Setelah melihat keadaan Jade yang cukup mengkhawatirkan dan selesai mengobatinya, Ivory pun membawakan makan siang dan membantu menyuapinya hingga membuat Jade merasa begitu terkesan dengan sikap dan perhatian gadis itu. Lagi – lagi gadis itu kembali menyentuh hatinya hingga ia merasakan debaran yang tidak beraturan pada detak jantungnya ketika menatap gadis itu dalam. Setelah kejadian tadi ada suatu ketegangan dan ketidaktenangan yang ia rasakan dalam hati, atas janjinya kepada Moniq mengenai rahasia tersebut. Ia merasa bersalah karena tidak mampu memberitahukan kenyataan yang sebenarnya pada saat ini. Ia hanya berpikir andai suatu saat Ivory mengetahui kejadian yang sebenarnya, apakah Ivory masih bisa bersikap begitu baik terhadapnya, membenci dirinya, atau justru ia akan menjauh darinya dan bahkan memusuhinya. Andaikan hal tersebut terjadi pastilah ia akan merasakan rasa sakit yang luar biasa dan disaat itu pula akan ada dua hati yang tersakiti. Rasanya ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika setelah mengetahui hal tersebut gadis itu malah memilih untuk menjauhinya. Namun apabila dengan merahasiakan semua ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan maka ia akan tetap memilih jalan ini sebagai jalan terbaik untuk melindungi Ivory dari kejahatan ayahnya pikirnya. Tanpa disadari, ia menggenggam tangan Ivory yang sedari tadi sedang menyuapinya, lalu mengembalikan sendok yang dipegang oleh Ivory dan meletakkannya kembali pada piring tersebut lalu menempatkannya di meja. Ia menarik Ivory dan memeluknya erat – erat rasanya tidak ingin melepaskannya untuk saat ini. Ia hanya takut apakah besok, lusa, atau hari – hari berikutnya ia masih bisa melewati hari – hari bersama dengan gadis yang sangat dicintainya ini.
Ivory merasa aneh dengan sikap kakaknya hari itu, namun ia berpikir mungkin ia hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih atas kebaikannya yang sudah mau menolongnya. "Terkadang kakakku ini emang sedikit berlebihan, mau berterima kasih aja sampe segitunya." Seraya melepaskan pelukannya, Jade mulai menatap Ivory dan mulai bertanya dengan ekspresi yang serius, "Andai suatu ketika kamu mengetahui siapa pembunuh papa yang sebenarnya, apakah kamu akan maafin orang itu?" Tanya Jade. "Tentu saja nggak Kak, kamu tau sendiri kan betapa sakitnya aku dan mama ketika kehilangan papa kemarin. Apa kamu tau, di dunia ini aku gak apa – apa kalo hanya sekedar kehilangan harta benda yang kupunya, tapi aku gak bisa kehilangan papa atau mama. Mereka adalah hartaku yang paling berharga. Kamu gak mengerti rasanya gimana jadi aku dan mama kemarin, menyaksikan sendiri potongan tubuh papa ketika dihantam oleh truk itu. Kamu pikir kejadian itu bisa aku lupakan begitu aja? Sampai kapan pun aku gak akan pernah lupa dengan kejadian itu. Aku akan terus mencari tau siapa dalang dibalik kematian papa dan kekacauan di rumah ini. Aku yakin orang tersebut dan motifnya melakukan ini semua terhadap keluargaku pasti sama. Dan yang aku tau pasti orang tersebut melakukan ini demi menguasai semua yang papa miliki. Orang yang nggak senang melihat kebahagiaan kami dan orang tersebut ingin menghancurkan keluarga ini. Aku gak akan tinggal diam ketika aku udah menemukan pelaku sesungguhnya. Akan kupastikan orang tersebut akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas apa yang telah dilakukannya terhadap papa. Aku benar – benar gak bisa terima ini semua Kak." Moniq yang ternyata masih berdiri di balik pintu kamar ternyata juga mendengar pernyataan putrinya yang begitu menyakitkan hingga membuatnya teringat kembali akan semua rekaman kejadian itu. Tidak tahan mendengarnya, ia pun segera kembali ke kamarnya untuk menenangkan diri karena tidak ingin ketahuan putrinya bahwa ia sedari tadi telah menguping pembicaraan mereka. Jade pun merasa sangat sakit mendengar pernyataan pilu yang dilontarkan oleh gadis itu. Ia tidak tahan meratapi gadis yang begitu dicintainya itu harus menderita karena perbuatan ayah kandungnya sendiri. Ia benar – benar tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika Ivory sampai mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Ia hanya takut gadis itu akan jadi sangat membencinya seumur hidup. Karena itu, untuk kali ini saja ia ingin bersikap egois seolah – olah ia tidak mengetahui apa – apa asalkan ia masih bisa tetap bersama – sama dengan gadis di hadapannya ini. Rasanya ia tidak akan mungkin bisa melewati hari – hari tanpa dirinya. Ia pun kembali memeluk gadis itu untuk menenangkannya. Ia bisa merasakan betapa menyakitkannya semua ini baginya, rasanya ingin sekali ia mengambil dan menanggung semua beban berat yang dipikulnya saat ini. Andaikan ia sendiri yang berada di posisi gadis itu, ia pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Namun ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa suatu hari nanti ia pasti akan menemukan cara untuk membuat ayahnya mempertanggung jawabkan semua perbuatannya yang telah menyebabkan Enrique meninggal. "Iv, aku janji akan membantumu untuk membalaskan perbuatan orang itu sekalipun nyawaku akan menjadi taruhannya. Aku hanya berharap apapun yang akan terjadi nantinya, percayalah bahwa aku melakukan semuanya untukmu, untuk Mama Moniq dan juga untuk mendiang Papa Enrique." Ivory mengangguk dan berterima kasih kepada Jade yang telah membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Kemudian mereka kembali mendiskusikan langkah untuk penyelidikan selanjutnya. Mereka hanya tidak ingin melibatkan pihak kepolisian untuk saat ini karena mereka ingin menjebak dan membuat sang pelaku jera hingga menyesali perbuatannya dengan cara mereka sendiri sebelum menyerahkannya ke jalur hukum, terutama Jade karena ia sudah begitu geram dan tidak tahan lagi terhadap kelakuan psikopat itu.
