Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 30 - 30. Perubahan Moniq

Chapter 30 - 30. Perubahan Moniq

Sejak pernikahan ibunya, Ivory tidak pernah lagi melihatnya meneruskan hobi memainkan pianonya dulu. Ia menjadi lebih perhatian terhadap pasangan barunya tersebut, mempersiapkan bahkan melayani segala kebutuhan Nathan sepenuhnya bagaikan seorang raja. Bahkan sekarang terhadap Ivory pun, Moniq sudah menjadi jarang perhatian terhadapnya, malah kebalikannya Moniq justru menjadi lebih perhatian terhadap Catherine, dan terhadap Jade masih seperti biasa. Rumah yang begitu luas itu sekarang terasa bagaikan tempat pemakaman umum bagi Ivory, sepi dan dingin. Mereka menjadi jarang bercerita dan berkomunikasi bersama tidak seperti dulu ketika mereka berkumpul bersama Enrique. Namun ada satu hal yang membuat Ivory merasakan suatu keganjilan. Meskipun Moniq selalu memperlakukan Nathan dengan begitu baik dan manis, akan tetapi beliau terlihat sangat jarang bercerita dengan pria itu. Ia terlihat lebih diam daripada ketika bersama ayahnya dulu. Begitu juga sikapnya dengan Catherine. Akan tetapi yang membuatnya semakin tidak mengerti, Moniq tetap saja selalu berlaku begitu baik dan manis terhadap mereka meskipun terlihat jarang berkomunikasi. Yang membuat Ivory lebih tidak mengerti lagi, Moniq terlihat selalu memperhatikan setiap hal yang dibutuhkan gadis yang kini menjadi saudara tirinya itu. Bahkan ketika di meja makan pun ia selalu memanjakan gadis itu dengan mengambilkannya makanan dan tidak mengambilkan untuknya lagi. Hingga suatu malam, Ivory mencoba untuk bermanja kepada ibunya dengan harapan beliau mau memperhatikannya lagi seperti dulu. "Ma, aku juga mau dong ayam gorengnya itu," ujar Ivory manja. "Kamu kan bisa sendiri ambil Iv, kalo nggak kamu minta Papa Nathan ambilkan dulu," ujar Moniq cuek. Nathan yang mendengarnya mencoba berinisiatif untuk mengambilkan apa yang diminta oleh Ivory barusan akan tetapi Jade tidak senang dan mencoba menghalau. "Gak perlu. Biar aku aja," ujar Jade seraya mengambilkan potongan ayam yang diminta oleh gadis itu barusan. "Lagian manja banget sih kamu, memangnya kamu gak punya tangan buat ambil sendiri," ujar Catherine yang terlihat sedang menyudutkan Ivory yang akhirnya membuat gadis itu begitu marah dan tidak senang lalu seraya bangkit dari tempat duduknya dan sedikit menghentakkan tangan kanannya pada meja. "Kamu sendiri kalo bukan manja apa namanya itu? Memangnya kamu juga gak bisa ambil makananmu sendiri dan gak usah nunggu diambilin sama mamaku?" Ivory terlihat sudah mulai kembali memanas dan membentak Catherine. "Mamamu juga mamaku sekarang. Kamu gak usah beda – bedain dan egois begitu dong!" ujar Catherine melawan Ivory. "Cukup! Ivory! Mama gak pernah ajari kamu untuk gak menghargai atau mencari gara – gara terhadap orang lain kan? Mama minta kamu hentikan semua keributan ini! Bisa nggak kamu sedikit menghargai kami sebagai orang tuamu dan jangan membuat keributan ketika kita sedang kumpul makan bersama seperti ini?!" dengan hati yang terpaksa Moniq memarahi putrinya sendiri meskipun ia merasa sangat sakit karenanya. Hal tersebut membuat hati Ivory seperti teriris hingga ia pun meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamarnya dan menangisi keadaan. Jade yang merasa tidak nyaman dengan keadaan di hadapannya, membuatnya merasa muak dan tidak sanggup menghabiskan sisa makanannya lagi hingga ia mengakhiri proses makannya dan mengundurkan diri untuk kembali ke kamar terlebih dahulu. Moniq yang tidak bisa berbuat apa – apa hanya bisa terdiam sendiri diantara kedua orang yang menjebaknya dan membuatnya serba salah