Chereads / Alvaro to Elvano / Chapter 21 - Bab. 20 ||Hidup Bersama||

Chapter 21 - Bab. 20 ||Hidup Bersama||

Bab. 20

Drttt...

Suara ponsel yang bergetar membuat Elvano kembali sadar, melihat itu adalah email masuk dia membukanya dan melihat berbagai foto Aleta di dalamnya yang membuat wajahnya yang dingin kini tersenyum lebar.

//Anonim//

14.22 [Bos, untuk apa kamu menyuruhku memfoto gadis kecil yang cantik itu dan mengikutinya? Jika bukan karena teknik ku yang bagus gadis kecil itu pasti menyadari bahwa aku mengikutinya dia sangat waspada. Itu membuat ku ketakutan dan salah mengira dia adalah agen tersembunyi karena inderanya yang sangat tajam jika aku tidak membaca informasi nya terlebih dahulu (sambil menepuk dadanya untuk menenangkan wajah yang ketakutan jpg.)]

//Elvano//

14.22 [Bagus. Gaji mu bertambah dua kali lipat.]

14.22 [Jangan mencoba menyentuhnya!]

//Anonim//

14.23 [Siap laksanakan Yang Mulia! (Serius jpg.) (Mata bersinar dengan uang jpg.)]

14.23 [Tidak! Aku hanya penasaran gadis mana yang bisa menggerakkan hati yang dingin dan  keras untuk orang gila seperti mu.]

//Elvano//

14.23 [...]

//Anonim//

14.23 [Jl. Kartika No.21 Blok B, Komunitas Villa Sun and Moon No. 3, Semoga sukses bos! (Melambai dengan semangat jpg.)]

Elvano menatap jalan menuju rumah Aleta dengan lama lalu mentransfer dan menambahkan jumlah uang kepada anonim disana dan menutup ponselnya. Elvano berdiri untuk pergi dari ruang UKS dengan suasana hati yang baik tapi saat dia melihat Arkanio yang juga baru saja membuka pintu membuat Elvano membuang mukanya dan melewati Arkanio yang masih tertegun dengan senandung kecil.

Arkanio tercengang melihat Elvano dalam suasana hati yang baik dan mengabaikannya. Arkanio menyusulnya dan menatap wajah Elvano yang masih memiliki senyum tipis dengan aneh.

"Lo gila?"

"Kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang sudah pasti."

Elvano menjawab dengan ringan dan tiba-tiba ponselnya bergetar lagi dengan banyak notifikasi di layarnya.

//E'Dv Company Group dan Keluarga Besar E'Dv//

14.35 [Tuan, apakah kita akan mempunyai Nyonya? @Elvano]

14.35 [Nyonya?!]

14.35 [1+]

14.35 [1+]

14.35 [1+]

14.35 [999+]

14.36 [1985+]

14.37 [Kalian tidak tahu? Duan MingFei mengatakan bahwa Tuan menyukai seseorang.]

14.37 [Bagaimana dengan Nyonya?]

14.38 [Sangat cantik! (Foto jpg.) (Foto jpg.) (Foto jpg.)]

14.39 [...]

14.39 [...]

14.39 [!!!]

14.39 [!!!]

14.43 [99999+]

14.45 [Sungguh gadis yang cantik!]

Mereka melupakan pertanyaan yang akan mereka tanyakan dan sibuk mendiskusikan dengan gembira karena gadis yang sangat cantik dan manis akan menjadi Nyonya dari Tuan keluarga besar mereka yang gila.

Nyonya?

Jantung Elvano berdetak dengan cepat karena kata-kata mereka yang membuatnya sangat senang, lalu...

14.48 [@Elvano membagikan amplop merah.]

Grup yang berisik tiba-tiba menjadi sunyi.

14.49 [Bos!]

14.49 [Tuan!]

14.49 [Bos!]

14.49 [1+]

14.49 [2+]

14.49 [3+]

14.49 [5+]

14.50 [9999+]

Elvano menutup ponselnya dan menatap Arkanio yang masih menatapnya dengan wajah yang penuh lebam dan bengkak yang terlihat sangat jelek, Elvano mendorong wajah Arkanio dan berkata dengan dingin.