Selesai diskusi usai, Ivory meminta Jade untuk membawanya ke suatu tempat. Jade yang awalnya bingung ke mana tujuan gadis itu akan pergi akhirnya hanya menuruti permintaannya. Kini mereka telah tiba di tempat tersebut dan Jade merasa asing dengan tempat ini. Sungguh pemandangan yang luar biasa pikirnya. "Kita mau berliburan di sini ya?" Tanya Jade. "Keadaan yang masih sama dengan terakhir kalinya aku dan mereka ke sini. Sini, aku tunjukin sesuatu," ujar Ivory seraya membawa Jade ke tempat yang ingin ia datangi. "Tempat apa ini?" Tanya Jade yang seketika merasa takjub akan pemandangan sebuah gubuk kecil yang sedang berdiri kokoh di hadapannya. "Ini dinamakan Gubuk 'Rahasia Cinta', ujar Ivory seraya membawa Jade menuju ke dalam gubuk kecil yang pernah ditunjukkan oleh ayahnya tersebut. "Gak nyangka ya, waktu bergulir begitu cepatnya. Rasanya baru saja kemarin kami ke sini. Kami benar – benar bahagia sekali waktu itu dan menikmati waktu kebersamaan kami di sini," ujar Ivory. "Kenapa nama teempatnya seperti itu?" Tanya Jade dan kemudian gadis itu pun menjelaskan kembali apa yang pernah dijelaskan oleh ayahnya sebelumnya seraya menunjukkan kepadanya semua foto – foto yang disusun berjejer oleh Enrique dan James. Jade merasa kagum dengan apa yang dilihatnya, begitu detail dan sempurnanya pemikiran Paman James selaku pelopor dari tempat tersebut pikirnya. Ia lalu menanyakan gadis itu mengapa ia mau mempercayakannya dengan menunjukkan tempat tersebut karena bukannya tempat tersebut merupakan tempat rahasia keluarga mereka. "Aku gak tau alasannya kenapa, hanya instingku mengatakan kamu adalah satu – satunya orang yang bisa kupercaya selain mama. Aku ingin kamu bisa membantuku mengusut kematian papa. Itu berarti aku percaya bahwa kamu bisa membantuku untuk itu." Jade hanya tersenyum lalu berterima kasih karena gadis itu mau mempercayainya. Ingin sekali rasanya ia segera menemukan cara untuk membuat ayahnya menerima hukuman yang setimpal karena telah membuat gadis tersebut menderita, namun ia sadar bahwa ia harus memikirkan cara terbaik dan tidak boleh gegabah atau malah dirinya yang akan dijadikan sebagai bumerang oleh ayahnya sendiri. Ia benar – benar merasa jijik memikirkan sosok ayahnya yang sekarang sudah berubah menjadi psikopat dan bagaikan monster pembunuh yang tidak memiliki hati, bahkan ia melibatkan Catherine, anaknya sendiri untuk mendukung segala kejahatannya. Orang tua mana yang begitu tega mengorbankan dan mengajari anaknya sendiri untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang psikopat.