itu, tanpa disadarinya air matanya pun mulai menggenangi wajahnya. Alih – alih menenangkannya, Nathan malah membisikkan kata – kata yang seolah menekan wanita itu. "Jangan lemah kamu! Awas aja kalo kamu berani mengalah dan memanjakan anak itu lagi! Kamu tau sendiri apa yang bisa kulakukan terhadapnya," ancam Nathan. Moniq merasa tidak senang dengan keadaan tersebut dan membereskan semua yang berserakan lalu meninggalkan kedua orang itu di ruang makan. Nathan tersenyum bangga dan merasa menang di hadapan putrinya. "Akhirnya kita berhasil memenangkan permainan ini pa. Cath seneng banget karena sekarang bisa jadi seperti putri seorang raja dan ratu, disayangi dan diperhatikan oleh seorang ibu. Baru kali ini Cath benar – benar bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Terima kasih banyak, Cath bener – bener sayang banget sama papa," ujar Catherine manja terhadap Nathan yang menganggukkan kepalanya lalu menggenggam tangan putrinya dan mengatakan kepadanya bahwa apapun yang ia butuhkan sekarang akan ia berikan, hingga hal itu membuat putrinya merasa semakin bangga dan besar kepala bagaikan sedang mendapatkan durian runtuh.

Tidak hanya sekali dua kali Ivory diperlakukan seperti itu pasca ibunya menikah dengan Nathan. Bahkan sekarang untuk membiayai uang sekolahnya saja Ivory pun harus memintanya kepada Nathan karena keuangan sudah dialihkan kepadanya. Sementara Catherine hampir tidak pernah mengeluh mengenai uang sekolahnya karena selalu diurus tepat waktu oleh ayahnya. Hal tersebut membuat Ivory menjadi geram dan terkadang sesekali ia mengadukan hal tersebut kepada ibunya, namun keluhannya selalu dianggap sebagai angin lalu, dan sang ibu hanya menyuruhnya untuk berdiskusi dengan ayah tirinya selaku kepala keluarga yang berhak atas semua urusan keuangan. Namun ketika Ivory mencoba untuk memintanya langsung ketika ia membutuhkan apapun, Nathan selalu menolak untuk memberikannya dengan alasan keuangan sedang tidak baik sehingga mereka harus sedikit berhemat. Padahal ketika Catherine yang memintanya, baik itu barang yang mahal sekalipun akan tetap diberikan oleh Nathan. Hal itu membuat Ivory semakin membenci sosok pria itu dan Catherine. Ketika ia menyampaikan hal tersebut kepada Moniq, ia hanya bisa mendapatkan jawaban untuk sedikit lebih bersabar menghadapi ayah tirinya, dan mengatakan bahwa tidak semua hal yang diinginkannya harus dituruti meskipun hatinya begitu sakit ketika mengungkapkan hal tersebut kepada putrinya. Ia merasa bahwa Nathan sudah mengingkari janjinya yang pernah menyebutkan bahwa akan menganggap Ivory sebagai putrinya sendiri dan menyayanginya namun kenyataan yang ia dapatkan berbeda. Ketika ia mencoba untuk berbicara kepada Nathan, ia justru mendapatkan obat pahit dari lelaki itu yang mau tidak mau harus ditelannya. Ternyata Nathan tidak bersungguh – sungguh dengan janjinya karena justru ia mengakui bahwa ia memang ingin menyiksa Ivory dengan cara halus karena dendamnya terhadap James dan Enrique belum cukup hanya sampai disitu. Moniq mencoba untuk menentangnya namun justru dirinya pun semakin hari semakin sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari pria tersebut dan apabila Moniq mencoba untuk melawannya lagi, maka Nathan pun akan menyiksa batin dan fisiknya dengan cara yang tidak akan pernah diduganya. Ia hanya diberikan dua pilihan oleh Nathan, dirinya yang menerima hukuman tersebut atau Ivory, putri kesayangannya. Sejak Nathan memberikan dua pilihan tersebut, Moniq pun tidak bisa berbuat apa – apa lagi dan hanya bisa menuruti semua yang dipintanya. Bahkan semua gerak geriknya dan Ivory akan selalu diperhatikan oleh pria itu.