"Jelek."

"Sial! Siapa yang Lo katain jelek?! Ini salah Lo yang buat wajah gue jadi seperti ini?!"

Temperamen Arkanio yang biasanya dingin kini runtuh tertiup angin dan membuat Elvano menatapnya lagi dan menghela nafas sambil bergumam kecil.

"Hah... Sungguh anak-anak yang naif dan penuh warna."

Tapi pendengaran Arkanio yang tajam mendengar gumaman Elvano melotot marah pada Elvano yang sudah pergi jauh darinya. Tapi  Arkanio bingung dengan siapa dia berbicara di ponselnya selama lima menit ini yang membuatnya penasaran.

-

-

-

Kelas Unggulan 2-2

Tok... Tok.. Tok...

Suara Pak Rendra yang sedang menjelaskan berhenti dan siswa yang sedang menulis mengangkat kepalanya dan menatap pintu.

Pak Rendra mengerut keningnya dengan erat, menatap kursi kosong Elvano dan Arkanio lalu menatap pintu yang diketuk, Pak Rendra menatap murid yang ada didepan meja dekat pintu sambil mengangkat dagunya.

Bayu yang ditatap oleh Pak Rendra menganggukkan kepalanya dengan mengerti lalu membuka pintu kelas.

Elvano menatap Bayu yang ada didepannya lalu menatap Pak Rendra dan meminta maaf dengan suara kaku.

"Maaf Pak Rendra."

Kerutan yang ada diwajah Pak Rendra sedikit mengendur karena murid pindahan ini masih memiliki sedikit sopan santun. Pak Rendra menganggukkan kepalanya dan berkata dengan tenang.

"Jangan sampai kejadian ini terulang kembali."

Elvano menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju mejanya lalu mengeluarkan bukunya dan menatap Pak Rendra dengan serius.

"Tunggu!"

Pintu yang akan tertutup terhalang oleh sebuah tangan yang membuat Bayu sedikit tercengang dan membuka kembali pintu yang akan tertutup.

Arkanio yang telah sampai dikelas menghela napas lega sambil terengah-engah karena lelah berlari lalu mengangkat kepalanya dan melihat Pak Rendra menatapnya dengan marah,  Arkanio tertegun lalu menatap Pak Rendra sambil meminta maaf dengan kepala tertunduk.

"Maaf."

Pak Rendra hanya mendengus lalu berkata dengan dingin.

"Duduk."

Arkanio dengan cepat berlari menuju mejanya, di sudut matanya Arkanio melirik Elvano dengan ringan lalu duduk di kursinya dan mengeluarkan buku dan pulpennya.

Jingle... Bell...

16.15

Menatap jam ditangannya Aleta berdiri pergi dari kelasnya lalu menatap kerumunan yang pergi dimatanya tiba-tiba sebuah suara membuatnya harus memutar kepalanya.

"Leta sini!"

Kesya melambaikan tangannya pada Aleta yang baru saja keluar dari kelasnya dengan semangat.

Aleta berjalan menuju Kesya yang bersemangat dan mengangkat alisnya.

"Kenapa Lo bersemangat?"

Kesya sedikit tersedak karena sahabatnya ini sedikit tidak peka padahal dia pernah menyukai seseorang dan berkata dengan semangat.

"Gimana?"

"Hah?"

Aleta bingung dengan pertanyaan dari Kesya yang menatapnya dengan semangat. Kesya memutar matanya karena kesal lalu merangkul bahu Aleta dan berbicara sambil berjalan menuju tempat parkir.

"Menurut Lo si Vano itu kaya gimana?" Kesya mengganti topiknya dan bertanya dengan penasaran pada Aleta yang dirangkulnya.

Aleta mengedipkan matanya kuningnya yang cerah lalu menatap jalan dengan kosong karena pikirannya kini penuh dengan Elvano.

"Gimana menurut Lo Leta?"

"Kekanak-kanakan, cengeng, dingin tapi lembut, sensitif, gemesin, dan keras kepala."