Ketika Jade sedang melihat foto – foto James dan Enrique, ia tiba – tiba menemukan tulisan dibalik foto – foto tersebut. Rasanya ia tidak asing dengan bentuk tulisan tersebut. "Iv, kamu bawa surat misteriusmu itu gak? Boleh kupinjam sebentar?" Tanya Jade. Ivory yang merogoh – rogoh sakunya lalu menemukan dan menyerahkan surat misterius yang diterimanya kemarin kepada kakaknya itu. Jade kemudian mencocokkannya dengan tulisan dibalik foto tersebut. "Kenapa Kak? Kamu menemukan apa?" Tanya Ivory. "Ini coba kamu lihat. Bukankah kedua bentuk tulisan ini sama?" Jade terlihat sedang menggabungkan tulisan dibalik foto Enrique dan James dengan tulisan dalam surat tersebut. Ivory menemukan memang terdapat kesamaan tulisan dalam surat tersebut. "Ini tulisan siapa Iv?" Tanya Jade. "Tulisan dibalik foto ini sih tulisan Paman James. Tapi beliau kan sudah meninggal lama sejak aku masih kecil. Yang kuingat dari cerita papa kalo Paman meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika mau balik dari perjalanan bisnisnya bersama dengan papa kalian. Kamu gak tau soal ini ya Kak?" Jade baru saja teringat bahwa terakhir kalinya ayahnya meninggalkan dirinya dan Catherine di rumah mereka lalu kemudian menghilang bersama dengan salah satu pemimpin perusahaan ini akan tetapi waktu itu ia pun masih kecil dan ia tidak tahu menahu kalau ternyata yang dimaksud mereka pemimpin tersebut ialah paman kesayangan gadis itu. Pantas saja Ivory yang masih kecil saat itu terus menerus menangis dan mencari sosok pamannya. Ia selama ini tidak begitu peduli akan masalah detail keluarga itu karena ia selalu merasa akan sangat tidak etis jika ia harus selalu mencampuri segala urusan keluarga tersebut. Meskipun telah diangkat menjadi anak asuh dalam keluarga ini, tetap saja ia harus menjaga batasan – batasan privasi tertentu dan mungkin dengan tidak terlalu ikut campur dalam urusan keluarga ini akan lebih baik, bahkan bisa diterima dan dirawat serta segala kebutuhan selalu bisa dipenuhi hingga sekarang saja pun ia sudah sangat bersyukur pikirnya. Namun kali ini sedikit berbeda. Sejak Enrique menitipkan tanggung jawab kepadanya untuk menjaga keluarga ini, maka ia mau tidak mau harus ikut campur untuk menegakkan keadilan bagi keluarga yang sudah sangat banyak membantunya selama ini. Ia tidak peduli meskipun ia harus berhadapan dengan ayahnya suatu hari nanti.
Jika ini benar adalah tulisan James maka itu berarti beliau pun belum meninggal dan masih hidup seperti ayahnya hingga saat ini pikir Jade. Dan andai benar James masih hidup pun, itu berarti selama ini James telah disembunyikan oleh ayahnya di suatu tempat demi kepentingannya sendiri. Benar – benar psikopat ulung pikirnya. Ia terus memandang foto James lekat – lekat dan mencoba mengingat sosok tersebut agar jika suatu saat ia bisa bertemu dengan sosok yang ada di dalam foto tersebut ia sudah bisa mengenalinya. "Kamu terus ngeliat foto Paman James kenapa Kak? Oh ya, memangnya kamu selama ini belum pernah bertemu dengan Paman?" Lamunan Jade tiba – tiba dibuyarkan oleh gadis itu hingga ia begitu terperanjat. "Ah iya, aku udah lupa sosoknya. Waktu itu kami kan juga jarang ketemu Paman, karena kalo Paman datang pasti kami udah diantar pulang duluan kan." Ujar Jade. "Iya sih. Kalo gitu ingat gak sama pria paruh baya yang pernah kita liat dalam perjalanan pulang ketika melewati persimpangan jalan menuju ke rumah? Wajah pria itu mirip banget loh sama Paman. Aku sempat mengira kalo itu adalah beliau. Tapi sepertinya bukan. Karena paman kan seperti yang di dalam foto ini. Sementara pria paruh baya kemarin itu wajahnya pucat dan cacat seperti penuh luka dan kakinya juga cacat gak bisa jalan bahkan hanya mengandalkan kursi roda. Dia juga barengan sama seorang wanita seusianya. Jadi udah pasti bukan paman yang kukenal sih, mungkin hanya kebetulan mirip," ujar Ivory. Jade sempat berpikir jika gadis ini sempat mengira bahwa pria yang pernah mereka lihat tersebut memang benar – benar mirip dengan James maka memang ada kemungkinan orang itu hanya menghilang bukan meninggal. Bisa jadi selama ini ayahnya yang telah menyebabkan James menjadi cacat seperti itu. Dan jika memang kenyataannya begitu pun, itu berarti ia memang benar – benar tidak bisa memaafkan perbuatan ayahnya yang memang sangat biadab. Ia tidak pernah menduga akan terlahir menjadi anak seorang psikopat sejati seperti itu. "Dasar biadab! Ini gak bisa dibiarkan!" Jade yang sudah geram sekali membayangkan semua kejahatan sang ayah yang sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan tiba – tiba mengamuk dan memukul meja kecil yang terbuat dari kayu di hadapannya. Ivory begitu kaget karena suara amukan Jade yang begitu menggelegar dan tidak biasa seperti itu. "Kamu kenapa Kak? Kamu gak apa – apa kan?" Ivory yang merasa khawatir karena Jade yang tiba – tiba mengamuk tanpa sebab mencoba memastikan apakah semuanya baik – baik saja. Jade yang tidak sadar sedang dipegang bahunya tiba – tiba kaget dan berdiri seketika lalu meminta maaf kepada gadis itu dan menarik lengannya seraya mengajaknya pulang terlebih dahulu dengan alibi urusan penting yang harus diutamakannya.