moniq begitu mengharapkan dirinya untuk bersatu dengan Ivory padahal mereka sudah jelas – jelas mengetahui bahwa keduanya memiliki hubungan darah. Rasanya ia tidak bisa mempercayainya begitu saja. "Nggak! Ini gak mungkin! Gak mungkin…!" Jade tiba – tiba berteriak histeris lalu segera keluar dari gubuk dan berteriak sejadi – jadinya di dekat pantai. Ivory yang begitu terperanjat mendengar suara teriakan pria yang terdengar begitu perih dan menyakitkan itu lalu mengikutinya hingga keluar. Dilihatnya pria tersebut masih mengeluarkan seluruh isi hatinya yang kini terlihat seperti bom waktu yang telah meledak pada waktunya. Ia membiarkan pria itu untuk mengeluarkan semua amukannya terlebih dahulu baru kemudian ia perlahan – lahan mendekatinya dan memeluknya dari belakang untuk menenangkannya. "Kalo ada masalah ceritakan padaku Kak, jangan kamu pendam sendiri. Aku takut liat kamu yang seperti ini," ujar Ivory yang sesenggukan karena merasa khawatir dan sedih melihat sikap Jade yang tiba – tiba berubah total bagaikan orang yang sedang kerasukan. Jade merasa nyaman ketika merasakan pelukan dari gadis kecilnya itu lalu berbalik menghadapnya dan memeluk gadis itu seketika. Terlihat ia berusaha mencoba menahan rasa sakitnya yang tidak ingin ia tunjukkan karena khawatir akan membuat gadis itu menjadi takut kepadanya. "Jangan sedih lagi ya. Kakakmu ini gak apa – apa kok. Maaf aku tadi hanya terbawa emosi. Aku gak bisa menahan gejolak yang ada dalam batinku. Aku ini juga manusia biasa tapi tenang aja, aku masih bisa mengatasi ini. Maaf ya, udah buat kamu jadi takut," ujar Jade lalu melepaskan pelukan itu dan memandang Ivory lalu mencium keningnya seperti yang dilakukannya pagi tadi dan menyeka air mata gadis itu lalu mengajaknya kembali ke dalam gubuk sembari berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Setidaknya ia sudah merasa lebih lega setelah mengeluarkan racun yang membuatnya seakan sesak dan tidak mampu untuk sekedar bernafas. Hanya saja meskipun sudah sedikit merasa lega, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ia masih merasakan kepedihan dan rasa sakit yang teramat sangat. Seakan ada sebilah pisau tajam beracun yang telah menancapnya dan membuatnya merasakan sakit yang luar biasa. Ingin sekali rasanya ia bangun dari mimpinya andaikan itu adalah mimpi yang sedang menemani tidurnya, namun nyatanya ini merupakan suatu kenyataan yang harus diterimanya. Sesampainya kembali di dalam, Ivory ingin memastikan kembali keadaan pria itu. "Kamu beneran gak apa – apa kan Kak?" Jade hanya tersenyum menganggukkan kepalanya untuk sekedar memberikan kepastian kepada gadis itu agar ia tidak khawatir ataupun berpikir yang bukan – bukan terhadap dirinya namun entah mengapa Ivory masih merasa seperti ada suatu hal besar yang disembunyikan oleh pria itu, hanya saja ia tidak ingin memaksanya untuk mengatakannya meskipun ia tidak tahu pasti hal besar apa yang menyebabkan pria itu berubah seperti barusan, ia hanya meyakini bahwa itu bisa jadi ada kaitannya dengan ayahnya yang kini bagaikan orang asing yang tidak bisa diterima atau diakui keberadaannya di dalam rumah tersebut. Tanpa dipikirkannya lagi, Moniq kembali merogoh isi di dalam kotak tersebut berharap menemukan sesuatu lainnya. Kemudian ia menemukan sebuah surat yang terselip diantara dokumen lainnya. Dibagian luar surat tersebut tertulis 'Untuk Putriku tersayang, Ivory'. Tanpa menunggu lama Ivory segera membuka dan membaca isi surat tersebut. "Anakku, ketika kamu membaca surat ini, mungkin papa sudah tiada. Satu hal yang papa ingin kamu tau bahwa sampai kapanpun kamu akan tetap menjadi putri kesayangan satu – satunya di kerajaan kita. Ketika papa gak bisa menemani kamu ataupun mama lagi, papa berharap kalian bisa tetap berbahagia dan saling menyayangi. Papa berharap kelak kamu pun akan menemukan kebahagiaanmu sendiri bersama seseorang yang bisa menjaga dan tulus menyayangimu yang bisa menggantikan papa untuk menjaga dan melindungi kamu. Papa juga berharap kamu bisa jaga mama dan temani dia, jangan pernah menyakitinya apapun alasannya. Percayalah apapun yang dilakukannya itu pasti demi kebaikanmu nak, tidak ada seorang ibu yang rela membiarkan anaknya kesusahan. Ingat itu ya sayang, jaga dirimu baik – baik. Ketika kamu sedang membutuhkan sosok seperti papa, kamu bisa mengandalkan Jade. Dia adalah anak yang sopan, baik dan bisa papa percaya untuk menjagamu. Tetaplah jadi anak yang baik untuk mama ya nak. Salam hangat dari papamu." J