Aleta mencerutkan bibirnya dan mengatakan sifat Elvano selama dua hari ini kepada Kesya dengan menahan rasa gemas saat memikirkan Elvano yang pemalu dan penuh kewaspadaan, karena menurut Aleta perilaku Elvano itu lucu.

Seolah-olah dia memelihara kucing besar yang ganas tapi jinak dan penuh kelembutan didalam hatinya yang membuat Aleta mentoleri dan memanjakan perilakunya.

Bahkan jika kucing besar itu mengulurkan cakarnya dan menatapnya dengan kewaspadaan tapi saat ketahuan melakukan sesuatu yang salah kucing besar itu menyembunyikan cakarnya yang tajam dengan canggung dan tatapan cahaya dimatanya membuat Aleta ingin tertawa karena gemas lalu dia akan menggosok dengan keras dan menggodanya kembali. Jadi Aleta tertawa lebar dan menekukkan matanya menjadi bulan sabit dengan cahaya terang dimata kuningnya bagaikan matahari hangat yang menyinari sekitarnya bahkan kebencian, kemarahan dan keengganan dihatinya sedikit memudar karena Elvano yang selalu ada dipikirannya.

Pikiran Kesya menjadi kosong karena senyum cerah diwajah Aleta yang terlalu mempesona yang membuat wajahnya menjadi merah lalu mengutuk sambil menutupi wajahnya dengan satu tangan.

"Sial, wajah Lo terlalu busuk Leta."

"Hahaha, apaan sih Syasya! Lo jangan sampe bengkok ya karena wajah gue."

Aleta menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menatap Kesya dengan jari-jarinya lalu dengan suara bercanda dia menggoda sahabatnya yang tomboy.

"Apaan sih Lo! Gue ngak akan bengkok karena Lo!" Kesya menggosok kepala Aleta dengan keras lalu tertawa bersama Aleta.

Saat mereka bercanda mereka tidak menyadari bahwa Elvano dan yang lainnya berjalan dibelakangnya. Arkanio membuang mukanya saat Aleta tersenyum sangat cerah untuk menutupi sedikit warna merah ditelinganya, Arkanio menatap Aleta dengan kosong. Bahkan Gallendra dan teman-temannya tercengang dengan senyum cerah diwajah Aleta dan membenarkan kata-kata Kesya bahwa wajah Aleta terlalu busuk yang bisa membuat wajah seseorang menjadi merah.

Tapi Elvano tidak melihat pada mereka yang memiliki wajah merah karena matanya selalu menatap Aleta dengan pengawasan, jika Elvano mengetahui mereka menatap Aleta-nya dengan wajah merah mungkin akan memiliki bau asam cemburu lalu sikap posesifnya akan mendorongnya untuk  melindungi dan menutupi Aleta agar tidak terlihat oleh siapapun.

Elvano mengikuti Aleta dengan kakinya yang panjang dan meninggalkan mereka yang masih bingung oleh kecantikan.

Gallendra ketakutan karena dia melihat saudaranya akan mengejar Aleta lalu berteriak.

"Kak Vano! Kita pulang!"

Elvano berhenti dan berbalik menatap Gallendra yang menatap dengan cemas lalu berbalik dan melambaikan tangannya dan menjawab Gallendra dengan tenang.

"Tidak. Aku akan pulang bersama Quenby."

Algibran yang akan menyusul Elvano diberhentikan oleh Gallendra dengan tatapan tajam.

"Kak Gibran~" Suara yang memanggilnya dengan manis membuat Algibran menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Adele dengan kelembutan dimatanya.

Gallendra mendengus lalu pergi, teman-temannya mengikuti Gallendra. Arfian menarik Arkanio yang masih menatap ke tempat perginya Aleta dan Elvano dan berbisik ditelinga Arkanio dengan pelan dan memperingatkannya.

"Arkan Lo jangan coba-coba punya pikiran sama si Aleta dan jangan selalu membuat Elvano bermasalah dan tidak nyaman bersama Lo jika tidak..."

Arfian menggesek tangan dilehernya dan membuat wajah peringatan. Arkanio tertegun lalu cahaya dimatanya padam bahkan cinta yang belum tumbuh mati tercekik yang membuat Arkanio menganggukkan kepalanya dengan lemah.

