Keluarga Agatha, Kamar
Cahaya pagi menyinari kamar yang didominasi oleh warna biru laut dan boneka-boneka lucu yang ada disudut ruangan.
Cahayanya juga menyinari wajah orang yang masih bergelut kesah dengan mimpinya. Wajah cantik dan mungilnya diwarnai merah dipipinya yang biasanya dingin terlihat polos dan menawan seperti peri yang jatuh kedunia manusia, alis ramping yang mengerut karena mimpi buruk, mata yang seperti kelopak bunga tertutup rapat karena dia masih tertidur, bulu mata yang lentik dan tebal membuat bayangan kipas diwajahnya, hidung kecil dan mancung, bibir tipis yang merah seperti darah. Tapi saat ini wajahnya penuh dengan keringat dingin yang bercucuran.
"Hmmm..."
Suara yang seperti susu dikeluarkan dari bibirnya. Lalu dia membalikkan dan meringkukkan tubuhnya untuk mencari kehangatan dari mimpi buruk yang menghantuinya dan tidak pernah ingin kembali kedunia nyata.
Krrinnng....
Suara jam weker membangunkan gadis kecil itu dan membuatnya melompat dari kasur king size nya. Lalu dia mengerjabkan matanya yang seperti kelopak bunga agar dia bisa terbangun dari kantuk yang masih menyerangnya, setelah beberapa detik dia dengan tergesa-gesa berlari menuju kamar mandi dan mengganti pakaian tidurnya dengan seragam sekolah.
Menatap wajah yang ada didepan cermin, Aleta menatap bingung wajah cantik yang dingin dan mata cerah dan tajam yang ada didepannya. Dengan tangan gemetar dia mengangkat hp nya dan melihat tanggal yang ada dilayar.
23 Agustus
Aku kembali?
"Nona Muda, apakah kamu sudah bangun? Tuan, Nyonya dan Tuan Muda sudah menunggumu dimeja makan."
Suara kepala pelayan membangunkannya yang masih tenggelam ingatan kehidupan sebelumnya. Aleta dengan tergesa-gesa marapikan rambutnya dan pakaiannya sambil berteriak.
"Carl, tunggu sebentar aku akan selesai sebentar lagi!" Setelah mengatakan itu dia mengoleskan bibirnya dengan lipbalm lalu membuka pintu kamarnya dan menyapa kepala pelayan Agatha dengan manis.
"Carl, selamat pagi."
"Selamat pagi nona, semoga harimu selalu menyenangkan." Kepala pelayan Carl menjawab sambil tersenyum lembut kepada nona mudanya.
"Terimakasih, Carl." Setelah mengatakan itu dia berlari menuruni tangga untuk menuju meja makan yang sudah terdapat Tuan dan Nyonya Agatha dan Saudaranya yang tersayang yang dikehidupanku sebelumnya mereka bahkan tega meninggalkan dan menyaksikanku mati dengan dingin.
Sungguh keluarga yang kejam, bahkan bisa melupakan kasih sayang dan cinta yang kalian berikan padaku selama 20 tahun.
Aku pasti akan pergi dari rumah yang menyesakkan ini.
Setelah itu Aleta mencoba menyapa mereka seperti dikehidupan sebelumnya.
"Good Morning Dad, Good Morning Mom, Good Morning Brother~"
"Morning Leta." Tuan dan Nyonya Agatha.
"...."
Aleta yang melihat saudaranya tidak menjawab membuat senyumnya membeku lalu dia melihat makanan favoritnya mulai tersenyum cerah dan mulai memakannya dengan lahap bahkan melupakan saudaranya yang selalu mengabaikan dalam beberapa hari ini dalam kehidupan sebelumnya juga saudara ini juga mengabaikannya setelah bertemu dengan Adele.
"Leta sayang, Momy dan Dady akan pergi keluar negeri, karena perusahaan masih saja sibuk. Jika saja perusahaan tidak sibuk Momy akan mengajakmu belanja." Nyonya Agatha berkata dengan menyesal.
"Maaf sayang. Sebagai kompensasi, Leta ingin dibelikan apa oleh Dady dan Momy?" Kata Tuan Agatha sambil meminta maaf.
Aleta yang masih dalam suasana hati yang sangat baik langsung merasa tidak nafsu makan dan berhenti memakan makanan favoritnya, karena dia pernah mendengar kalimat ini dikehidupan sebelummya tapi mereka bisa membatalkan pertemuan perusahaan hanya untuk Adele.
"Leta tidak ingin apapun, Leta hanya ingin agar Momy dan Dady bisa pulang lebih cepat untuk menemani Leta bermain oke?"
