Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 42 - 42. Kemesraan yang Mengundang Kecemburuan

Chapter 42 - 42. Kemesraan yang Mengundang Kecemburuan

Hari itu Jade merasa begitu gelisah hingga ia melewatkan jadwal kuliahnya lagi demi untuk menjemput gadis itu atau sekedar untuk memastikan keselamatannya karena tidak biasa bagi gadis itu untuk keluar sendirian. Setelah shift kerja paruh waktunya berakhir siang itu, segera ia meluncur ke sekolah dan menunggu di gerbang depan di mana gadis itu biasanya akan menunggunya. Namun siang itu ia tidak melihat keberadaan gadis itu di manapun dan tidak bersama teman – temannya juga. Sekelompok siswi SMA yang biasanya sering melihatnya membonceng Ivory pun berkumpul untuk mencari perhatian dan menyindirnya, "Masa pacarnya gak tau kalo ceweknya bolos ya," ujar salah seorang siswi tengil kepada teman lainnya seraya melirik Jade lalu tertawa terbahak – bahak seraya meninggalkannya. Jade yang seolah sudah terbiasa melihat pemandangan itu tidak terlalu ambil peduli dan masih menatap ke dalam untuk segera menemukan sosok yang dicarinya. Sudah sejam berlalu, akan tetapi sosok yang ditunggunya pun masih juga belum terlihat batang hidungnya hingga petugas keamanan di sekolah yang merasa penasaran melihat pemuda yang sudah sedari tadi menunggu untuk menjemput salah satu dari siswa – siswi tersebut akhirnya menghampirinya, "Maaf anak muda, mau jemput siapa?" tanya sang petugas keamanan kepada Jade. "Oh iya Pak, saya mau jemput siswi yang bernama Ivory. Biasanya dia akan selalu nunggu di sini tapi kenapa udah sejam saya tunggu – tunggu belum liat kemunculannya juga? Bahkan siswa siswi lainnya juga udah pada pulang," tanya Jade bingung. "Maaf tapi yang mana satu ya? Soalnya banyak siswa siswi di sini jadi saya gak gitu ingat wajah mereka satu per satu," ujar petugas tersebut. Jade seraya menunjukkan foto dirinya yang berbahagia dengan Ivory ketika mereka mengunjungi gubuk kecil milik James. "Oh…iya, saya ingat sekarang, kalo gak salah, tadi pagi siswi ini udah pulang duluan karna diskors selama seminggu dengan alasan gak disiplin ketika mengikuti pelajaran, tapi setelah dia berjalan keluar sendirian saya gak tau lagi dia ke mana. Saya kira dia bakal langsung pulang. Apa kamu belum pulang ke rumah untuk mencarinya?" tanya sang petugas. "Belum Pak, saya baru balik dari kantor dan biasanya saya selalu jemput dia dulu sebelum ke kampus. Ya sudah Pak kalo begitu, mungkin dia udah pulang duluan. Saya akan mengecek dulu ke rumah. Terima kasih Pak buat infonya," ujar Jade yang kemudian direspon baik oleh sang petugas. Segera ia membalikkan motornya untuk kembali ke rumah, namun ketika ia ingin mengatur pijakan kakinya pada motor tersebut tanpa sengaja ia melirik sebuah surat yang terlihat sedang tergeletak tidak jauh dari pintu gerbang sekolah tersebut. Ia kemudian turun untuk mengambil surat tersebut dan membacanya. Ternyata benar, itu adalah surat skorsing atas nama siswi Ivory Smith. Belum pernah sejarahnya gadis ini mengalami hal ini pikirnya. Apakah terlalu berat baginya untuk memahami dan menerima semua kenyataan pahit yang menimpa keluarganya sekarang. Pasti alasan ini pula yang membuat gadis itu tidak bisa berkontrasi penuh lagi terhadap seluruh pelajarannya. Ia kemudian memukul dan menampar dirinya seraya membentak dan menyebut dirinya sendiri sebagai pria bodoh yang telah merusak kebahagiaan gadis yang begitu dicintainya itu. Ia menyebut dirinya sendiri sebagai pria yang benar – benar munafik seperti yang dikatakan gadis itu karena tidak mampu berkata jujur, pecundang memang julukan yang tepat untuknya saat ini, pikir Jade. Sekarang ia bahkan tidak tahu ke mana gadis itu pergi, karena jika sampai terjadi sesuatu yang menimpa gadis itu kembali maka sudah pasti ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

