Chereads / Alvaro to Elvano / Chapter 16 - Bab. 15 ||Orang Gila||

Chapter 16 - Bab. 15 ||Orang Gila||

Bab. 15

Kelas Unggulan 2-2

Gallendra menatap ruang kelas yang penuh dan berjalan menuju bangkunya bersama Elvano yang masih menundukkan kepalanya dengan sedih.

"Kenapa kalian lama? Bentar lagi kelas dimulai." Arsenio bertanya sambil menatap Elvano yang menundukkan kepalanya dengan tatapan bingung.

"Gue tadi ketemu sama Kak Dian dan Kak Brian jadi ngobrol dulu." Gallendra mengatakan yang setengah benar dan setengah salah.

Saat Arkanio akan bertanya pada Elvano, Gallendra menghentikannya dan membuat teman-temannya menatap heran.

"Kenapa?"

"Jangan sekarang." Gallendra hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah pucat.

Jingel...Bel....

Murid dari kelas 2-2 mulai merapikan dirinya karena sekarang adalah pelajaran Matematika Pak Anwar yang terkenal tajam dan sinis dan membuat semua siswa di SMA ANGKASA selalu berhati-hati dan serius dalam perbuatan, sikap dan pelajarannya.

Clek..

Murid dari kelas 2-2 menatap pintu dengan serius tapi saat mereka melihat Bu Dewi guru fisika dari kelas unggulan 2-1 membuat mereka tercengang.

Bu Dewi berdiri dipodium dan menatap murid-murid didepannya sambil tersenyum dan berkata dengan lembut.

"Kalian pasti bingung kenapa Pak Anwar tidak datang."

Para siswa saling memandang dan berbisik. Bu Dewi membiarkan mereka saling berdiskusi sebentar tapi melihat tidak ada yang menjawab dia menghela nafas.

"Pak Anwar tidak bisa ikut dalam pembelajaran sekarang karena beliau sedang sakit jadi Pak Anwar juga menitipkan tugas untuk kalian Hal. 165 Uji kompetensi 1 dan 2 dan dikumpulkannya saat Pak Anwar sehat dan ada disekolah. Kalau gitu ibu permisi dulu."

"Terimakasih Bu.."

Bu Dewi berbalik pergi lalu menutup pintu kelas 2-2. Saat Bu Dewi pergi kelas yang tadi sunyi menjadi berisik."

"Jamkos eui!"

"Mabar..."

"Ngak ngerjain tugas?"

"Nanti aja deh..."

"Ke kamar mandi bareng?"

"Oke!"

"Hei Lo tau ngak..."

"..."

Hei ini pertama kalinya kamu masuk kelas bukan?

Berisik sekali..

Orang gila membuat kelas...

Jenius yang membuat dunia kacau sekarang pasti merasa tidak nyaman dengan suasana ini.

Membosankan..

Aku merindukan saat aku masih hidup...

Masa muda...

Tugas yang menumpuk..

Hahaha. Guru yang nyebelin~

Masa ini membuatku iri~

Elvano kamu tidak punya teman?

Apa kamu ingin bermain game bersama mereka?

Elvano jangan selalu sendiri membuat orang takut.

Berhentilah menatap mereka dengan tatapan menakutkan.

Mereka tidak akan menyadarinya, mereka bodoh.

Kamu!

Uh... Jangan bertengkar.

Elvano melihat kelas yang berisik lalu mendengar suara bisikan-bisikan ditelinganya yang berbicara dengan gembira membuat pelipisnya berkedut kesal dan mulai mencari obat dengan tenang di tas nya.

Memegang obat penenangnya membuat Elvano sedikit tenang lalu membuka penutupnya, mengambil lima obat dan meminumnya sekaligus. Elvano mengerut kening karena rasa obatnya yang membuatnya ingin muntah lalu Elvano dengan cepat memakan permen rasa susu yang ada untuk menghilangkan rasa pahit obatnya.

Mungkin dosis obatnya menjadi semakin besar,.Elvano kini mulai merasa mengantuk yang membuatnya menyipitkan matanya untuk menutupi warna pupil yang biru langitnya yang kini kabur dan penuh kebingungan.

Siswa yang ada dikelas yang sedang menatap Elvano kini terkejut melihatnya mengeluarkan obat dan memakan lima obat sekaligus yang membuat mereka memiliki berbagai spekulasi dibenaknya, tapi melihat wajah Elvano yang seperti biasa seperti makan permen pahit membuat mereka bingung apa spekulasi mereka salah.

