Chereads / Alvaro to Elvano / Chapter 12 - Bab. 11||Tidak ingin melepaskan....||

Chapter 12 - Bab. 11||Tidak ingin melepaskan....||

Bab. 11

Aleta yang baru saja keluar dari kelas setelah semua orang pergi dia yang melewati kelas unggulan 2-2 tiba-tiba merasa seseorang menatapnya dengan panas yang akrab, melirik kelas itu melalui jendela dengan penasaran tapi setelah melihat orang itu adalah pria yang dia temui tadi padi langsung merasa ketakutan dan mencoba melarikan diri.

Sial! Apakah ini efek kupu-kupu? Tapi kenapa harus diikuti oleh orang yang tidak bisa dijelaskan!

Cabul ini!

Aleta mencoba berlari dengan cepat dengan kakinya yang pendek jika dibandingkan dengan Elvano. Kini yang ada dipikirannya adalah dengan cepat melarikan diri jangan mencoba muncul didepan pria itu.

Elvano yang masih terdiam dikelas kosong sambil memakan permen rasa susu mulai melihat seseorang yang ingin dia temui melarikan diri dengan ketakutan setelah melihatnya langsung berdiri dengan cepat dan menyusulnya.

Tapi bagaimana mungkin gadis dengan tinggi 1,60 dibandingkan remaja yang mengikutinya dengan tinggi 1,90 jadi gadis itu dengan cepat disusul oleh remaja yang mengikutinya.

Aleta yang melihatnya memegang tangannya hanya bisa mencoba menenangkan diri dan bertanya dengan lembut.

"Ada apa?"

Elvano yang melihatnya seperti ini dan mencoba bertanya dengan lembut mengencangkan tangannya yang sedang memegang tangan kecil Aleta tanpa sadar dan menundukkan kepalanya.

Aleta mengerutkan keningnya karena kesakitan tapi melihat pria ini menundukkan kepalanya membuatnya tidak bisa melihat ekspresinya dan dia ingin tahu apa yang ingin pria ini katakan jadi dia hanya berdiri diam ingin melihat apa yang akan pria ini lakukan.

"Maaf..."

"Apa?" Aleta menatap tak percaya melihat pria yang masih menundukkan kepalanya karena takut dia salah mendengar sesuatu yang masuk ditelinganya.

Elvano yang melihat gadis didepannya masih tidak mengerti apa yang dia katakan masih menundukkan kepalanya dan berkata dengan tulus dan lambat disuaranya yang dingin dan magnetis.

"Maafkan aku.... Aku.. aku tidak mencoba untuk terus melihatmu... tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya."

Aleta yang kali ini mendengar suara pria yang ada didepannya tertegun sejenak lalu tertawa kecil.

Elvano yang mendengar suara susu dan dingin dalam suara gadis didepannya membuatnya mengangkat kepalanya dan menatap bingung.

Dan Aleta yang melihatnya mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan bingung langsung tertawa terbahak-bahak karena dia tidak bisa menahannya lagi.

Lucu sekali~

"Hahaha~ kenapa kamu sangat lucu." Setelah Aleta mengatakan itu dia mengangkat tangannya dan menggosok kepala pria yang ada didepannya sambil berjinjit.

Elvano yang dikatakan lucu mengecilkan pupilnya tapi setelahnya itu yang membuat tubuhnya membeku adalah gadis didepannya meletakkan tangannya dikepalanya sambil menggosoknya.

"Apa yang kamu lakukan!"

Elvano membelalakkan matanya dan terjungkal ke belakangnya dan menatap tidak percaya pada gadis didepannya yang menggosokkan kepalanya seolah-olah dia adalah anak kecil yang membuat masalah. Tapi Elvano tidak ingin melepaskan tangannya yang ada pada gadis itu.

Aleta menggigit bibirnya menahan rasa gemas. Sambil mengangkat tangan yang bebas sebagai tanda menyerah. Dengan senyum kecil dia memikirkan sifat pria yang ada didepannya.

Meskipun pria mesum ini sangat menyebalkan tapi...

