Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 41 - 41. Kesepakatan Ivory dan Robin

Chapter 41 - 41. Kesepakatan Ivory dan Robin

Setelah saling sepakat, akhirnya Robin pun segera membawa Ivory menuju ke sebuah salon agar ia bisa mengubah penampilan lugu polos gadis itu atau ia akan dituduh oleh temannya karena telah menipu dengan memanfaatkan seorang pelajar untuk mengelabui mereka. Ia memberitahukan kepada pihak salon untuk mengubah penampilan gadis ini menjadi terlihat lebih dewasa agar terlihat seusia dengannya. Selang 2 jam kemudian, staf salon tersebut telah membawa gadis itu kembali menemuinya dengan penampilan rambut dan riasan wajah terbarunya. Kini gadis itu terlihat lebih menawan dan anggun daripada sebelumnya. Mata biru kecil yang indah, wajah yang lebih kilau merona, hidung mancung dan bibirnya yang kini telah dilapisi oleh lipstik merah yang merekah dan memukau dengan gaya rambut yang dibuat ikal terurai dan menutupi wajahnya yang mungil menambahkan kesan elegan nan menawan ala gadis – gadis London atau lebih tepatnya gadis itu kini terlihat bagaikan wajah sang penyanyi terkenal Taylor Swift itu pikirnya. "Sempurna! Bravo! Ini dia gadis pujaanku," ujar Robin dengan tatapannya yang menggoda seakan ia kini begitu tergiur akan gadis yang ada di hadapannya. "Kenapa sih, aku harus diubah jadi seperti ini? Aku gak suka dandanan yang terlalu berlebihan seperti ini. Aku mau mengubahnya. Aku mau kembali menjadi diriku sendiri," ujar Ivory hendak meninggalkan Robin namun pria tersebut menarik lengannya kembali. "Jangan pernah kamu ubah penampilan ini sebelum drama kita selesai beb, santai dan nikmati aja. Lama – lama pun kamu akan terbiasa dengan penampilan ini. Tolong jangan kecewakan aku. Ingat misi kita!" bisik Robin pelan di telinganya seraya mencengkeram dan menekan lengan gadis itu hingga membuatnya sedikit meringis kesakitan. Tidak punya pilihan lain, gadis itu terpaksa hanya bisa mengikuti kemauan pria yang kemudian membawanya ke sebuah butik lagi. Di sana pun pria tersebut terlihat sedang memerintahkan staf di sana untuk memilihkannya set busana yang sesuai dengan penampilan wajahnya kini. Sepertinya pria itu benar – benar menginginkan agar drama ini terlihat lebih nyata lagi pikirnya. Tidak berapa lama kemudian staf tersebut sudah membawanya ke dalam bilik ganti pakaian. Ia benar – benar tidak percaya bahwa pria ini memintanya untuk memakai setelan busana seperti ini. Sebuah gaun hitam yang tidak berlengan dan sedikit memperlihatkan warna kulitnya karena hanya terbuat dari kain berbahan tile hitam yang tembus pandang, dengan penutup berbahan kain chiffon tebal yang menutupi bagian dadanya seperti kemben yang kemudian membalut tubuhnya lalu diikuti dengan beberapa potongan kecil kain berbahan sama dan didesain selang seling dipadukan dengan sedikit kain tile untuk menutupi area perut namun masih memperlihatkan warna kulitnya serta lingkaran pinggang yang akhirnya menutupi dan membentuk pita besar yang sudah terikat dibagian depan perut lalu diikuti rok mengembang yang tersambung terus dari bagian pinggang dan menutupi hingga bagian pahanya. Tidak hanya itu, kini ia bahkan harus memakai heels hitam dengan aksen tali emas yang menyilang dan menutupi area kaki bawahnya dengan tinggi yang berukuran 10cm, membuat gadis itu kini terlihat lebih dewasa seusia Robin. Penampilan terbarunya kini telah menghilangkan paras ABG-nya karena gaun itu benar – benar mampu membentuk ukuran badannya menjadi sedikit lebih padat dan berisi, bahkan Ivory sendiri pun tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terlihat sesempurna Dewi Athena yang terkenal akan kecantikannya itu. Namun alih – alih bangga, ia malah merasa begitu risih dengan gaun yang sedikit ketat dan terlalu memperlihatkan bentuk lekuk tubuhnya yang kini terlihat begitu sempurna.