Arfian menepuk pundak Arkanio yang linglung dan memberikan tatapan kasihan yang membuat Arkanio memukul tengkuk kepala sang empu yang menatapnya dengan tatapan kasihan dengan keras lalu tersenyum tipis.

Melihat mereka akan pergi Adele memiringkan kepalanya dan bertanya pada Algibran dengan ragu.

"Kakak ngak akan pergi?"

"Pergi, pergi, ayo pulang gue anterin kerumah Lo."

Algibran menarik tangan Adele dan melirik ke jalan perginya Aleta, Kesya dan Elvano lewati lalu membuang mukanya.

"Lo mau teh susu?"

"Boleh kak?"

"Ya.."

-

-

-

"Dah Kesya!"

Aleta melambaikan tangannya pada Kesya yang pergi dengan mobilnya.

Jendela mobil terbuka lalu tangan putih terentang dan melambai pada Aleta.

"Bye Leta sayang~"

Aleta tersenyum tipis lalu berbalik untuk membuka pintu mobil, tapi tiba-tiba bayangan seseorang dibelakangnya membuatnya sedikit tertindas karena auranya yang membuatnya membalikkan tubuhnya dengan tenang dan menatap pengunjung yang datang tanpa undangan dengan waspada.

Melihat itu adalah Elvano tubuh Aleta yang sebelumnya tegang sedikit rileks dan bertanya dengan ragu.

"Kenapa?"

Elvano menurunkan matanya dan menatap Aleta yang mengangkat kepalanya untuk menatapnya  karena tinggi badannya yang hanya mencapai dadanya dengan senyuman tipis dimatanya lalu membuang senyum yang ada dimatanya dan menarik ujung bajunya sambil menatap Aleta dengan wajah seperti wanita yang telah dianiaya oleh bajingan yang tidak bertanggung jawab.

"By... Kamu harus bertanggung jawab untukku."

"Apa, apa?"

Aleta tergagap dengan bingung dan gugup karena dia tidak melakukan sesuatu kepada Elvano lalu dia menatap sekitarnya dengan waspada lalu menarik kerah Elvano yang membuat sang empu membungkukkan badannya dengan kaget.

"Jangan buat ekspresi yang membuat seseorang salah paham bisa ngak?"

Aleta menggertakkan giginya dengan kesal karena Elvano menatapnya dengan tatapan menuduh seolah-olah dia adalah bajingan yang menganiayanya.

"Tapi... By telah melepaskan baju dan melihat tubuhku..."

"Hah?!"

Elvano yang menatap Aleta dengan tatapan menuduh dan sedih memiliki rona merah di pipinya yang membuatnya semakin terlihat seperti wanita yang pemalu tapi dianiaya oleh bajingan yang tidak ingin bertanggung jawab jika saja di bukan seorang pria, Elvano pasti akan disalah artikan sebagai wanita pemalu yang memiliki temperamen yang lembut dan mudah diganggu dan mudah ditekan.

!!!

Aleta melihat orang-orang yang melewatinya menatapnya dengan tatapan terkejut dan menuduhnya sambil menunjukan jari mereka tanpa jejak membuat Aleta ingin menggali lubang untuk dirinya sendiri jika bukan karena Elvano yang sekarang menatapnya seperti ini.

Elvano melihat wajah Aleta yang merah karena malu dan tidak memperhatikannya memiliki senyum lebar diwajahnya tapi saat Aleta akan berbalik dan menatapnya, Elvano membuang senyumnya dan membuat kembali ekspresi sedih diwajahnya.

Menjelaskannya akan menjadi pucat dibandingkan perilaku yang telah mereka lihat dan dengar karena itu tidak akan berguna jika menjelaskannya yang membuat Aleta merasa cemas lalu melotot marah pada pelaku yang menyebabkan semua kesalahpahaman ini terjadi.

Aleta menarik Elvano dan memasukkan ke dalam mobil lalu menutup pintu mobil dengan keras, lalu pergi dengan cepat dari tempat yang membuatnya merasa malu.

