Chereads / Cinta dan Masa Lalu / Chapter 16 - Bukti Apa yang Bisa Dia Berikan?

Chapter 16 - Bukti Apa yang Bisa Dia Berikan?

"Iya, berkunjung. Sintia, kamu harus bersikap baik. Jangan membuat masalah untuk Kak Julian."

Meskipun staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bilang akan berkunjung kapan saja, tapi dia tidak menyangka mereka akan datang secepat ini.

"Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku akan menyelesaikan ini dengan baik."

Entah bagaimana caranya berita mengenai Julian Yazeed yang tidak lagi lajang bisa bocor. Berita itu sekarang heboh di internet. Entah berapa banyak netizen penggosip yang terus membahasnya dan penasaran apakah gadis yang telah memilih Julian kini sudah terbaring di peti mati?

Sementara itu, lawan politik Sebastian Yazeed memanfaatkan hal ini untuk mempengaruhi dukung Sebastian di hati rakyat.

Sebastian juga merupakan calon presiden yang Sintia dukung. Sebagai pendukungnya, Sintia harus memberitahu staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil jika dia hidup dengan baik di rumah Julian.

Saat dia baru duduk dan makan beberapa suap, pelayan rumah mempersilahkan staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang terdiri dari seorang pria dan wanita menuju ruang makan.

"Selamat pagi Nona Yazid, Tuan Yazeed. Kami dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Kami datang untuk melakukan kunjungan rumah. Jangan gugup, kami hanya menanyakan beberapa pertanyaan mengenai kehidupan sehari-hari kalian, kalian cukup menjawabnya dengan jujur saja."

"Hm, Anda bisa mulai bertanya." Sintia meletakkan sendok supnya.

Aura Julian sangat dingin dan dominan seperti patung es. Pria itu terus makan dengan penuh wibawa tanpa mengangkat pandangannya sama sekali, membuat staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memutuskan untuk mulai bertanya pada Sintia lebih dulu.

Satu staf bertanya, sementara staf yang lain mencatat. "Nona Yazid, apakah Anda sudah terbiasa untuk tinggal di sini?"

"Saya sudah terbiasa. Saya bisa makan enak, hidup nyaman, berpakaian bagus, dan punya mobil yang bisa mengantar jemput saat sedang keluar. Julian merawat saya dengan baik."

Staf tersebut mengangguk-angguk lalu kembali bertanya, "Nona Yazid, apakah Anda dan Tuan Yazeed telah berkontribusi untuk meningkatkan populasi baru-baru ini?"

'Apa?'

Sintia sangat malu hingga tidak tahu harus bersikap bagaimana. Staf Dinas itu mengajukan pertanyaan 'implisit' yang sangat mudah dimengerti. 

Staf itu mungkin juga tahu rasa malu yang dirasakannya, jadi dia bertanya dengan sopan, "Nona Yazid, Anda tidur di mana semalam?"

Sintia menjawab, "Kamar Julian."

Staf itu sepertinya tidak percaya, "Bolehkah saya bertanya pada Nona Yazid, bukti apa yang dapat membuktikan jika Anda telah melakukan upaya untuk berkontribusi pada peningkatan populasi negara?"

"!!!"

Meski suasana di ruang makan sudah begitu tegang, seolah-olah ada awan gelap yang akan menghancurkan kota, tapi staf Dinas itu masih terus mendesak tanpa rasa takut, "Menurut peraturan, dalam waktu dua minggu setelah kalian hidup bersama, kalian berdua juga harus berusaha untuk berupaya meningkatkan populasi. Kami perlu menanyakan ini kepada Anda karena ini adalah rutinitas, kami tidak bermaksud mengganggu privasi Anda. Tapi tolong beri kami beberapa bukti untuk memudahkan pekerjaan kami. "

"!!!!!"

'Separah itukah masalah populasi penduduk di negara ini sampai-sampai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan hal yang tidak tahu malu seperti ini?'

Sintia diam-diam mengusap dahinya, tatapannya melirik pria dominan yang duduk di sampingnya. Dia ingin meminta bantuannya, tapi bagaimana caranya?

Bukti apa yang bisa dia berikan?

Apakah Sintia akan membuat masalah jika dia tidak bisa memberikan bukti?

Sayangnya, pria yang tidak ditanyai oleh staf itu begitu dingin. Dia tetap diam menikmati sarapannya dengan elegan dan mulia dengan aura yang kuat. Menyerahkan semua masalah untuk Sintia tangani sendiri.

Namun, staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menggertak pihak yang lemah. Mereka tidak berani mengajukan pertanyaan pada Julian Yazeed dan hanya terus mencecar Sintia dengan banyak pertanyaan.