Di sepanjang perjalanan tanpa disadari oleh Robin, ternyata Jade sudah sedari tadi mengintai dan mengikuti belakang mobilnya sejak ia membawa Ivory keluar dari bar. Dari belakang kaca mobil Jade seakan melihat sosok bayangan pria di dalam mobil yang hendak mencium Ivory, bahkan ia membayangkan bahwa sosok itu pasti akan segera menggerayangi tubuh gadis kecil itu hingga membuat Jade tidak mampu berpikir jernih lagi dan langsung segera menancapkan gas kemudian membelokkan motornya ke hadapan mobil sport tersebut untuk membuatnya berhenti. Robin begitu kaget melihat sosok pria misterius itu telah turun dari motornya dan berjalan ke arah belakang lalu mengetuk pintu mobil tempat Robin berada untuk menyuruhnya segera turun. Mau tidak mau Robin pun terpaksa menyambut panggilan tersebut. Ia merasa tidak asing ketika ia sudah bertemu langsung dengan sosok yang berdiri di hadapannya itu. "Ternyata kamu lagi, pria yang tadi di bar. Mau apa lagi kamu?" tanya Robin telah meletakkan kedua lengannya di bagian pinggang. Jade langsung mendorong tubuh pria kekar tersebut ke samping lalu menunduk dan melihat ke dalam mobil. Ketika ia berusaha untuk menyadarkan Ivory dan menarik tangannya, segera Robin menarik baju belakang Jade dan menariknya keluar dari mobil. "Bukankah tadi sudah kuperingati untuk jangan pernah coba – coba ganggu kekasihku. Masih berani juga kamu sentuh dia hah? Kurang ajar!" Robin segera melayangkan sebuah tinju ke hadapan Jade yang kemudian langsung dibalas olehnya. "Brengsek! Gak usah kamu ngaku – ngaku jadi kekasih gadis itu. Dia masih ABG dan gak pantas untukmu! Jadi jangan pernah berpikir kamu bisa dengan seenaknya menghancurkan masa depannya atau kamu yang akan kuhancurkan dulu!" ujar Jade memperingatkan. "Kamu pikir kamu bisa apa, mau berlagak jadi pahlawan? Gadis ini aja benci banget sama kamu, justru aku mau menyelamatkan dia dari penipu dan penjahat sepertimu yang bisanya cuma menipu dan memanfaatkan kelemahan gadis – gadis seperti dia. Udah menguasai harta orang tuanya terus sekarang mau kuasai dia juga? Pecundang sepertimu memang sudah sepantasnya harus mendapatkan ini," ujar Robin seraya melayangkan sebuah tinju lagi ke wajah Jade. "Apa maksudmu? Apa yang kamu tau tentangku dan dia? Kamu itu orang asing jadi gak usah ikut campur urusan keluargaku!" ujar Jade seraya membalas pukulan Robin lalu kembali untuk menarik Ivory agar keluar dari mobil namun Robin telah berhasil menariknya dan menghajarnya kembali hingga akhirnya mereka berakhir dalam sebuah pergumulan. Suara baku hantam yang nyaring pun terdengar cukup keras, hingga supir pribadi Robin pun turut membantunya namun pada akhirnya keberuntungan berada dipihak Jade karena ia kebetulan menemukan batu yang cukup besar di area rerumputan lalu segera menghantamnya ke arah Robin hingga membuatnya ambruk seketika. Ketika supir tersebut sedang teralihkan perhatiannya untuk mengurus majikannya, Jade pun segera memanfaatkan kesempatan untuk membawa Ivory dan segera mengambil tas yang tergeletak di sampingnya lalu membopong tubuh gadis itu dan memposisikannya di belakang motor agar bisa bersandar padanya. Jade segera melingkarkan kedua tangan gadis itu di area pinggangnya agar sang gadis tidak terjatuh.
