Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 32 - 32. Rencana Kedua Nathan

Chapter 32 - 32. Rencana Kedua Nathan

Moniq begitu khawatir akan keadaan Ivory, meskipun ia sudah mengobati luka di kepala putrinya tersebut namun gadis itu masih juga belum sadarkan diri. Jade pun sedang menunggu hingga gadis itu sadar. Ia merasa bersalah telah mendorongnya jatuh dan ingin meminta maaf kepadanya apabila sudah sadar nanti. Sembari menunggu, ia meminta maaf kepada Moniq karena tidak bermaksud mendorong putri kesayangannya hingga terjatuh. Ia hanya tidak sanggup melihat gadis itu dipukul sehingga ia mengorbankan dirinya, namun ia tidak menyadari bahwa gadis itu akan datang membelanya sehingga ia terpaksa melakukan hal tersebut. Ia tidak menyangka bahwa kejadian akan berakhir menjadi seperti ini. Moniq hanya mengangguk sedih dan telah memaafkan Jade. Sebenarnya ia sendiri pun merasa bersalah telah menyebabkan putrinya menderita karena dirinya. Ia hanya tidak menyangka bahwa Nathan akan mengingkari janjinya. Ia begitu geram hingga mendatangi Nathan di kamarnya. Dilihatnya lelaki yang sedang berbaring dengan tenangnya itu tanpa merasa khawatir sedikitpun, lalu Moniq mendatanginya dan membangunkannya dengan segala keluh kesahnya. Nathan yang merasa terganggu karena keributan yang dibuat oleh Moniq lantas pun memberikannya pelajaran dengan menghajarnya habis – habisan. "Itu hukuman yang pantas untukmu, maka dari itu, jangan macam – macam sama seorang Nathan. Kamu kira kamu bisa melawanku? Sebagai seorang istri kamu itu harusnya menuruti, melayani dan menghormati suamimu bukan sebaliknya. Sekali lagi kalo kamu berani macam – macam aku akan melakukan lebih lagi daripada ini," ujar Nathan sembari melepaskan tangannya yang sedari tadi menarik rambut Moniq yang sudah menangis karena kesakitan. Pernikahannya dengan lelaki itu sudah berjalan beberapa waktu lamanya namun hingga saat ini tidak pernah ia merasakan sedikitpun kebahagiaan atau ketenangan, bahkan setiap kali ia mencoba untuk memberikan perlawanan, maka Nathan akan memberikan serangan berpuluh kali lipat terhadapnya. "Kamu bilang kamu mencintaiku dari sejak dulu, tapi kamu malah memperlakukanku seperti ini, apa ini yang dinamakan cinta?" ujar Moniq. "Moniqku sayang, di zaman sekarang jangan pernah mengharapkan ataupun mengemis karena cinta. Yang kuat adalah yang berkuasa penuh. Cinta hanya bisa membuat orang menjadi lemah. Kamu pikir kamu bisa hidup hanya dengan cinta? Kalo bukan karna aku yang menyambung kepemimpinan perusahaan menggantikan suamimu itu apa kamu pikir kamu masih bisa hidup enak hingga saat ini? Kamu hanya cukup menemaniku dan melayaniku ketika aku membutuhkanmu. Urusan lain, kamu jangan pernah ikut campur. Setiap kali kamu mencoba untuk melawanku, maka putrimu akan menerima akibat yang akan kulipatgandakan dari apa yang kamu lakukan terhadapku. Kalau kamu ingin merasakan cinta dariku, bersikaplah lebih manis terhadapku dan aku pun akan memberikanmu apapun yang kamu inginkan, tapi kalo kamu masih berani menentangku, jangan salahkan aku kalo terjadi sesuatu terhadap kesayanganmu itu. Paham?!" Nathan kembali membentak Moniq yang sudah ketakutan dan hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan semua permintaannya, membuat lelaki itu merasa semakin bangga seakan menjadi seorang raja seutuhnya. Moniq hanya berpikir mungkin sebaiknya ia memikirkan cara halus lainnya untuk memberikan perlawanan terhadap lelaki itu.