Elvano mencari posisi yang nyaman lalu menyandarkan kepalanya pada pintu mobil untuk menatap Aleta dengan tenang.

Menatap jalan yang ada didepannya Aleta bertanya pada Elvano yang ada disebelahnya dengan cemberut.

"Rumah Lo dimana?" Meskipun Aleta berteman dengan Gallendra dia hanya pernah berkunjung dua kali ke sana yang membuatnya yang terlahir kembali melupakan rumah Gallendra karena sebelumnya dia hanya memiliki pikiran untuk menyingkirkan Adele bahkan sampai kematiannya.

"Tidak, Aku akan pulang bersamamu."

Aleta mengerem mobilnya dengan tiba-tiba yang membuat tubuh Elvano terpental kedepan dengan inersia jika saja dia tidak memakai sabuk, wajahnya sekarang mungkin akan menempel pada kaca depan mobil. 

"Tidak!"

Aleta menatap Elvano dengan ganas tapi Elvano dengan keras kepala menggelengkan kepalanya dan tidak menerima penolakan dari Aleta.

"Aku akan tetap tinggal bersamamu."

"Kenapa?!"

"Quenby harus bertanggung jawab untukku, kerena telah melihat tubuhku apalagi By telah menyentuhnya dan... Quenby melepaskan bajuku secara sukarela tanpa aku sempat menolak."

Elvano tidak menerima penolakan Aleta terhadapnya dan akan menekannya dengan keras dan lembut hingga Aleta bisa menerima semua permintaannya tanpa keluhan.

Benar saja Aleta kini menatap Elvano dengan suasana tenang dari pada sebelumnya dan berkata dengan ragu dan tidak percaya.

"Lo ngak pernah memperlihatkan tubuh Lo ke orang lain?"

Elvano menganggukkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya, melihat Aleta yang mengerutkan keningnya dia dengan cepat mengoreksi pernyataan Aleta.

"Tidak pernah, tapi hanya dua tahun yang lalu saat aku ada dirumah sakit untuk perawatan yang dalam keadaan koma dan sebulan yang lalu aku baru sadar, jadi aku pulang ke Indonesia untuk menemui keluargaku."

Aleta terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Elvano yang sangat jujur lalu dia menatap Elvano yang memiliki bayangannya dimata biru langitnya dengan linglung lalu membuang mukanya sambil menundukkan kepalanya dan bertanya dengan samar.

"Lo suka sama gue?"

Elvano tercengang lalu menatap Aleta dengan terkejut lalu menjawab Aleta dengan jujur dan lurus karena apapun yang dia suka dia akan menjawab dengan jujur dan terbuka.

"Ya."

Aleta mengangkat kepalanya dengan pandangan kosong pada Elvano yang benar-benar menjawabnya lalu Aleta bertanya kembali dengan bingung karena biasanya suka disalah artikan sebagai cinta karena itu Aleta curiga pada Elvano yang langsung bisa menjawabnya tanpa ragu dan sudah menyukainya yang baru saja bertemu selama dua hari.

"Lo cinta sama gue?"

"Apa itu?"

Elvano memiringkan kepalanya dan menatap Aleta dengan penasaran seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Aleta menatap rumit pada Elvano yang menatapnya dengan mata biru langitnya berkilau karena rasa penasaran.

"Lo ngak tau?"

"Tidak." Elvano menggelengkan kepalanya.

"Lalu dari mana Lo suka sama gue?" Aleta penasaran mengapa Elvano menyukainya yang memiliki sifat dingin, cuek, impulsif, meskipun kadang perhatian dia tahu bahwa sifatnya itu sama keras kepalanya seperti Elvano bahkan dia juga selalu membuat onar dan manja yang membuat mereka dikehidupan sebelumnya tidak pernah menyukainya dan bahkan membencinya.

"Aku tidak tahu, aku bingung kenapa jantungku selalu berdetak saat bersamamu dan aku juga merasa aneh karena saat bersamamu juga hatiku merasa panas dan tergelitik karena rasa penasaran yang besar yang membuatku sedikit geli, tapi aku merasa aku menyukaimu." Elvano menggelengkan kepalanya lalu menyentuh jantungnya yang selalu berdetak kencang saat bersama Aleta dan menatap Aleta dengan bingung.