Awalnya ia merasa sedikit kesusahan karena beban yang dirasakannya dibagian belakang, namun Jade tetap berusaha semaksimal mungkin untuk membawa gadis tersebut agar menjauh dari pria asing tersebut. Sepanjang perjalanan, Ivory sering mengigau dan terus menerus menyebut dan menjelek – jelekkkan nama Jade yang terdengar seolah – olah begitu jahat terhadap dirinya, bahkan ia menyebutkan bahwa dirinya ingin membalaskan rasa sakit hatinya kepada pria tersebut. Ucapan gadis itu serasa telah membakar habis sisa hidup Jade, membuatnya kini merasa semakin bersalah dan kehabisan akal untuk mencari cara agar bisa mengembalikan kepercayaan gadis itu kembali kepadanya. Sesampainya di rumah, Jade diam – diam membawa gadis tersebut masuk ke kamar dan segera membaringkannya, namun tiba – tiba ia kembali dikejutkan oleh Ivory yang tiba – tiba sudah bangun dan langsung memuntahi seluruh isi perutnya hingga mengenai seluruh pakaian Jade. Ia terpaksa melucuti kemejanya yang sudah penuh dengan kotoran lalu kembali membaringkan tubuh gadis itu dan menyelimutinya lalu segera membasuh wajah gadis yang sedang tertidur itu. Ketika ia kembali memandang gadis itu dari jarak yang begitu dekat membuat jantungnya semakin berdegup cepat dan tidak menentu hingga ia kesulitan untuk sekedar menarik nafas. Seketika ia kembali merasakan hawa panas tatkala ingatan akan kejadian yang dilihatnya tadi pada saat gadis itu dengan mesranya mencium dan memeluk pria asing yang tidak dikenalnya tersebut kembali memenuhi pikirannya. Bayangan tersebut membuatnya sudah tidak mampu menahan dirinya lagi lebih lama dari gejolak yang terus meronta – ronta di dalam dirinya. Hal tersebut bahkan membuatnya uring – uringan dan tidak karuan hingga ia merasa semakin gila dan tidak mampu berpikir dengan akal sehatnya. Lalu entah bagaimana, seakan ada hawa – hawa atau bisikan – bisikan iblis didalam yang terus merongrong membuat segala keberanian terkumpul didalam dirinya hingga membuatnya memberanikan diri untuk mencium bibir gadis itu dalam tidurnya. Entah mengapa ia merasa tidak rela jikalau ciuman pertama gadis itu harus direbut oleh orang lain selain dirinya, apalagi jika sampai gadis itu harus jatuh ke dalam pelukan pria mesum itu pikirnya. Telah berulang kali ia berusaha keras untuk menganggap gadis kecil itu sebagai adik tirinya namun perasaan yang semakin dalam itu tidak berhenti merongrong dirinya dan terus membuat akal sehatnya seakan berhenti berfungsi.
Ivory yang merasa risih dalam keadaan tidurnya pun merasa terusik di alam bawah sadarnya hingga tiba – tiba membuatnya terbangun. Seketika ia merasa begitu kaget terhadap sosok bayangan yang ada dihadapannya itu hingga ia langsung mendorong kuat tubuh Jade. "Siapa kamu dan apa maumu?" tanya Ivory masih dalam keadaan setengah sadar dengan mata yang berkunang – kunang ketika ia sedang melihat bayang – bayang seorang pria yang samar – samar tidak jelas. Ketika Jade baru mau menjelaskan, Ivory rupanya sudah tidak tahan akan beban yang terasa begitu berat di kepalanya hingga akhirnya membuatnya kembali kolaps dan tidak mampu untuk bangkit lagi. "Iv, bangun! Aku beneran minta maaf, aku gak bermaksud untuk sakiti kamu, tolong kamu dengarkan penjelasanku dulu," ujar Jade yang terus meracau dan terus berusaha untuk membangunkan gadis itu agar ia bisa memberikan penjelasan detail namun akhirnya ia menyerah dan menyadari bahwa gadis itu sudah tertidur pulas. Seketika ia merasa malu terhadap apa yang telah dilakukannya barusan. Karena merasa perbuatannya begitu bodoh dan egois, ia lantas menghukum dirinya dengan menampar wajahnya sendiri. Ia ingin sekali menjaga dan melindungi gadis itu serta memilikinya kelak, namun ia baru menyadari bahwa cara yang telah dilakukannya tadi bukanlah suatu perbuatan yang pantas. Ia kembali menggenggam tangan gadis itu seraya meminta maaf kepadanya, lalu mengusap kepala gadis itu dan bergumam sendiri. "Mimpi yang indah gadis kecilku tersayang. Aku benar – benar berharap akan ada keajaiban yang bisa menyatukan kita suatu hari nanti. Sungguh aku gak bisa kehilanganmu Iv, aku bisa gila rasanya," ujar Jade lirih dan merasa menyesal. Setelah ia kembali menyelimuti gadis itu, ia tidak langsung kembali ke kamarnya karena saat ini seluruh perhatiannya telah terkuras dan terfokus hanya untuk menunggu dan menjaga gadis itu sampai ia sadar kembali hingga tanpa disadarinya bahwa dirinya pun sudah tidur terlelap sambil tetap menggenggam tangan kecil gadis itu seperti biasanya.