Tuan dan Nyonya Agatha hanya bisa menghela napas lega melihatnya tidak membuat masalah dan menganggukkan kepalanya dengan lembut.
"Lalu Mom dan Dad akan menambahkan uang saku mu. Jadi habiskan sesukamu jika sudah habis panggil Momy atau Dady ya."
"Oke."
Nice! Yang aku butuhkan sekarang adalah uang, karena sebelum aku bisa pindah dari keluarga ini, aku ingin mengumpulkan uang yang sangat banyak agar aku bisa bersantai tanpa mereka.
Dian Rizky Agatha atau yang biasa dipanggil Dian hanya mendengus dingin dan mengatakan sesuatu yang membuat suasana di meja makan membeku karena malu.
"Jangan sok."
Aleta yang mendengar kata-kata Kak Dian membuang senyum yang ada diwajahnya dan menatap marah pada saudara yang beda beberapa bulan darinya.
"Kak Dian, Lo kenapa sih beberapa hari ini?! Lo selalu menyalahkan gue untuk masalah kecil sepele yang biasanya Lo abaiin dan biasakan?! Kak Dian gue punya salah sama Lo?! Ngomong dong jika gue punya masalah sama Lo! Jangan diemin gue dengan ngak jelas!"
Dian membeku lalu menyipitkan matanya kearah Aleta dengan tak percaya, karena biasanya adiknya ini hanya menatap dengan mata merahnya dan tidak pernah melawan.
Tuan dan Nyonya Agatha juga menatap Aleta terkejut. Aleta yang ditatap membeku sejenak dan menundukkan kepalanya untuk menutupi cahaya aneh dimatanya, lalu meminta maaf.
Ah~ terjadi lagi.
Kebiasaan menjijikan ini.
"Maaf Kak Dian."
Dian yang melihat Aleta yang meminta maaf hanya membuka dan menutup mulutnya lalu memberikan dengusan singkat.
"Hm."
Tuan dan Nyonya Agatha merasa sikap putranya selama beberapa hari ini juga sangat aneh, karena putranya sangat menyukai adiknya dan selalu memanjakannya apalagi marah dia tidak pernah mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti hati adiknya.
Setelah selesai makan Dian mengambil kunci motor yang ada dimeja dan pergi, dia bahkan tidak mengatakan sepatah katapun untuk pamit.
Tuan dan Nyonya Agatha saling memandang dan mengerut kening tanpa jejak, setelah itu mereka melihat Aleta yang masih menundukkan kepalanya.
"Leta sayang, jangan marah dan sedih pada kakak mu oke. Mungkin dia sedang kesal setelah itu kakakmu tidak akan seperti ini lagi padamu." Nyonya Agatha berkata dengan lembut dan membujuk.
"Ya sayang, biarkan saja dia seperti itu beberapa hari. Dady dan Momy akan keluar negeri jadi jaga baik-baik disini ya, karena hanya kakakmu yang bisa menjagamu disini. Jika kamu bosan Dady akan menambahkan uangmu bagaimana?" Tuan Agatha juga membujuk dengan lembut.
Suara kasih sayang yang selama ini dia rindukan, membuatnya memikirkan ingatan akan sebelumnya yang sangat buruk yang membuatnya membenci dan jijik.
Aleta yang masih menundukkan kepalanya tidak menunjukkan tanda-tanda keanehan, mulai berkata dengan lembut kepada Dady dan Momy. Tuan dan Nyonya Agatha bahkan tidak menyadarinya.
"Dady bisakah aku tinggal dirumah yang kamu berikan pada ulang tahunku kebelumnya?"
Mereka mengerut kening dengan bingung lalu memikirkan putra mereka hari ini hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Oke."
"Kalau begitu kapan Leta akan pindah kerumah itu?"
"Setelah pulang sekolah."
"Nanti Momy akan membereskan barang-barangmu. Dan Carl akan mengantarkannya, tidak apa-apa?"
"No problem Mom, Thanks." Setelah itu dia memeluk Momy dan Dady nya dengan erat untuk terakhir kalinya lalu pergi untuk berangkat sekolah, tapi sebelum pergi dia melirik kembali Momy dan Dady yang menatapnya dengan sayang.
Mereka yang selama ini membesarkannya dengan cinta yang tulus tapi selama Adele kembali, cinta mereka akan dikembalikan kepada anak kandungnya yang membuat hatinya berkedut kesakitan dengan cemburu dan benci lalu membuang muka dan menundukkan kepalanya agar seseorang tidak melihat mata merahnya.