Staf butik sudah kembali membawanya kepada pria yang sudah sedari tadi menunggu di luar bilik ganti. Ia merasa sedikit malu ketika harus berjalan keluar dan menunjukkan dirinya pada pria yang baru ditemuinya hari itu."Wowww…! Kamu benar – benar terlihat sempurna sayang, flawless!" ujar Robin bertepuk tangan lalu segera memeluk gadis yang baru dikenalnya, namun Ivory terlihat sedikit meronta karena merasa malu harus berhimpitan dengan tubuh kekar pria tersebut, belum lagi ia tidak terbiasa harus dipeluk oleh orang asing seperti itu. "Oh maaf, aku hanya terlalu senang melihat kecantikan kekasihku kini yang terlihat begitu luar biasa dan sempurna," ujar Robin sembari mengedipkan sebelah matanya kepada seluruh staf butik yang sedang melirik mereka sedari tadi dengan tatapan iri, cemburu dan kecewa karena pria sesempurna Robin telah memiliki seorang kekasih hati yang begitu sempurna. Ivory yang merasa begitu malu dengan penampilannya yang seperti itu segera mengambil rompi sekolahnya untuk menutupi bagian tubuhnya itu. Langkah kakinya pun seakan terseok – seok karena kesusahan berjalan dengan heels yang dirasanya cukup menjadi beban yang berat di kakinya. Belum pernah ia berjalan memakai heels yang berat dengan hak setinggi itu yang membuatnya seperti harus kembali belajar berjalan namun pria itu tetap membantu untuk membopong tubuhnya. "Ini semua gara – gara taruhan gilamu. Setelah ini kamu benar – benar harus membayar mahal semua usahaku hari ini brengsek," ujar Ivory tegas agar pria tersebut. "Tenang aja sayang, semuanya ini akan terbayar mahal. Percayalah padaku. Aku gak akan membuatmu kecewa seperti orang – orang yang mungkin telah membuatmu kecewa. Jangan lupa ya, panggil aku Robin atau panggilan sayang lainnya," bisik Robin lagi. Betapa kesalnya Ivory mendengar pernyataan pria yang seakan terdengar begitu menjijikkan di telinganya barusan. Terngiang kembali pernyataan Jade yang telah mengecewakannya karena ia terlalu mempercayainya sebelum ini. Ia merasa menjadi wanita paling bodoh karena terlalu mempercayai orang – orang di sekitarnya, lalu sekarang apakah ia masih harus mempercayai orang yang baru ditemuinya ini dan pada akhirnya ia akan kembali dikecewakan kembali olehnya. Rasanya ia sudah tidak ingin mempedulikan apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya, baginya andaikan tidak ada lagi pun orang yang bisa dipercayainya di dunia ini, maka kali ini ia akan mencoba untuk mempercayai dirinya sendiri bahwa ia akan bisa melewati hari ini dengan sebaik mungkin.

Setelah menaiki mobil jemputan yang telah disediakan oleh Robin, di sepanjang perjalanan Ivory kemudian menanyakan alasan mengapa pria tersebut harus mengadakan taruhan ini dengan temannya hingga harus mengorbankan dirinya untuk terlibat dalam taruhan itu. Mau tidak mau Robin menceritakan sedikit asal usulnya sebagai seorang playboy kelas kakap yang sudah terbiasa bergonta ganti pasangan dan tidak suka terlalu berlama – lama menjalin hubungan dengan seorang wanita karena baginya wanita itu bagaikan parasit yang hanya bisa mengambil keuntungan darinya, bagaikan racun yang hanya bisa membuatnya mati perlahan – lahan sehingga hingga saat ini ia tidak benar – benar bisa memiliki pasangan seutuhnya dan lebih memilih untuk bergonta ganti pasangan agar tidak membuatnya merasa bosan. Teman barnya yang telah menemukan seorang pasangan sejati tiba – tiba hari itu berpikiran untuk mengadakan taruhan ini karena mengetahui bahwa dirinya tidak akan pernah bisa seperti temannya itu sehingga ia terpaksa meminta pertolongan Ivory untuk membantunya kali ini agar ia tidak dihujat oleh temannya lagi dan bisa percaya bahwa seorang playboy sepertinya pun bisa berubah dan bisa mendapatkan seorang pasangan sejati. "Apa kamu gak takut ketauan temanmu andaikan nanti dia tau kalo kita hanya bersandiwara?" Tanya Ivory penasaran. "Itu urusan belakangan. Yang jelas aku harus memenangkan taruhan itu kalo nggak, aku mungkin gak akan sanggup untuk membayar penalti yang telah ditetapkan sejumlah itu, lagipula kalo pun aku memiliki uang sebanyak itu untuk membayarkan penaltinya, aku gak akan rela dia menikmati uangku itu. Kuharap hari ini kamu bisa benar – benar bekerjasama denganku sebaik mungkin. Sebagai langkah pertama, sekarang aku ingin mengambil foto selfie kita untuk pertama kalinya dan akan kutunjukkan padanya tentang dirimu. Maaf jika ini akan sedikit intens," ujar Robin lalu memeluk mesra gadis itu dan kemudian mengambil foto kemesraan mereka agar ia dapat mengirimkannya kepada Mike, temannya. Ivory tidak punya pilihan lain selain membantu pria itu karena ini salah satunya ia bisa mendapatkan uang tersebut agar ia bisa memulai kehidupan barunya tanpa harus bergantung kepada keluarganya lagi, termasuk Jade. Ia kemudian menanyakan Robin apakah bisa membantunya untuk mencarikan pekerjaan paruh waktu untuk wanita seusianya, karena ia tidak mungkin hanya bisa menggantungkan harapan pada bonus yang akan diberikan oleh Robin nanti. Masih tersisa dua tahun lagi untuknya agar bisa segera menamatkan pendidikan SMA-nya. Robin merasa penasaran lalu kemudian kembali menanyakan alasan Ivory untuk mencari pekerjaan paruh waktu.