Ia segera menghidupkan motornya lalu menancap gas untuk segera mencari ke seluruh jalanan tempat mereka biasa melewatinya ataupun jalur bus yang kemungkinan melewati jalur menuju ke rumah, bahkan ia sudah kembali ke rumah untuk mencarinya akan tetapi usahanya belum membuahkan hasil, hingga ia terpikirkan sebuah tempat yaitu pantai tempat gubuk tersebut berada. Ia berpikir bahwa kali ini pasti gadis itu akan ke sana untuk menghibur hatinya sendiri. Segera diluncurkannya motor kesayangannya untuk menuju pantai tersebut namun ia tetap tidak bisa menemukan sosok gadis kecil itu. Ke mana lagi ia harus mencari, tampaknya gadis itu sekarang sudah semakin nekad untuk memilih jalannya sendiri pikirnya. Ia begitu khawatir dan berpikir bahwa jangan – jangan gadis itu akan melakukan suatu hal bodoh yang bisa merugikan dirinya. Tanpa berpikir panjang dan tidak menyerah, ia kembali ke perkotaan untuk mencari kemungkinan keberadaan gadis itu namun tetap saja ia tidak bisa menemukannya, bahkan ke taman tempat mereka biasa bertemu pun hasilnya nihil. Ia pun kemudian kembali ke restoran tempat biasa mereka selalu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar makan siang ataupun makan malam namun hasilnya pun tetap nihil, akan tetapi untuk kali ini ia menemukan sebuah petunjuk. Tanpa sengaja ia mendengar sebuah percakapan dua pria yang sedang merokok dan terlihat usia mereka sepertinya terpaut tiga tahun lebih tua darinya atau mungkin lebih sedikit pikirnya, tapi baginya itu tidaklah penting, karena ia lebih mementingkan informasi yang ingin didengarnya dari percakapan kedua orang tersebut. Merasa penasaran, ia segera memesan secangkir kopi dan sengaja duduk di dekat kedua orang yang sedang asik berbincang itu agar bisa menggali informasi pembicaraan mereka dari jarak yang lebih dekat. "Gila banget bestie kita kali ini bro, cakep abis ini ceweknya mah. Cewek loe mah kalah bro," ujar pria asing kedua. "Ah biasa aja. Cewek gua tetap lebih segala – galanya dong. Tapi gua cuma penasaran, dapat dari mana cewek dia kali ini ya? Selera anak itu lumayan juga. Dan yang pasti gua bakal mastiin dulu kalo malam ini dia memang berhak untuk mendapatkan hadiah 1juta dolar yang gua janjikan kemarin ke dia dan akan gua serahkan kalo emang itu beneran cewek tetapnya sekarang," ujar pria asing pertama dengan gaya angkuhnya. "Tapi ini cewek emang cakep banget bro, liat penampilannya. Seperti Barbie, mata biru dan rambut blondenya wow, I like this kind of girl bro," ujar pria asing kedua yang cukup membuat Jade terperanjat. Wanita bermata biru dan berambut blonde memang bukan cuma Ivory seorang, namun entah kenapa instingnya mengatakan bahwa sepertinya gadis yang sedang dibicarakan oleh mereka adalah gadis yang sedang dicarinya. Merasa penasaran ia pun terpikirkan sebuah ide untuk mencari tahu mengenai foto yang menurutnya mereka dapatkan dari kiriman seseorang yang sedang mereka bicarakan tersebut. Ia pun kemudian berpura – pura berjalan dengan memegangi cangkir kopinya sembari memainkan ponselnya lalu menabrak pemuda yang sedang memegang ponsel tersebut hingga terjatuh di bawah kakinya. Jade lalu berpura – pura meminta maaf dan beralasan bahwa ia terlalu fokus pada ponselnya hingga ia tidak sadar dan menabraknya. Jade lalu berusaha menunduk dan mengambil ponsel pria yang sudah dibuatnya terjatuh di bawah kakinya lalu melihat foto gadis yang sedang berpelukan mesra di layar ponsel tersebut. Betapa