Setelah dilihatnya Nathan sudah tertidur pulas, ia pun berjalan keluar meninggalkannya untuk kembali menjenguk putrinya yang masih belum sadarkan diri dan sedang ditemani oleh Jade yang juga sedang duduk di lantai seraya memiringkan kepalanya serta tertidur di sebelah gadis itu. Ia begitu prihatin meratapi nasib kedua anak muda ini. Karena perbuatan lelaki itu, mereka yang masih muda harus menanggung akibat seperti ini. Sungguh perbuatan yang keji dan tidak bisa dimaafkan pikirnya. Setelah Ivory sadar, Moniq segera menyapanya dan memberinya minum lalu berjalan keluar hendak meninggalkannya, "Kalo kamu udah gak apa – apa mama mau kembali ke kamar dulu sebelum dicariin sama papa," ujar Moniq yang tidak berani meninggalkan kamar berlama – lama. "Mama memangnya udah gak peduli lagi sama aku ya? Sekarang mama memang udah berubah ya. Apa spesialnya sih kedua orang itu dibandingkan aku yang jelas – jelas putri kandungmu? Lalu itu wajah dan tangan kenapa lebam dan memar begitu ma? Apa karena dipukuli orang itu juga?" tanya Ivory tidak mengerti. Seraya berbalik untuk menatap putrinya, ia pun berujar, "Gak ada yang perlu kamu khawatirkan dan gak ada yang berubah Iv, mama hanya datang untuk liat kondisimu dan karna kamu udah sadar trus kamu juga udah kelihatan baik – baik aja jadi mama udah bisa kembali ke kamar sekarang. Tadi mama udah obati juga luka di kepalamu. Udah larut malam begini, istirahatlah. Jangan membuat kekacauan atau mengundang kemarahan orang itu lagi. Selamat beristirahat," ujar Moniq seraya meninggalkan putrinya. Karena belum puas Ivory masih terus berusaha memanggil ibunya namun wanita itu tetap bersikukuh meninggalkannya karena tidak ingin Nathan kembali menghajar putrinya. Jade yang terbangun mendengar suara Ivory yang memanggil – manggil ibunya lalu berusaha menahannya agar tidak ke kamar tersebut atau ia akan berurusan lagi dengan psikopat itu. "Tenang Iv, jangan gegabah! Udah, kamu jangan ke kamar mereka lagi. Ini udah malam, sebaiknya kamu beristirahat. Kalo kamu ke sana kamu akan dihajar lagi oleh orang itu, kita semua akan kena imbasnya termasuk mama kamu," ujar Jade. "Tapi Kak, tadi wajah dan tangan mama lebam dan memar, seperti sehabis dipukuli gitu. Pasti ulah orang itu lagi Kak. Aku benar – benar gak ngerti sama jalan pikiran mama, kenapa udah diperlakukan begitu tapi mama tetap aja lebih perhatian sama mereka berdua dibandingkan samaku yang jelas – jelas dalam kondisi begini padahal aku ini putri kandungnya? Aku gak bisa terima kalo pria itu juga menyakiti mama, aku harus menemuinya untuk meminta penjelasan Kak," ujar Ivory yang hendak berlalu meninggalkan Jade namun gerakan pria itu lebih cepat dan segera menarik lengan Ivory untuk kembali hingga membuat tubuh wanita itu berputar refleks terjatuh di pelukan tubuh Jade. Bahkan kini wajah mereka bertemu dan hanya berjarak 5cm. Jade merasakan degup jantungnya berdetak lebih kencang ketika menatap wajah gadis yang hampir bertabrakan dengan wajahnya itu dari dekat. Ivory sendiri pun merasakan wajahnya mulai memanas karena tidak biasanya ia memandang wajah pria itu dari dekat, padahal pendingin ruangannya sudah dihidupkan sedari tadi. Meskipun ia sudah mengenal dan tumbuh bersama pria itu sejak kecil, tapi selama ini ia tidak pernah menyadari bahwa kharisma pria yang sedang berdiri di hadapannya itu begitu berwibawa dan mempesona. Tidak pernah disangkanya bahwa kakaknya itu memiliki pesona yang begitu spesial. Segera tersadar, Ivory berusaha melepaskan tangan kekar Jade yang telah memeluk pinggangnya sedari tadi hingga Jade tiba – tiba tersentak karena merasakan tangan Ivory yang berusaha melepaskan pelukannya. "Ah maaf, tadi refleks aja Iv. Aku cuma mau bilang, udah cukup yang terjadi tadi. Aku gak mau kamu sampai dipukuli lagi sama orang itu. Kamu udah liat sendiri kondisi mama juga jadi seperti itu, jadi kalo kamu ke sana lagi entah apa lagi yang akan dilakukan orang itu terhadap mama. Apa kamu mau kondisi mama jadi lebih parah dari ini?" Ivory hanya menggelengkan kepalanya lalu menunduk seakan ia menyerah dengan keinginannya. Jade menyarankan gadis itu untuk beristirahat daripada harus membangunkan singa yang sedang tertidur demi kebaikan mereka semua.