Aleta melirik pria yang masih memegang tangannya.

"Bisa ngak Lo lepasin tangan Lo dari gue?"

"Tidak."

Elvano mengikuti kata-kata dari bisikan yang selalu mengganggu ditelinganya.

Ambil, Dapatkan, Simpan, Jaga, Rawat, Manjakan.

Jadi Elvano tidak ingin melepaskan tangannya dari gadis didepannya sambil menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Aleta yang melihatnya seperti anak kecil memiliki garis-garis hitam diwajahnya lalu berkata dengan kesal.

"Lo nyakitin tangan gue."

Elvano membeku sambil mengambil kembali tangannya lalu Elvano melihat tangan kecil gadis didepannya merah dengan sedikit keunguan.

"Aku..."

Mata Elvano menjadi merah kembali bahkan mata biru langitnya sudah memiliki air mata yang akan jatuh kapan saja. Tapi Elvano yang memikirkan tangan gadis didepannya yang menjadi merah dan ungu karenanya tidak merasakan kelainan ditubuhnya, yang akan dalam keadaan maniak dan tubuhnya mulai bergetar.

Sakit...

Perih...

Tidak nyaman...

Sesak....

Karena aku tangannya....

Aleta aku...

Aleta yang melihatnya yang akan menangis tercengang lalu dengan tergesa-gesa dia mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata yang akan jatuh.

"Gue..."

Sial! Kenapa dia sangat cengeng?!

Selain cengeng dia sangat kekanak-kanakan!

"Jangan menangis! Lihat ini cuma lebam dan tidak berdarah! Jika Lo ngak nyaman gue kaya gini kenapa ngak Lo bawa gue ke UKS?!"

Sambil mengulurkan tangannya didepan mata Elvano, dia membawa Elvano menuju UKS, yang tidak mereka ketahui adalah Arfian melihat semua kejadian itu dengan mata terbelalak tidak percaya dan mulut terbuka lebar dibalik tembok saat setelah mereka melewati tembok tempat persembunyiannya.

* * *

Kembali beberapa menit yang lalu.

Kantin.

Algibran dan teman-temannya yang baru saja memasuki kantin melihat orang-orang yang ada didalam kantin melirik kearah mereka dan mulai berbisik tapi mereka mengabaikan mata mereka dan mulai mencari meja.

Ah~ bukannya ada murid baru, kemana dia?

Gue denger murid baru itu saudaranya Gallendra.

Wow! Gallendra punya saudara?!

Ya...

Kalian tahu saudaranya Gallendra sangat tampan!

Apa?! Bagaimana?

Tentu saja dia sangat tampan~

Siapa namanya?

Jika gue ngak salah namanya Elvano.

Jangan *nympho!

Kalian lihat saja wajah Gallendra.

Kenapa melihatnya?

Wajah Gallendra itu indah dan cerah bagaimana dengan tampannya?

Ih... Kenapa kalian ngak ngerti! Wajah saudara Gallendra sama yang membedakan itu adalah mata, bentuk tubuh, temperamen dan aura! Jika wajah Gallendra halus, indah dan cerah dengan mata coklatnya maka wajah Elvano adalah wajah yang tajam, keras, dan dingin dengan mata biru langitnya.

Wow!

*Nympho artinya sama dengan ngiler.

Kelompok geng BlackWolf yang mendengar kata-kata orang-orang itu membuat sudut bibir mereka berkedut.

Dylan melirik Gallendra dengan senyuman diwajahnya.

"Uh, gue baru tahu orang-orang ini menyebut wajahmu itu halus, indah, dan cerah. Hahaha."

"Ya, biasanya mereka selalu menghindari kami bahkan jika mereka memuji kita." Lanjut Arsenio.

"Mereka hanya membicarakan Vano jangan ge'er." Arkanio berkata dengan dingin.

"...."

Algibran hanya melirik mereka.

Bastian melirik Arsenio dengan senyum kecil.

"Kalian mau pada pesen apa, biar gue pesenin?" Kata Dylan.

"Tentu baso bibi Siti." Arsenio.