terkejutnya ia hingga matanya membelalak seakan mau keluar dari tempatnya. Gadis ini, ternyata benar. Ivory. Lalu mengapa ia bisa foto bersama dengan pria terlihat lebih dewasa darinya ini dan siapa mereka? Bagaimana bisa Ivory yang selama ini merupakan gadis lugu dan polos langsung berubah drastis menjadi seperti gadis dewasa seusia mereka. Ini tidak bisa dibiarkan, pasti telah terjadi sesuatu diantara orang – orang ini dan Ivory pikirnya. Dengan ekspresi wajah datarnya ia mengembalikan ponsel milik pria asing tersebut. "Lama amat loe ngembaliin ponsel doang. Sana loe jangan ganggu lagi di sini! Liat – liat juga kalo jalan!" ujar pria tersebut kasar. Jade hanya menganggukkan kepalanya lalu segera membayar kopi yang dipesannya sembari keluar dari restoran tersebut. Ia berencana untuk mengikuti kedua orang yang didengar pembicaraannya tadi bahwa mereka akan menemui Ivory yang sedang dibawa bersama dengan pria dalam foto tersebut. Rasanya ia begitu marah, cemburu dan tidak bisa terima melihat kemesraan gadis yang telah hidup di dalam hatinya itu selama bertahun – tahun harus berduaan bahkan bisa – bisanya dipeluk oleh lelaki yang tidak dikenalnya itu. Berani – beraninya ia memeluk mesra gadis tercintanya, pikir Jade.

Sore itu, setelah sekian lama menunggu di parkiran, akhirnya terlihat kedua orang tersebut tengah bersiap – siap untuk mengambil Mercedes Benz keluaran terbaru yang terpampang dengan gagahnya di hadapan Jade. Tanpa bergeming, ia masih tetap memperhatikan gerak gerik mereka dan merasa begitu penasaran ke mana mereka akan pergi untuk menemui gadis yang mereka bicarakan tadi. Jade pun segera menghidupkan motornya untuk mengikuti ke mana Mercedes itu akan berhenti. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya Mercedes tersebut berhenti di sebuah bar yang cukup terkenal di perkotaan, yakni "Mike Sheds Brewery | Bars and Pubs". Hal tersebut semakin membuat darah Jade yang mengalir terus mendidih dan mengepalkan tangannya. Bisa – bisanya orang – orang ini mengajak seorang siswi SMA untuk bermain ke tempat seperti ini. Ia pun diam – diam masih mengikuti kedua orang tersebut ke dalam namun sayangnya ketika mereka memasuki ruangan VVIP yang hanya dikhususkan untuk pemilik bar dan orang – orang dari kelas papan atas, ia harus berhenti di depan ruangan karena seorang petugas penjaga berbadan besar bagaikan seorang algojo yang dikhususkan untuk menjaga ruangan tersebut telah datang menghadangnya dan tidak mengizinkannya masuk ketika ia melihat Jade yang hampir berjalan memasuki ruangan tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Jade terus memaksa untuk menghalau agar penjaga tersebut tidak menghalanginya untuk menemui kedua orang yang akan menemui gadis itu, ia terus meronta dan meminta kepada petugas penjaga untuk mengizinkannya masuk, namun dengan alasan apapun ia tetap dihalau hingga akhirnya diusir keluar. Kini ia hanya bisa berdiri di bagian luar bar, namun tidak lama kemudian ia melihat sebuah mobil sport jenis HSV GTS-R berwarna hitam yang baru saja tiba telah terparkir cantik di halaman parkiran bar. Tidak berapa lama dari pintu belakang kiri turunlah seorang pria tampan yang berstelan hitam berlapiskan jas putih dengan penampilannya yang berkelas mengenakan kacamata hitam lalu mengulurkan tangan menyambut seorang gadis bergaun hitam yang terlihat begitu seksi dengan penampilannya yang begitu anggun dan mempesona. Gadis yang baru saja keluar dari mobil tersebut langsung mengundang perhatian semua mata di sana yang akhirnya tertuju hanya padanya. Robin pun lalu meengulurkan siku lengannya dengan bangga dan disambut mesra oleh Ivory.

