Sintia memasang wajah tidak bersalahnya, "Aku juga tidak punya pilihan lain lagi. Kalau tidak, aku tidak akan bisa memberikan bukti lain. Tadi aku mengedipkan mata pada kalian, tapi tidak ada satu pun dari kalian yang mau membantuku. Dan sekarang kamu masih berani bicara seperti itu padaku."
"Kenapa kamu tidak menjawab mereka dengan kata 'tidak' saja!" Pria itu menggertakkan giginya.
Sintia terkejut, "Memangnya bisa menjawab tidak ya?"
Zayn yang berdiri di sebelahnya berkata, "Nona Yazid, Anda bisa mengatakan tidak. Meskipun menurut peraturan keduanya harus melakukan upaya untuk meningkatkan populasi dalam waktu dua minggu setelah hidup bersama, tapi jika memang belum, maka staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga tidak bisa berbuat apa-apa. Paling-paling, mereka akan menceramahi kalian. Apakah Anda tidak membaca 'Peraturan Hidup Selama Periode Perjodohan Negara'?"
"..." Dia benar-benar belum membacanya.
Jika dia tahu lebih awal, dia tidak akan mengatakan hal-hal yang aneh seperti tadi, kan?
Sintia bertanya dengan hati-hati, "Lalu bagaimana? Aku sudah mengatakannya dan tidak dapat menariknya lagi…. maaf telah merusak reputasimu. Tapi sungguh aku tidak bermaksud begitu. Tapi bagaimana kamu bisa tahu jika ada bekas luka lama tiga inci di sebelah kiri tulang ekorku?"
Cahaya gelap yang rumit melintas dalam tatapan Julian. Pria itu tidak menjawabnya dan terus makan dengan ekspresi jijik seolah-olah tidak ingin berbicara dengannya.
Sintia sangat penasaran….
Tapi, dia tidak tahu dan tidak berani bertanya..
Untuk menutupi rasa malunya, dia mengeluarkan ponselnya kemudian sarapan dengan tenang sambil melihat-lihat rekrutmen pekerjaan di situs kampus.
Meskipun Sintia sudah mengirim pesan ke Bos media semalam dan memintanya untuk membantu menuliskan surat rekomendasi, tapi belum ada balasan hingga sekarang…
Cikal mencondongkan kepalanya dan berkata, "Sintia, kamu sedang mencari pekerjaan?"
"Hm."
"Pekerjaan seperti apa yang kamu cari? Apa kamu ingin Kakak membantumu?"
Sintia menjawab tanpa pikir panjang, "Gaji tinggi dan perlakuan yang baik."
"Oh, kamu punya keinginan yang tinggi saat baru lulus?"
Sintia membalas, "Setidaknya aku lulus dari fakultas ilmu komunikasi yang bergengsi. Apa salahnya kalau aku menginginkan pekerjaan yang bergaji tinggi? Sebenarnya, aku ingin kerja di stasiun tv, hasil tes tulis dan wawancara juga sudah bagus, tapi karena aku tidak memiliki koneksi di sana, jadi aku ditolak."
"Stasiun TV mana yang begitu bodoh hingga berani menolak pasangan resmi Kak Julian? Katakan, Kakak akan membantumu membalasnya."
"Kompas TV."
Cikal tercengang, 'Bukankah Kompas TV berada di bawah manajemenku?'
Julian melirik Cikal.
Sontak Cikal langsung merasa merinding.
'Setajam apa lidahku ini? Tapi Kak Julian kan tidak punya perasaan pada Sintia, jadi dia tidak akan membela Sintia kan?'
Cikal tidak dapat menebaknya.
Tidak ada yang bicara lagi selama sisa waktu sarapan.
Setelah makan, Julian langsung pergi keluar.
"Periksa posisi apa yang dia lamar di Kompas TV dan loloskan dia." Perintah Julian begitu naik mobil.
Zayn mengangguk lalu melakukan panggilan telepon untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, "Nona Yazid melamar posisi reporter di stasiun TV. Tidak ada masalah dengan tes tulis dan wawancaranya, tapi sayangnya hanya satu orang yang direkrut untuk posisi tersebut. Meskipun nilai dari pelamar lain tidak sebagus miliknya, tapi gadis itu memiliki koneksi orang dalam, dan akhirnya Nona Sintia pun ditolak. Saya akan meminta personalia untuk mengirimnya surat penerimaan kerja?"
Julian menggumam santai. Entah apa yang dipikirkannya, dia kemudian menambahkan, "Jangan sampai dia tahu kalau aku yang mengatur ini semua."
"Kenapa?" 'Berbuat baik tanpa meninggalkan nama?'
Julian melontarkan beberapa kata dengan aura sedingin gunung es, "Jangan sampai dia jatuh cinta padaku."
"....." 'Kekhawatiran Tuan Julian sangat masuk akal!'
Namun, ketika Zayn mengingat lagi nada bicara Julian dengan cermat, kenapa dia merasa pria itu tengah menyembunyikan ejekan untuk dirinya sendiri seperti 'Mana mungkin dia bisa jatuh cinta padaku?'
Atau itu hanya halusinasinya saja?