"Kalau kalian?"

"Samain aja."

"Aku cuma jus jeruk." Arfian.

"Pesen baso tahu 1, teh manis 1 buat saudara gue. Kalau gue samain aja kaya kalian."

Dylan mengangguk.

"Minumnya apa?"

"Teh manis juga."

"Oke." Setelah itu Dylan pergi.

"Gue ikut." Bastian mengikuti Dylan.

"Oke."

Arfian melirik Gallendra yang masih dalam pikirannya dan menyenggolnya.

"Lo kenapa si?"

Suara Arfian membuat Algibran, Arkanio, Dylan, Arsenio, dan Bastian menatap Gallendra yang masih diam.

Gallendra yang kembali sadar melirik teman-temannya dan mencerutkan bibirnya. Tapi saat dia akan membuka mulutnya tiba-tiba suara yang manis menyelanya.

"Kak Gibran boleh Adele duduk disini?" Adele datang dengan makanan dan berkata dengan manis.

Algibran menganggukkan kepalanya.

Adele yang melihat Algibran mengijinkannya memberikannya senyum manis lalu dia duduk disebelah Algibran.

Teman-teman Algibran yang melihatnya menatapnya dengan tatapan menggoda. Algibran hanya melirik mereka dengan kosong, Adele yang melihat mereka menggodanya memerah karena malu. Hanya Gallendra yang mengerutkan keningnya.

Adele yang melihat Gallendra mengerut kening berkata dengan khawatir tapi didalam hatinya dia marah karena kesal.

Huh! Gue perlakuan Lo dengan baik tapi Lo selalu nolak gue.

Gue bakal bikin Lo menyesal Gallendra karena telah mengabaikan gue dan mempermalukan gue.

Gallendra yang melihat tatapan licik dimata Adele hanya mendengus kesal karena teman-teman sangat bodoh bisa ditipu oleh teratai putih ini.

"Ekspresi palsu yang menjijikan."

Adele dengan mata berkaca-kaca membuka mulutnya tapi akhirnya dia menundukkan kepalanya.

"Lendra kenapa Lo selalu berperilaku buruk ke Adele padahal dia hanya menghawatirkan Lo?!" Algibran menjawab dengan marah setelah melihat Adele menundukkan kepalanya untuk menutupi mata yang merah.

"Ya, Lo jangan selalu berpikir buruk sama Adele, dia cuma menghawatirkan Lo kenapa Lo malah mempermalukannya?" Arkanio mencibir dingin.

"Lo membuat masalah yang nggak masuk akal." Arsenio juga menganggukkan kepalanya.

Arfian hanya diam dan tidak ingin ikut dalam masalah.

Gallendra yang melihat teman-temannya hanya membela Adele semakin marah tapi dia melirik mereka dan mengangkat sudut mulutnya untuk membangkitkan senyum mengejek.

"Bodoh. Kalian semua bodoh."

Setelah mengatakan itu dia melirik Adele yang masih menundukkan kepalanya. Adele yang mendengar kata-kata itu mengangkat kepalanya tapi melihat mata dingin dengan makna yang dalam dimata Gallendra yang membuatnya ketakutan lalu menundukkan kepalanya lagi.

Suasana yang memalukan terjadi selama beberapa menit. Suara Dylan yang ceria dan Bastian yang mengikutinya memecahkan suasana yang memalukan.

"Ini dia pesananmu~"

Bastian melihat suasana yang memalukan sebelumnya dan melirik Adele yang ada disebelah Algibran tiba-tiba mengerti tapi dia hanya diam saja.

Dylan mengerut kening karena mereka terdiam dan tidak ada yang mengambil makannya.

"Hei~"

Setelah itu Dylan membagikan makanan ke masing-masing orang.

"Lalu siapa yang akan mengantarkan baso tahu dan teh manis ke Vano?"

"Gue..." Gallendra yang ingin pergi tiba-tiba disela oleh suara Arfian.

"Gue, Lo makan aja nanti basonya beukah." Kata Arfian.

Gallendra yang mendengar itu hanya bisa kembali duduk untuk makan.