Selesai membaca surat tersebut, Ivory langsung memeluk surat itu seolah sedang memeluk ayahnya. Bahkan sebelum meninggal ayahnya pun masih begitu memperhatikannya dan ibunya, bahkan sudah memilihkan dan mempercayakan orang lain untuk menjaganya setelah ia pergi. Ia kemudian melirik Jade yang sudah sedari tadi terduduk melamun. Jade yang sedari tadi terdiam pun lalu menggoyangkan kepalanya ke arah samping untuk menyadarkan dirinya bahwa ini bukanlah saatnya untuk bersungut – sungut ataupun meratap sedih. Ia merasa bahwa perasaannya bukanlah sesuatu yang harus disalahkan atau dipaksakan seperti kata Enrique dalam suratnya. Tidak ada yang harus disalahkan dari hubungan ini dan tidak seharusnya pula ia berpikiran sempit seakan dunia akan berakhir jika ia memang memiliki hubungan darah dengan gadis itu. Bisa jadi ia masih memiliki harapan, karena jelas – jelas di dalam surat kemarin Enrique meminta dirinya untuk terus bersama putrinya bahkan menyetujui andaikan memang mereka ditakdirkan untuk bersama. Meskipun ia masih belum mengerti mengapa Enrique bisa begitu yakin untuk menitipkan putrinya kepadanya, akan tetapi ia merasa masih ada suatu rahasia lain yang belum diketahuinya. Ia akan berusaha mencari tahunya lagi lebih lanjut nantinya tanpa harus diketahui oleh gadis tersebut. Ia tidak ingin gadis itu mengetahui mengenai perasaannya yang sedemikian dalam terhadapnya. Ia begitu takut kalau gadis itu akan menjauhinya apabila mengetahui yang sebenarnya. Setelah itu, ia kembali menatap Ivory yang sepertinya sedang melamun sedih dengan memeluk sepucuk surat yang ia perkirakan pasti dari ayahnya. Tanpa disadari oleh Ivory, pria itu sudah berdiri dan menghampirinya lalu kemudian menenggelamkannya di dalam pelukannya. Sembari mengelus kepala gadis itu, Jade berujar, "Gak ada yang perlu disesali lagi Iv. Kita hanya bisa tetap jalani kehidupan ini dengan sebaik mungkin meskipun kita belum tau misteri kehidupan lain apa lagi yang akan kita temukan setelah ini. Tetap tegar ya. Kamu masih ada aku dan mama." "Tapi mama udah berubah Kak. Setelah papa gak ada entah kenapa aku begitu merasa sendirian dan kesepian," ujar Ivory. "Gadis bodoh. Aku ini kamu anggap apa selama ini hah? Udah berapa kali kukatakan kalo mau sedih, nangis, butuh pelampiasan atau apapun cari aku aja. Jangan pernah merasa sendiri lagi. Aku jadi ikutan merasa kesepian dan gak ada harganya dimatamu. Mulai sekarang, aku ingin kita bisa bersama – sama melewati semua ini. Apapun yang terjadi tolong tetaplah percaya padaku. Itu akan menjadi satu – satunya sumber kekuatan bagiku. Bisa kan?" ujar Jade seraya kini menggenggam erat kedua tangan gadis itu. "Aku gak tau lagi mau ngomong apa – apa Kak, hanya permintaan maaf dan rasa terima kasih yang mampu kuucapkan Kak," ujar gadis itu dengan mata yang sudah berkaca – kaca. Entah sejak kapan tapi semakin hari ia semakin merasa nyaman dan betah untuk terus berada dalam pelukan pria yang terasa seperti pelukan ayahnya dulu. Sedangkan bagi seorang Jade, bisa memeluk gadis itu membuatnya merasa bahwa setidaknya ia masih memiliki harapan meskipun itu sangat kecil dan membuat hidupnya terasa lebih berarti serta membuatnya lebih percaya diri. Kedua insan itu kini hanya bisa larut dalam hangatnya pelukan akan kesedihan masing – masing seakan tidak ingin semuanya berakhir begitu cepat.

Hari sudah petang dan Jade pun mengajak Ivory untuk segera kembali karena ia tidak ingin memberikan pengaruh yang buruk terhadap gadis itu seperti yang dikatakan oleh ayahnya kemarin. Sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan kata – kata yang dituliskan oleh James mengenai neneknya, perselisihan antara keluarganya dengan keluarga Ivory hingga sekarang ayahnya tiba – tiba datang untuk menuntut pembalasan terhadap keluarga yang selama ini sudah berlaku begitu baik terhadap ia dan adiknya hingga ia tidak sadar bahwa ia hampir kehilangan kendali atas kemudi motornya dan hampir menabrak kendaraan yang sedang berada di depannya, membuat mereka hampir saja mengalami kecelakaan besar. Ivory yang traumanya kembali seakan seperti melihat sosok ayahnya yang dihantam truk besar itu sempat membuatnya merasa khawatir akan keadaan Jade dan memintanya untuk berhenti sejenak namun pria itu tetap bersikukuh untuk mempercepat laju motor lalu melanjutkan perjalanan karena tidak ingin kejadian kemarin dimana ayahnya akan memukuli gadis tersebut kembali terulang. Namun sesampainya di halaman rumah, alih – alih masuk ke dalam rumah mereka malah mendengar suara – suara teriakan orang yang bersahut – sahutan bahkan berteriak – teriak. Awalnya mereka berpikir bahwa suara tersebut mungkin berasal dari rumah tetangga terdekat, namun setelah mendekati sumber suara ternyata itu benar adalah suara keributan yang berasal dari dalam dan diciptakan oleh Nathan sendiri, hingga membuat seluruh rumah menjadi ricuh dan gaduh. Mereka yang sudah tidak tahan mendengarnya lalu mendapati pintu rumah sudah tidak dikunci sehingga mereka bisa masuk begitu saja.