Setelah Aleta menaiki mobilnya dia menancapkan gasnya dengan cepat agar dia bisa datang kesekolah. Tapi setelah setengah jalan dia memikirkan orang-orang itu yang membuatnya selalu dalam mimpi buruk. Perasaan kecewa, sedih, marah, benci, jijik, takut hampir menenggelamkannya kembali kedalam rawa yang membuat wajahnya menjadi pucat tak berdarah jika bukan karena dia merasakan telah menabrak seseorang yang membuatnya sangat terkejut dan ketakutan, lalu dia dengan tergesa-gesa keluar dari mobilnya dan menghampiri orang yang ditabraknya.
"Sorry, sorry, gue ngak sengaja nabrak Lo, gue baru saja ngelamun dan gue ngak lihat jalannya. Jadi gue dengan tulus minta maaf sebanyak-banyaknya. Lalu gue bakal ganti rugi gue janji! Gimana? Mana handphone Lo, gue kasih nomor gue ke Lo setelah gue ganti rugi, gue anterin motor Lo ke bengkel ya."
Aleta melihat orang yang terjatuh setelah ketabrak mobilnya mulai membantunya berdiri dan mulai meminta maaf berkali-kali. Tapi melihatnya yang hanya menatapnya dengan erat dan tidak meninggalkan wajahnya sedetikpun membuatnya risih dan ingin marah karena dia tidak mendengar jawabannya, bagaimana dia tahu itu karena meskipun helm yang menutupi kepala dan mata orang itu dia masih bisa merasakan tatapan yang selalu menempel padanya meskipun orang itu memakai helm.
Apakah dia bodoh?
Aleta yang melihatnya seperti ini hanya bisa mengeluh didalam hatinya dan memutarkan bola matanya kesal. Tapi setelah melihat logo sekolah diseragamnya, Aleta hanya bisa bertanya dengan pasti jika orang ini bersekolah di SMA ANGKASA dia akan memberikan tumpangan di mobilnya.
"Lo sekolah di SMA ANGKASA bukan?" Aleta melihatnya hanya menganggukkan kepalanya ingin mencekiknya karena orang ini tidak menjawab pertanyaan yang dia ajukan dan hanya terus menatapnya dengan erat, tapi memikirkan hanya beberapa menit lagi dari kelas untuk dimulai dia membuka mulutnya dan mencoba membuat suaranya selembut mungkin.
"Hah.... Karena gue juga bersekolah disana, gue kasih Lo tumpangan dimobil gue, karena sebentar lagi kelas akan dimulai gimana?"
"Ya." Dengan suara magnetis dingin, orang ini baru mulai menjawabnya.
Sial! Dia baru saja mengeluarkan suaranya setelah gue memberikan tumpangan untuknya dimobil gue!
Aleta yang mendengar jawaban itu mengeluarkan ponselnya dan menelpon bengkel untuk membawa motor yang dia tabrak. Setelah itu dia menatap orang yang ada didepannya dan mengulurkan tangannya.
"???"
Pria itu memiringkan kepalanya dengan bingung, bahkan jika dia memiringkan kepalanya matanya tidak pernah ingin lepas dari gadis didepannya, yang membuat siapapun merasa ngeri karena selalu menatapnya dengan pengawasan 360° tanpa jalan buntu bahkan orang disekitarnya menjauhkan diri dari pria ini. Tapi Aleta tidak menyadarinya bahkan mengabaikan kelainan pria yang ada didepannya yang tidak dia sadari.
Aleta yang melihatnya memiringkan kepalanya dengan bingung hanya ingin mencengkeram kerahnya dan berteriak "Apa Lo itu bodoh!". Setelah menarik napas dalam-dalam Aleta mengeluarkan senyum palsu diwajahnya dan berkata sambil menggertakkan giginya karena kesal.
"Ponsel Lo mana?"
Setelah mengetahui itu, pria tersebut mengeluarkan ponselnya yang masih kosong dan hanya ada aplikasi komunikasi yang sederhana.
Aleta yang melihatnya hanya mengangkat alisnya lalu menambahkan nomor ponselnya di ponsel pria itu dan berkata dengan serius.
"Setelah motor Lo gue anter ke bengkel dan membayarnya, gue juga akan ganti rugi untuk kerusakan mental Lo gara-gara Lo ketabrak mobil gue, nanti gue kirim ke ponsel Lo."
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya lagi dan lagi yang membuat sudut bibir Aleta berkedut lalu berbalik untuk pergi ke mobilnya.
"Ayo pergi."
Pria itu melihat gadis itu berbalik pergi hanya bisa mengikutinya dengan cepat karena takut dia ditinggalkan.
•
•
•
•
•
[Bersambung.....]