Bukan hanya di dalam keluarga saja, bahkan sejak menjabat sebagai pemilik baru dari Lunatech Corp, seluruh karyawan bahkan sudah tidak menyukai lelaki itu. Ketika pertama kali ia menginjakkan kaki dan kembali ke perusahaan, seluruh karyawan begitu shock dan kaget, bagaimana mungkin mereka sekarang telah memiliki pemimpin baru yang memiliki nama yang sama dengan salah satu karyawan yang pernah bekerja di sana sebelumnya meskipun dengan wajah yang berbeda. Nathan sengaja mengaku bahwa ia sebenarnya selamat dari kecelakaan beberapa tahun silam itu dan dirinya telah melakukan operasi plastik sehingga wajahnya sudah berbeda, bahkan ia berani mengumumkan bahwa ialah yang akan memimpin perusahaan karena kini ia telah menjadi pewaris perusahaan yang baru atas persetujuan Moniq yang kini telah menjadi istrinya. Banyak karyawan yang bertanya – tanya apa yang sebenarnya telah terjadi, namun ketika Nathan mengancam mereka untuk tidak ikut campur dalam urusannya apalagi mencari tahu mengenai dirinya, mereka menjadi takut dan tidak berani untuk bertanya lebih lanjut. Sejak mengambil alih perusahaan, banyak sekali karyawan yang mengeluhkan gaji mereka yang dipotong setengahnya, bahkan Nathan membuat sejumlah peraturan baru yang membuat para karyawan merasa semakin tidak nyaman untuk bekerja di sana karena mereka sudah terbiasa dimanjakan oleh Enrique yang selalu bersikap bijaksana, adil dan baik terhadap mereka. Bahkan kini ia dengan sengaja memecat seluruh karyawan senior kepercayaan Enrique dan James agar mereka tidak bisa membocorkan seluruh rahasia yang akan dilakukannya di dalam perusahaan tersebut. Tidak sedikit pula produk yang sudah beredar di pasaran ditarik kembali dan dinonaktifkannya, karena ia ingin meluncurkan produknya sendiri sehingga mereka banyak menerima keluhan dari para pelanggan dan investor, bahkan telah banyak investor yang menarik saham yang telah mereka tanamkan di dalam perusahaan ini. Namun dengan liciknya, Nathan dengan segala cara memalsukan bahkan mengalihkan semua saham tersebut serta mengubah kepemilikannya agar ia bisa tetap menguasai semuanya.

Sementara Jade, sejak ayahnya masuk ke dalam rumah itu, ia hampir tidak pernah lagi bertukar pikiran dengannya dan sudah jarang sekali berbicara dengannya. Ia tidak suka cara Nathan memperlakukan Ivory dan membandingkannya dengan Catherine. Jade yang mengetahui bahwa ayahnya sering tidak berlaku adil terhadap Ivory, akhirnya memutuskan untuk bekerja paruh waktu agar ia bisa menghasilkan sejumlah uang dan bisa meringankan sedikit biaya untuk dirinya dan Ivory serta membantunya ketika ia mengalami kesulitan akibat ulah sang ayah. Ia sendiri pun tidak suka jika harus selalu bergantung kepada ayahnya. Apalagi sejak ia melihat Moniq yang tidak pernah membiayai ataupun sekedar memperhatikan putrinya lagi, membuatnya baru menyadari bahwa inilah yang dimaksud oleh Moniq sebelumnya, bahwa setelah kehidupan pernikahannya dengan Nathan, semua hal tidak akan lagi sama dengan sebelumnya. Itu sebabnya Moniq menitipkan Ivory kepada Jade agar ia bisa merawat dan menjaga putri kesayangannya untuk dirinya. Untuk itulah ia sering membawa Ivory keluar dari rumah ketika ia hendak mengajaknya berbicara karena ia tidak ingin selalu dipantau oleh ayahnya. Seperti malam itu, dikala ia melihat Ivory yang sedang tidak berselera makan karena sedang sakit. Sebelumnya, ia hanya meminta Moniq untuk memasakkan bubur ayam kesukaannya namun Moniq menolak dengan alasan kesibukannya