Algibran menatap obat yang telah disimpan oleh Elvano lalu dia melihat manfaat obat disudut matanya yang membuat kelopak mata Algibran melompat.

Obat penenang...?

Teman-teman Algibran yang lainnya juga merasa terkejut dan menatap Algibran dengan pemahaman diam-diam.

Obat tidur?

Narkoba?

Algibran menggelengkan kepalanya.

Lalu apa?

Obat penenang.

Hah?

Untuk apa?

Kalau yang gue tau itu untuk menenangkan emosi ekstrim yang tidak bisa ditanggung.

Kalau ngak salah itu.

....

Mereka saling memandang lalu dengan cepat membuang muka dan melakukan kegiatan masih-masing.

Elvano berbaring dimeja dengan mata mengantuk saat dia akan tertidur suara ponsel yang berdering membuatnya menegakkan tubuhnya dan mengeluarkan ponselnya.

Dan para siswa menghentikan kegiatan yang mereka lakukan dan mulai menatap Elvano yang membuka ponsel untuk menjawab panggilan telepon.

Elvano menatap nama yang ada dilayar lalu mengangkat ponselnya dengan lesu dan malas dan berbaring kembali dimeja.

"Siapa?"

"Elvano Lo baik-baik saja setelah kejadian itu kan?"

"... Kejadian apa yang kamu maksud?."

"..."

"Halo.."

"Lo ngak akan amnesia kan...?"

"Lalu apa? Dan siapa kamu?"

"Oh! Astaga Lo beneran lupa sama sahabat Lo  yang tampan dan kece ini."

"Hah?" Elvano menurunkan matanya karena semakin mengantuk.

"Ah~ Gue Alex temen seperjuangan hidup dan mati Lo. Nanti saja kita bicarakan lagi, tapi Lo inget ngak orang itu yang membuat Lo koma selama dua tahun si Jack yang selalu melawan Lo..? Jika Lo ngak inget gue ingetin."

Elvano mencoba mengingat perasaan tubuh sebelumnya saat dia bangun saat itu.

"Jack..?"

"Ya. Dia kabur dari penjara saat kami menyiksanya dan mencoba menunggu Lo bangun."

"..."

"Vano hati-hati perkiraan gue dia pasti lagi nyari Lo saat dia tahu kalau Lo selamat dari kejadian sebelumnya."

Elvano yang merasa terganggu mendinginkan wajahnya dan berkata dengan suram seperti ular berbisa.

"Kalian membiarkan semut itu kabur?"

"Elvano..."

"Kenapa kalian tidak bisa menjaganya dengan baik?"

"Gue..."

"Pergi cari semut itu dan bunuh cacing-cacing yang mencoba membiarkan semut itu kabur."

"Aku tidak bodoh jangan biarkan mereka terus bergelantungan didepan ku."

"El––"

Tut...

Tut...

Tut...

Elvano menutup matanya dengan cepat dan meninggalkan berbagai mata yang menatapnya dengan bingung, kaget, takut, dan emosi aneh lainnya karena kata-kata Elvano membuat mereka merasa sedikit kedinginan meskipun mereka tidak tahu apa yang dia bicarakan.

Algibran yang disebelah Elvano membeku lalu menatap orang yang tertidur dengan mata aneh.

Arkanio dan lainnya menatap Gallendra tapi yang ditatap hanya diam dan menundukkan kepalanya.

"Gue bilang dia sakit." Arkanio.

"Tapi..." Dylan merasa aneh karena perilaku Elvano terlalu biasa untuk orang yang sakit jiwa.

"Kak, Lo kan belajar psikologi dia kenapa?" Arsenio.

Gallendra yang tadi menundukkan kepalanya kini mengangkat kepalanya dan menatap mereka dengan penasaran.

Bastian, Dylan, Arfian, Arsenio, dan Algibran kini menatap Arkanio dengan mata penasaran.

"Si Vano udah tidur?" Tapi Arkanio hanya bertanya dengan pertanyaan aneh dan bukan jawaban yang ingin mereka dengar.

Algibran yang mendengar napas teratur Elvano menganggukkan kepalanya.

"Gue ngak tau, karena gue ngerasa si Vano itu salah."

"Kaya Lo kan Kanio?" Arfian menatap Arkanio dengan mata serius.

"..."

Arkanio membeku sejenak lalu menurunkan kelopak matanya untuk menutupi cahaya gelap yang terlintas dimatanya.