Aleta menarik napas dingin karena jawaban ini diluar harapannya karena Elvano menjawabnya dengan jujur, karena apa yang ada dihatinya tapi kata-kata Elvano sangat mematikan buat Aleta yang membuatnya sedikit pusing dan senang tapi dia masih trauma dengan apa yang terjadi dikehidupan sebelumnya.

Aleta Lo harus bisa melanjutkan hidup Lo! Dan jangan selalu terjebak oleh masa lalu Lo yang suram! Lihatlah kedepan untuk hidup Lo yang sekarang, karena kita tidak bisa mengetahui kesempatan untuk dilahirkan kembali. Meskipun Lo masih trauma akan kehidupan sebelumnya, Lo harus bisa menerimanya secara perlahan.

"Oke, tapi gue ingin serius."

Aleta menarik pandangannya dan kembali menjalankan mobilnya untuk pergi kerumahnya. Elvano yang mendengar jawaban dari Aleta merasa sangat senang seakan-akan banyak kupu-kupu berterbangan didadanya bahkan warna dunia dimatanya menjadi sedikit cerah dan berwarna. Aleta mendengus pelan lalu bertanya pada Elvano yang masih merasa senang untuk mencoba menuangkan air dingin pada Elvano.

"Lo jangan terlalu senang dulu."

"Kenapa?" Elvano mengerut keningnya dengan erat.

Aleta memiliki tatapan licik dimatanya dan menatap Elvano dengan serius.

"Lo punya uang? Tapi ini harus uang Lo sendiri dan gue yang akan mengelolanya dimasa depan saat kita hidup bersama."

Permintaan Aleta sangat sederhana yang membuat Elvano tertegun dan menatap bingung pada Aleta.

"Kenapa Lo ngak punya?" Aleta mengangkat alisnya dan merasa sedikit kecewa, karena meskipun dia memiliki banyak uang di kartunya dia ingin tahu seberapa banyak uang Elvano dibandingkan dengannya dan karena mereka akan hidup bersama mereka harus berbagi uangnya untuk perlengkapan mereka.

"Bukan itu..."

Melihat wajah ragu-ragu Elvano dan tidak berbicara membuat Aleta sedikit bingung.

"Lalu apa?"

"Apakah hanya itu?"

"Apa?"

"Apa hanya itu?"

"Hah?"

"Apa hanya uang saja yang Quenby inginkan?"

"Ya. Karena jika Lo ingin tinggal bersama gue, Lo harus beli pakai uang Lo sendiri dan kita akan mendekor rumah kita bersama  menggunakan setengah uang kita masing-masing." Aleta menjawab dengan jujur pertanyaan aneh Elvano.

Elvano yang mendengar kata 'rumah kita' membuatnya semakin bersemangat lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil tangan Aleta dan menyimpan dompet yang tebal dan penuh ditangan Aleta dengan penuh kepercayaan dimatanya.

"Beli apapun yang kamu inginkan By."

Tangan Aleta sedikit bergetar karena melihat Elvano menyimpan dompetnya yang tebal dan penuh ditangannya tanpa rasa takut akan kehilangan dompetnya.

"Lo ngak takut uang Lo gue curi?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena uangku akan menjadi milikmu dan uangmu akan tetap menjadi milikmu." Elvano menjawab Aleta dengan serius dan senyum diwajahnya.

Aleta memalingkan wajahnya dan berkata dengan canggung pada Elvano yang menatapnya dengan serius dan senyum diwajahnya yang tampan.

"Keluar."

Setelah itu Aleta melepaskan sabuknya dan keluar dari mobil dengan sedikit tergesa-gesa lalu menghirup napas udara yang ada disekelilingnya dengan lega.

"Xavier ayo."

Sambil menarik tangan Elvano menuju villanya. Elvano menatap tangan Aleta yang ada dipergelangan tangannya lalu melepaskan tangan Aleta dan mengubahnya menjadi tangan besar milik Elvano yang menggenggam tangan kecil dan lembut milik Aleta dengan puas.

-

-

-

[Bersambung.....]