Pasca pernikahan Moniq dan Nathan terjadi, meskipun mereka tidak pernah merayakannya, namun kehadiran Nathan di tengah – tengah semua kalangan relasi perusahaan ternyata begitu menggelegar hingga kabar pernikahan Nathan dan Moniq telah menyebar ke seluruh penjuru dan sampai ke telinga Hubert. Pagi itu, seakan tersambar oleh petir, Hubert yang sedang dalam kondisi yang tidak begitu baik langsung mendapatkan serangan jantung dan mengalami penurunan kondisi yang begitu drastis. Segera perawat yang merawat Hubert menghubungi Moniq untuk memberitahukan mengenai kondisi tuannya yang menurun. Moniq pun segera bergegas menjenguk ayahnya. Hubert begitu shock mendapati tubuh putri kesayangannya dalam keadaan lebam dan memar. Ia menanyakan putrinya bagaimana ini semua bisa terjadi. Moniq tidak ingin membuat keadaan Hubert menjadi lebih menurun lagi terpaksa berbohong dan mengatakan bahwa ia baik – baik saja serta berbahagia setelah menikah dengan lelaki itu dan memar yang ditubuhnya disebabkan karena ia tanpa sengaja terjatuh di dapur ketika sedang memasak. Hubert sebenarnya tidak begitu yakin terhadap apa yang diceritakan oleh Moniq namun ia hanya bisa meminta putrinya untuk lebih berhati – hati.

Nathan yang ternyata mengetahui kepergian Moniq ke rumah Hubert lantas menghampirinya ketika ia telah sampai di rumah dan menanyakan apa saja yang diceritakannya kepada Hubert. Moniq menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa ia tidak menceritakan apapun hanya menceritakan bahwa dirinya berbahagia setelah menikah dengan lelaki itu, namun Nathan tidak mempercayainya. "Kamu pikir aku bodoh dan akan mempercayaimu begitu saja? Apa kamu tau, alasanku menikahimu selain ingin membalaskan dendamku kepada suamimu itu? Karena ibumu yang pelacur itu telah membuat ayahku meninggalkan aku dan ibuku ketika kami membutuhkannya. Ia memilih untuk meninggalkan ibuku demi untuk menikahi ibumu. Apa kamu tau betapa menderitanya ibuku ketika ayahku meninggalkannya demi wanita lain? Dan sekarang aku akan perlahan – lahan membuat perhitungan terhadap ibumu melalui dirimu, ibumu ataupun ayahmu! Kalian semua akan membayar semua yang telah kalian rebut dari keluargaku dulu! Ingat itu!" Moniq begitu kaget mendengar pengakuan Nathan mengenai ayahnya yang telah meninggalkan ibunya demi menikah dengan ibu Moniq sendiri. Ia merasa mengapa dunia begitu sempit, seakan semua akibat perbuatan orang tuanya dimasa lalu harus ia yang menanggungnya dimasa sekarang.

Setelah itu, tanpa sepengetahuan Moniq, Nathan mendatangi kediaman Hubert. Ia berencana untuk membunuh lelaki tua itu dan mengambil alih restoran yang sudah lama tidak bisa dikelolanya. Bukanlah seorang Nathan jika ia tidak bisa menaklukkan atau mendapatkan apa yang diinginkannya. Hubert yang sedang beristirahat tiba – tiba begitu kaget ketika alat bantu pernafasannya dicabut oleh seorang pria paruh baya yang kini berdiri di hadapannya. "Siapa kamu?" Tanya Hubert. "Aku adalah menantu barumu, Nathanael Lodrick. Mungkin kamu tidak mengetahui dari siapa aku mewarisi nama Lodrick ini bukan? Biar aku kasih tau kamu ya Pak Tua yang terhormat, aku adalah putra dari seorang lelaki bernama Gerald Lodrick, mantan suami ibuku yang telah menceraikan dan meninggalkan ibuku, Charlotte Smith demi menikahi mantan istrimu. Waktu itu aku begitu menderita dan sengsara karena kepergian ayahku menyisakan kepedihan mendalam bagi ibuku dan bahkan membuatku susah. Aku harus putus sekolah dan harus membanting tulang membantu ibuku, namun naasnya setelah ibuku harus mendapatkan hukuman dan dipenjara seumur hidup bahkan menerima hukuman mati yang disebabkan oleh Enrique dan James dua pecundang tersebut, membuatku harus menjadi anak jalanan yang luntang lantung hingga aku dipekerjakan sebagai seorang mafia dan mengalami sejumlah kepahitan demi mempertahankan hidupku sendiri. Aku gak akan pernah lupa sama semua itu dan setelah Enrique berhasil kusingkirkan dari hidupku, kini giliranmu Pak Tua," ujar Nathan dengan nada yang menekan Hubert. "Jadi kamu yang udah bunuh Enrique?" Tanya Hubert. "Kenapa? Kaget? Sekarang sudah tiba giliranmu," ujar Nathan.