Hingga fajar menyingsing, Ivory yang masih berada dibawah pengaruh minuman keras pun akhirnya terbangun namun masih dengan efek samping kepalanya yang masih terasa sangat berat seakan ia sedang ditimpa oleh batu besar berukuran 1.000 ton. Bahkan ia masih merasa mual dan perih dibagian lambung dan perutnya. Rasa sesak pun kini seakan menyerang dan menjalar di rongga dadanya hingga ia sedikit mengalami kesulitan ketika ia harus bernafas. Segera ia meminum secangkir air di sebelah mejanya yang kemudian langsung diraihnya, namun tanpa disengaja tangannya malah mengenai kepala Jade yang sedang tertidur di samping ranjangnya. Yang membuatnya kaget, Jade tertidur dalam keadaan tanpa memakai kemejanya yang dilihatnya tergeletak di bawah dan penuh dengan kotoran muntah. Ia semakin tidak mengerti apa yang telah terjadi tatkala segera disadarinya bahwa dirinya masih memakai gaun hitam yang membuatnya merasa risih dan jijik apalagi itu bukanlah style favoritnya. Baru kali ini ia merasa bahwa seakan dirinya kehilangan sebagian memori ingatannya mengenai apa yang dilakukannya semalaman dengan memakai gaun itu dan bagaimana caranya Jade bisa terkapar di kamarnya seperti itu. Karena merasa risih dengan gaun yang sedang dipakainya itu, ia pun berniat untuk segera membersihkan diri dan mengganti pakaiannya namun sialnya ia malah tersandung dan menimpa tubuh Jade hingga wajahnya kini hanya berjarak beberapa inchi dari wajah pria yang sedang tidur itu. Seketika ia kembali merasakan aura panas yang menjalar dari pipi dan seperti ada debaran di dadanya yang tak biasa dirasakannya. Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia tiba – tiba merasakan hal tersebut. Pria yang merasa agak sesak dan terhimpit seakan ditimpa sebuah beban berat akhirnya terbangun dan yang membuat matanya membelalak seketika tatkala ia mendapati pemandangan yang tidak biasanya. Wajah cantik seorang gadis yang selama ini telah begitu didambakannya, bagaikan seorang bidadari yang tengah menatapnya dipagi hari. Ivory yang merasa begitu kaget dan malu langsung mengangkat tubuhnya dari Jade namun pria itu tidak mengizinkannya dan terus memeluknya erat. "Akhirnya kamu sadar juga Iv. Tolong jangan pergi lagi dariku. Aku gak akan sanggup untuk jalani hidup ini tanpamu, aku benar – benar sangat menyayangimu. Tolong jangan kamu siksa aku seperti semalam itu lagi. Kumohon…aku gak akan sanggup untuk melihatmu kembali bersama pria itu," ujar Jade lirih membuat mata gadis itu membelalak dan begitu shock. Apa maksud dari ucapannya menyiksanya, bersama dengan pria itu, pria mana? Siapa? Apakah ini ada hubungannya dengan gaun yang sedang dipakainya dan pakaian Jade yang penuh dengan kotoran muntah yang sudah menimbulkan bau tidak sedap di kamarnya itu. Apakah jangan – jangan itu pun karena dirinya. Rasanya kini ia begitu sulit untuk mencerna segala sesuatu yang dilihatnya pagi itu lalu ia segera menarik tubuhnya dari Jade. "Tolong lepaskan aku. Aku gak ngerti apa maksudmu. Satu hal yang ingin kutanyakan, kenapa kamu bisa ada di sini dan bajumu kenapa?" tanya Ivory penasaran karena ingin tahu apakah itu benar karena perbuatannya sendiri yang tidak disadarinya. Jade yang merasa bingung lalu segera bangkit dan langsung duduk di hadapan gadis itu. "Kamu bener – bener gak ingat apa yang terjadi semalam?" tanya Jade yang hanya dijawab dengan gelengan kepala serta tatapan cuek Ivory. "Aku gak tau apakah minuman yang kamu minum semalam di bar itu dimasukin sesuatu atau nggak, yang jelas kamu benar – benar mabuk berat semalam dan kamu muntah, tapi itu gak penting bagiku. Yang aku mau tau siapa pria yang bersamamu semalam itu? Aku gak suka liat perbuatanmu ketika berduaan bersama dengan pria asing dan teman – temannya itu di bar. Bisa – bisanya kalian berciuman dan berpelukan mesra di sana seolah kalian udah berhubungan sejak lama. Apa kamu udah gila? Siapa dia Iv? Kalian ada hubungan apa?" tanya Jade dengan pipi memerah dan emosi yang sudah mulai meledak. "Gila? Bukannya harusnya aku bilang itu ke kamu? Peduli apa kamu tentangku? Kamu gak perlu ngatur – ngatur aku harus berhubungan dengan siapa saja ya. Daripada kamu sibuk ngurusin aku, mending kamu urus saja sisa rencana busuk yang belum kalian jalani. Aku bukan anak kecil lagi yang harus diatur – atur oleh siapapun. Oke, aku minta maaf kalo memang aku yang udah buat bajumu kotor, tapi kurasa aku punya hutang penjelasan apapun kepadamu tentang semua pertanyaanmu tadi karena aku juga gak punya jawabannya. Aku mau bersih – bersih sekarang dan kamu tau sendiri pintu keluar dari sini. Jadi kurasa gak perlu sampai harus kuusir lagi kan?" ujar Ivory tegas.