Melihat penampilan Ivory yang begitu memukau membuat hati Jade terasa bergetar dan berdetak kencang namun wajahnya memerah dan memanas tatkala ia harus melihat wanita pujaannya itu sedang bergandengan mesra dengan pria di sampingnya. Tidak salah lagi bahwa gadis yang sedang bersama pria tersebut adalah Ivory. Tanpa meragukan lagi penglihatannya yang memang tidak salah dan setelah benar – benar memastikannya, ia pun langsung mengejar ke arah Ivory yang sedang bergandengan dengan pria tersebut. "Iv! Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Ayo ikut aku pulang! Gak sepantasnya kamu berada di sini!" ujar Jade seraya langsung menarik lengan kanan gadis tersebut akan tetapi gadis itu langsung menarik lengannya dari cengkeraman Jade. "Siapa kamu? Berani – beraninya kamu sembarangan menarik lengan orang asing yang gak kamu kenal! Jangan gak sopan kamu! Sayang, bisakah kamu tolong menyingkirkan orang ini? Kamu liat sendiri barusan apa yang dilakukannya terhadapku bukan?" ujar Ivory manja seraya berlindung dibalik punggung pria kekar tersebut. "Hei anak muda, kamu pikir kamu siapa berani – beraninya mengganggu kekasihku? Udah bosan hidup kamu rupanya?" ujar Robin sangar seraya mendorong sedikit tubuh Jade yang lebih kecil darinya lalu melambaikan tangan memberikan sinyal kepada salah seorang petugas keamanan di bagian depan bar untuk segera mengamankan Jade. Petugas keamanan yang sudah siaga lantas menghampirinya dan berusaha untuk mengusirnya namun Jade bersikeras menolak dan terus meronta agar petugas tersebut melepaskannya namun karena jumlah mereka yang melebihi Jade menyebabkan dirinya tidak dapat berkutik dan hanya bisa melihat pria tersebut menggandeng Ivory masuk ke dalam. Rasanya begitu sakit ketika gadis tersebut tidak mau mengenali ataupun melihatnya seakan ia memang tidak mengenali Jade sama sekali. Ia tidak habis pikir hal apa yang membuat diri gadis itu menjadi lupa akan dirinya bahkan rela menghabiskan waktu bersama pria – pria dewasa di dalam bar tersebut. Apa yang akan dilakukannya bersama mereka pikirnya. Setelah mereka berhasil masuk ke dalam, Jade pun dilepaskan oleh beberapa petugas yang mencengkeramnya dari tadi. "Awas kalo kamu berani mengganggu klien kami lagi! Pergi!" ujar salah seorang petugas mengancam. Ancaman tersebut ternyata tidak menggoyahkan jiwa serta tidak mengurungkan niat dan tekad Jade yang sudah begitu bulat untuk tetap mencari tahu mengenai apa yang akan dilakukan oleh Ivory dengan pria – pria tersebut di dalam bar.