Tanpa ragu, Ivory pun akhirnya menceritakan mengenai kisah hidupnya yang terasa pelik baginya. Berawal dari keluarga bahagianya yang kemudian harus dihancurkan oleh Nathan dan kedua anaknya yang dianggapnya kini sebagai parasit yang hanya bisa mengambil keuntungan dari harta kekayaan keluarganya hingga kematian paman, ayah dan kedua orang kakek dan neneknya yang disebabkan oleh Nathan. Bahkan ia sendiri kini sudah tidak bisa mempercayai ibunya yang terlihat begitu membela keluarga itu, bahkan kasih sayang yang dimilikinya pun kini lebih diberikan kepada ketiga orang itu. Ia pun menceritakan bagaimana ia sekarang harus bergantung kepada Jade yang harus membiaya biaya sekolah dan hidupnya dari hasil pekerjaan paruh waktunya karena ayah tirinya itu sekarang telah benar – benar menguasai seluruh aset milik ayah kandungnya dulu, bahkan ia sekarang harus mengemis – ngemis dan meminta – minta biaya sekolah dan biaya hidupnya kepada ayah tirinya itu namun lelaki itu selalu saja mempermainkannya. Ia benar – benar tidak sanggup lagi menjalankan kehidupan seperti itu, padahal dulu ia tidak pernah mengalami pengalaman pahit sedemikian rupanya. Robin yang mendengarkan mengangguk seolah paham akan kepahitan yang dialami oleh gadis itu. "Lalu apa rencanamu sekarang? Kamu ingin membalaskan kematian ayahmu terhadap keluarga itu?" Tanya Robin. "Aku berharap aku bisa membalaskan kematian ayahku, kakek dan nenek serta Pamanku kepada orang itu. Tapi aku belum memikirkan caranya. Bahkan pria yang mengaku menyayangiku selama ini dan dengan munafiknya menyuruhku untuk mempercayainya pun seolah telah bersekongkol dengan orang itu untuk menghancurkanku secara diam – diam. Bodohnya aku harus termakan dengan semua omongannya itu. Penipu!" Ivory terlihat sedikit emosi dan air matanya hampir berlinang kembali namun lelaki itu menyeka area mata gadis itu. "Hei, aku gak ingin melihat riasanmu ini rusak hanya karena laki – laki itu. Aku bersedia membantumu setelah ini. Jika nanti usahamu malam ini membuahkan hasil akhir yang baik, aku akan membalas kebaikanmu ini dengan membantumu membalaskan rasa sakit hati dan dendammu itu kepada mereka asalkan kamu mau menuruti caraku. Gimana? Apa kamu siap?" Ivory sedikit ragu mendengarkan tawaran yang diajukan oleh Robin, namun ketika menatap matanya, ia bisa merasakan bahwa pria ini cukup serius dengan ucapannya. "Apa kamu yakin dan gak cuma sekedar bohong untuk menghiburku? Aku udah dibohongi sekali dan aku gak mau dibohongi lagi untuk kedua kalinya," ujar Ivory tegas. "Aku gak perlu menjanjikannya padamu sekarang karena aku belum melihat hasil kerjamu hari ini. Karena aku gak suka berjanji yang muluk – muluk, kamu cukup buktikan kata – kataku nanti, dan sebelum itu aku benar – benar harus memastikan dulu hasil kerjamu malam ini," ujar Robin menatap serius ke depan. Ivory bisa merasakan bahwa Robin memang serius dengan ucapannya sehingga ia pun memutuskan untuk membulatkan tekadnya.