Mereka saling memandang dan mereka juga tahu keadaan Arkanio. Tapi yang mereka lihat si Elvano tidak ada mirip-miripnya sama si Arkanio.

"Ya dan ngak."

"Maksud Lo?" Bastian bertanya dengan bingung.

"Karena gue juga selalu Konsul dan belajar sama dokter psikolog gue, gue juga tau kalau Elvano adalah orang yang sangat berbahaya."

"Hah?" Mereka secara serempak menatap Arkanio.

"Gue ngak tau yang pasti, tapi si Vano itu...."

"Orang Gila asli." Arkanio berbisik kecil dan mengangkat kelopak matanya untuk menatap mereka dengan tenang.

Sudut mulut mereka berkedut lalu berbalik untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Anwar.

Gallendra yang wajahnya kini memucat melirik Elvano yang tertidur lalu membuang mukanya dan mulai mengerjakan tugas matematika untuk menenangkan hatinya yang kacau.

Arkanio menatap mereka dengan tenang lalu Arkanio menatap Elvano dengan tatapan penuh minat dimatanya. Karena selama masa dia menjadi murid dari dokter psikolog nya dia hanya mendapatkan dan mendiagnosis orang-orang yang memiliki riwayat penyakit jiwa yang ringan dan tidak kompleks seperti Elvano yang membuatnya bersemangat ingin menjelajah.

-

-

"Sasa Lo kalah. Kebenaran atau Tantangan?" Viona memandang Clarissa dengan senyum bermakna diwajahnya dan saling menatap dengan yang lainnya.

"Tantangan!"

"Tantangan!"

"Tantangan!"

Clarissa menggigit bibirnya dan merasa sedikit gugup setelah melihat teman-temannya.

"Kalau begitu gue pilih tantangan."

Viona, Raya, Bela, dan Freya saling memandang dengan pengertian lalu tersenyum.

"Kalau gitu Lo bangunin Elvano yang lagi tidur." Kata Freya dengan bersemangat.

"Terus ngomong Lo suka sama dia." Bela melanjutkan dengan semangat.

"Ya Sasa. Lo itu cantik dan banyak cowok yang suka sama Lo jadi mungkin si Elvano sedikit terkesan untuk Lo."

Viona hanya melirik temannya dengan heran tapi setelah itu dia bersemangat dan menatap Clarissa dengan gembira.

Clarissa merasa bangga dengan pesonanya karena banyak cowok yang suka sama dia. Tapi saat dia melirik Elvano yang memiliki wajah tampan dan keluarga yang sangat kaya membuatnya sedikit tergiur apalagi Elvano punya saudara yang sama tampan Gallendra dan teman-teman Gallendra adalah geng BlackWolf, setelah memikirkan itu Clarissa dengan wajah memerah mengangguk.

Clarissa yang berdiri melirik kebelakang dan melihat teman-temannya memberikan semangat lalu Clarissa berjalan menuju Elvano yang masih tertidur.

Kelas yang ramai menjadi sepi dan mulai menatap saat Clarissa berdiri dari bangkunya dan berjalan kearah Elvano yang tertidur.

"Dia mau ngapain..?"

"Ngak tau."

"Hei gue denger mereka lagi main True or Dear."

"Sungguh?!"

"Mereka memiliki keberanian."

"Ya, itu Elvano..."

"Gue ngak tau apa yang ada di otak mereka tapi mereka ngak denger apa saat Elvano yang menjawab telpon yang perkataannya membuat gue kedinginan dan jantung berdebar."

"Sayang, padahal gue suka sama Clarissa tapi apa otaknya sedikit kebanjiran..?"

Bisik-bisikan itu Clarissa mengabaikannya hanya berjalan menuju Elvano yang tertidur, saat dia akan membangunkannya Dylan mengehentikan perbuatannya.

"Lo ngapain?"

"Gue cuma mau bangunin Elvano kok."

Anggota BlackWolf menatap Clarissa dengan mata terkejut. Keberanian ini membuat mereka saling memandang lalu mereka menonton pertunjukan, mereka tidak ingin kena imbas orang gila asli jika dibagunkan tidurnya jadi mereka tidak mencoba menghentikan perilaku Clarissa untuk membangunkan Elvano.

Clarissa menatap mereka dengan tenang lalu menatap Elvano yang tertidur dan membangunkannya.

"Elvano bangun."

"Elvano..."

Melihat Elvano yang tidak merespon untuk bangun Clarissa mengerut kening karena kesal. Saat Clarissa mencoba mengulurkan tangannya untuk membangunkan Elvano sesuatu melintas dipipinya yang membuat Clarissa menyentuh pipinya dengan terkejut.