membantu Nathan mengerjakan laporan keuangan kantor dan menyuruhnya untuk memasak sendiri. Melihat Ivory yang semakin jatuh sakit karena sikap kasar dan cuek ibunya, akhirnya ia memutuskan untuk membawa gadis itu keluar untuk mencari bubur ayam kesukaannya. Ivory begitu bahagia ketika ia bisa memakan bubur tersebut. Saking laparnya, ia tidak peduli lagi terhadap sekitarnya dan terus melahap bubur tersebut hingga habis tak bersisa dan memesannya lagi seakan ia sudah tidak makan berhari – hari. Jade yang melihat wajah gadis yang sudah belepotan tersebut karena kerakusannya membuatnya tersenyum sendiri dan membantunya untuk membersihkan sisa sedikit makanan di bibirnya. Ivory baru sadar bahwa karena kerakusannya lagi – lagi ia merepotkan sosok pria yang kini telah menjadi kakak tirinya itu. "Maaf ya Kak, aku jadi ngerepotin lagi. Soalnya ini enak banget, jujur udah beberapa hari ini aku gak pernah nafsu makan lagi. Semua yang kutelan rasanya hambar. Oh ya, ngomong – ngomong terima kasih ya, kamu udah baik banget mau traktir aku semua ini. Kamu dapat uang jajan yang banyak dari orang itu ya sekarang?" Tanya Ivory. "Siapa? Papaku?" Tanya Jade kembali. "Iya. Itu berarti kamu sekarang lebih beruntung dariku Kak," ujar Ivory seraya menatap Jade yang sedari tadi memperhatikannya berbicara tiada hentinya. "Kamu makannya udah siap belum? Kalo belum habiskan dulu, nanti baru aku ceritakan," ujar Jade dengan senyum manisnya yang setiap kali memperlihatkan lesung pipinya hingga menambah aura ketampanan pria itu. Jikalau bukan karena hubungan persaudaraan mereka, mungkin Ivory sedari awal telah jatuh hati kepada pria itu. Wanita manapun pasti akan luluh akan ketulusan, kebaikan dan perhatian yang diberikan oleh pria yang penuh dengan karisma seperti Jade. Ia merasa beruntung sekali bisa memiliki sosok seorang kakak sepertinya. "Kamu tau gak sih Kak, aku tuh merasa jadi orang yang paling beruntung deh di dunia ini, bisa punya kakak sebaik kamu. Aku bangga banget bisa nunjukin ke orang – orang kalo aku punya seorang figur kakak sesempurnamu. Gak cuma cakep, tapi juga keren, baik hati, tulus, perhatian dan sayang sama orang – orang disekitarmu," ujar Ivory bangga sambil terus melahap dan menghabiskan sisa makanannya. "Jadi kamu mau jadi pacarku?" tanya Jade dengan melontarkan pertanyaan yang membuat Ivory tersedak dan terbatuk – batuk karena sendakan yang terjadi ketika ia berusaha memasuki sesendok bubur ke dalam mulutnya. Jade pun terlihat kaget dengan kondisi Ivory yang begitu lalu berusaha memberikannya air mineral. Setelah minum beberapa teguk air, gadis itu akhirnya menjadi lebih stabil, ia pun kembali menceloteh, "Apaan sih Kak? Nanya begitu tiba – tiba? Kamu kira aku ini teman cewek di kampusmu? Kemarin kita udah pernah bahas ini kan, jadi aku rasa gak perlu untuk merespon candaanmu itu lagi ya. Nah, karena aku udah siap makan, coba kamu terusin soal tadi yang mau kamu ceritakan itu apa?" tanya Ivory yang sudah tersipu malu dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan agar pria tersebut tidak menanyakannya pertanyaan yang aneh – aneh lagi. Ia hanya tidak mengerti akan sesuatu yang dirasakannya dalam hati setelah mendengar pernyataan pria tersebut, hingga membuat wajahnya memerah seketika dan salah tingkah, suatu rasa yang tidak pernah ia mengerti mengapa bisa membuatnya merasa malu namun juga membuatnya merasa bahagia dan nyaman pada saat yang bersamaan, padahal ia sudah bersama dengan pria tersebut sedari kecil.