"Mana baso tahu sama teh manisnya?" Arfian mengulurkan tangannya untuk mengambil pesanan Elvano.

"Ini." Dylan menyerahkan baso tahu dan teh manis ke tangan Arfian.

Arfian yang telah mengambil pesanan langsung menuju ke kelas.

*

*

"Si Vano kemana sih?" Arfian yang sudah berdiri didepan kelas menatap ruang kelas yang kosong.

Arfian mencoba mencari Elvano yang entah kemana karena dia merasa pegal dan makanan Elvano belum diberikan.

Tapi tiba-tiba dia mendengar suara yang menurutnya familiar saat dia melewati tempat lorong menuju rooftop sekolah, Arfian dengan cepat bersembunyi dibalik tembok.

Arfian menyesuaikan posisinya agar dia bisa melihat dan mendengar dengan jelas. Tapi saat dia melihat itu adalah Elvano, Arfian yang ingin memanggilnya menghentikan perilakunya karena dia melihat Elvano sedang memegang tangan seorang gadis.

???!!!

Dan yang membuatnya semakin terkejut adalah pemilik tangan itu.

Aleta?!

Bagaimana situasinya?!

Arfian merasa bahwa adegan ini bisa membuatnya sangat sangat terkejut, dan dia bisa mendapatkan bahan gosip untuk Gallendra jadi dia berdiri diam dan bersembunyi sambil menonton semua yang akan terjadi.

"Ada apa?" suara Aleta yang mencoba melembutkan suaranya terdengar ditelinga Arfian yang membuat sang empu yang mendengarnya ternganga tidak percaya.

"Maaf..." kali ini yang terdengar ditelinga Arfian adalah suara Elvano yang meminta maaf dengan tulus yang membuat kulit kepala Arfian mati rasa.

"Apa?"

"Maafkan aku.... Aku.. aku tidak mencoba untuk terus melihatmu... tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya." Arfian melihat Elvano menundukkan kepalanya dan berkata dengan tulus disuaranya yang dingin dan magnetis yang membuat Arfian yang mendengarnya kembali merasa merinding.

Lalu Arfian mendengar dari tawa kecil hingga tertawa terbahak-bahak seorang gadis dengan suaranya yang seperti susu dan dingin.

???!!!

Aleta tertawa?!

Arfian yang mendengar Aleta tertawa membuatnya tertegun.

"Hahaha~ kenapa kamu sangat lucu." Lalu Arfian yang tersadar dari keterkejutannya melihat Aleta meletakkan tangannya dikepala Elvano dan menggosoknya.

??!!

Sial! Ini membuatku mati rasa.

"Apa yang kamu lakukan!" Elvano membuat ekspresi yang sangat lucu diwajah yang biasanya dingin menurut Arfian yang kini berpikiran selaras dengan Aleta.

"Bisa ngak Lo lepasin tangan Lo dari gue?" Aleta mengangkat alisnya.

"Tidak." Elvano menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Lo nyakitin tangan gue."

"Aku..."

Arfian yang merasa mati rasa melihat Elvano yang akan menangis membuat tangannya gemetar ketakutan jika bukan karena refleks yang bagus mungkin makanan dan minuman ini akan jatuh dan membuat suara mungkin dia akan ketahuan.

Untungnya...

Setelah itu Arfian melihat Aleta yang biasanya dingin dan tidak pernah membentak orang kini membentak orang dan bahkan membujuknya?!

"Gue..."

"Jangan menangis! Lihat ini cuma lebam dan tidak berdarah! Jika Lo ngak nyaman gue kaya gini kenapa ngak Lo bawa gue ke UKS?!"

Melihat mereka akan pergi Arfian dengan cepat bersembunyi kembali agar mereka tidak melihatnya. Setelah mereka melewati tempat persembunyiannya jantung Arfian masih berdetak kencang karena gugup.

Setelah Arfian menepuk dadanya yang masih berdetak  ketakutan, Arfian dengan cepat kembali ke kantin untuk membagikan berita yang mengejutkan.

[Bersambung....]