Tak...

Siswa kelas 2-2 menatap pulpen yang jatuh dari dinding lalu luka dipipi Clarissa dengan kosong yang membuat suasana kelas menjadi hening.

Clarissa dengan kosong menatap darah yang ada ditangannya lalu berteriak kesakitan hingga tubuhnya bergetar.

"Ah!"

Suasana hening tidak berlangsung lama karena teriakkan Clarissa menghancurkan udara yang membeku dikelas.

Elvano menyipitkan mata biru langitnya yang kabur karena terbangun dan perlahan menegakkan tubuhnya.

"Hah?" Melihat gadis didepannya menangis sambil  menutupi pipinya dengan tangannya Elvano mengerutkan kening tapi dia melihat darah yang mulai menetes dari tangannya dan membuat kelopak mata Elvano melompat dan tangannya sedikit bergetar karena selama dia datang didunia ini dia belum melihat darah yang sangat dekat dengannya apalagi dia belum punya waktu untuk melakukan itu.

"Elvano! Kenapa Lo ngelukain Clarissa?!" Viona yang sedikit panik mulai menyembunyikan Clarissa dibelakangnya dan menatap Elvano dengan tajam dan benci.

"Sakit Vio..."

Elvano memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Jangan pura-pura bingung, Lo sendiri yang ngelukai Sasa!" Raya berteriak marah.

Wajah Elvano menjadi gelap dan menatap mereka dengan dingin. Saat Elvano mencoba menjelaskan dia mendengar bisikan-bisikan ditelinganya yang membuat wajahnya semakin gelap dan ekspresinya menjadi suram dan dingin.

Dia mencoba membangunkan mu.

Elvano dia mencoba menyentuhmu.

Mereka juga memainkan permainan yang harus cewek yang cengeng itu membangunkan mu dan mengatakan kalau dia menyukaimu.

Menjijikan.

Cewek sok.

Elvano dia mencoba memfitnahmu.

Wajah Elvano menjadi semakin suram saat dia mendengar bisikan-bisikan itu yang membuatnya mual, jika saja cewek yang pipinya berdarah itu akan menyentuhnya dia pasti secara pribadi akan memotong tangannya.

Saat mereka melihat wajah Elvano yang buruk membuat mereka sedikit takut tapi yang membuat mereka kaget adalah wajah Elvano yang tadinya buruk kembali menormalkan ekspresinya.

"Lalu apa?"

"Brengsek!"

"Kalian tidak mengobatinya? Banyak darah..."

Elvano menatap mereka dengan tenang dan dingin sambil tersenyum lucu diwajahnya tapi sudut matanya menatap darah yang masih menetes diwajah Clarissa.

!!!

Viona, Raya, Bela, dan Freya menjadi panik dan membawa Clarissa ke UKS dengan cepat dan mengabaikan Elvano yang menatap dengan dingin. Sebelum keluar dari kelas Clarissa menatap Elvano dengan kebencian dan ketakutan tapi dia dengan cepat berbalik pergi karena Elvano menatapnya dengan suram dan dingin seperti ditatap oleh ular berbisa.

Elvano menatap mereka yang pergi lalu berdiri dan mengambil tasnya untuk pergi.

"Kak Vano...."

Gallendra yang ingin bertanya kemana Elvano akan pergi menutup mulutnya dalam diam setelah ditatap oleh Elvano.

Elvano melirik Gallendra dengan mata yang tenang bahkan sedikit dingin. Melihat Gallendra hanya diam dan tidak berbicara Elvano memalingkan kepalanya dan pergi dari kelas yang suasananya kini sedikit dingin bahkan bisa dikatakan sedikit horor.

"...."

Suasana kelas yang dingin dan tegang kini menjadi berisik saat Elvano yang pergi dari kelas.

"Menakutkan..."

"Ayo bersihkan darah yang ada dilantai."

"Cepat bentar lagi pelajaran Bu Siska."

Setelah semua orang berbisik mereka melirik Gallendra dan lainnya lalu mereka dengan cepat membersihkan kekacauan yang ada dilantai.

Anggota BlackWolf kini saling memandang dengan kejutan dan menatap Gallendra dengan khawatir.

Tapi sebelum mereka akan akan berbicara bel kelas berbunyi dan Bu Siska sudah datang yang membuat mereka hanya bisa diam.

-

-

-

-

[Bersambung....]