Chereads / Alvaro to Elvano / Chapter 3 - Bab. 2 ||Elvano Xavier Dirgantara||

Chapter 3 - Bab. 2 ||Elvano Xavier Dirgantara||

Bab. 2

* Rumah Sakit Pusat Prancis

"Hmm..."

Hah?

Bukannya aku sudah mati?

Sekelebat ingatan mengalir diingatan Alvaro. Yang membuat ekspresinya menjadi gelap seolah-olah tinta bisa mengalir.

Beraninya...beraninya mereka membuat hari kematianku menjadi hari libur internasional dan mereka benar-benar membuatnya menjadi pesta dunia!

Aura yang dikeluarkan oleh Alvaro membuat perawat yang baru saja masuk ketakutan dan berlari kembali untuk mencari dokter dengan pikiran karena pasien yang sudah koma 2 tahun benar-benar bangun, sungguh keajaiban! Apalagi bangunnya hanya perlu keberuntungan kerena kecelakaan 2 tahun yang lalu membuat dokter yang merawatnya ketakutan yang hanya dengan setengah napas tersisa.

Duak..

Pintu terbanting terbuka tibalah dua pria tua yang baru saja tiba berlari menuju Alvaro.

"Sayang! Kamu sudah bangun? Apakah ada ketidaknyamanan? Apakah kamu butuh sesuatu?" Wanita tua itu bertanya dengan air mata berlinang dan tidak percaya lalu bingung harus berbuat apa.

Pria tua yang disebelahnya memberikan kenyamanan kepada istrinya yang sedang menanyakan beberapa pertanyaan kepada cucunya yang sedang bingung.

"Sayang, lihat cucu mu kebingungan menjawab pertanyaan yang kamu tanyakan yang mana yang akan dia jawab."

Sayang?

Cucu?

Siapa?

"Air....uhuk...." Suaraku? Kenapa serak sekali dan tidak nyaman?

Wanita tua itu tiba-tiba terburu-buru untuk mengambil air disebelah bangsal.

"Pelan-pelan oke?"

Wanita tua itu mengirim gelasnya kedepan, Alvaro menolak dengan sopan dan mengambil gelas dari wanita tua itu dan meminumnya.

"Vano sayang, apakah kamu menginginkannya lagi?"

"Hah?"

"Ada apa?"

"Siapa Vano? Dan permisi siapa kalian? Apakah kalian salah masuk bangsal? Bukannya aku seharusnya sudah mati? Kenapa aku ada disini?"

Wanita tua itu tiba-tiba menjadi pucat dan berdiri dengan gemetar dan menangis. Pria tua itu juga mengubah wajahnya dan berkata dengan marah, sedih, dan gemetar.

"Elvano! Apa yang kamu katakan kepada nenekmu! Kenapa kamu tidak mengenali kakek dan nenek yang membesarkanmu! Siapa yang akan mati? Tapi cucuku tidak akan mati! Dan Vano... Sayang jangan membuat lelucon yang tidak lucu oke?"

"???"

Alvaro yang mendengar suara tua yang penuh amarah, sedih, takut penuh dan penuh permohonan dengan tanda tanya. Kenapa pria tua itu mengatakannya seakan-akan aku adalah cucu yang tidak berbakti?

"Aku---" sebelum dia mengatakan sesuatu dokter datang.

Wanita tua itu buru-buru meraih dokter dan bertanya dengan gemetar.

"Dokter ada apa dengan cucuku? Kenapa dia tidak bisa mengingatku?"

"Nyonya tolong tunggu sebentar saya akan memeriksa Tuan Muda Elvano dulu."

Wanita itu melepaskan dokter, agar bisa memeriksa kembali cucunya dan memeluk suaminya sambil menangis karena cucunya tidak mengenal neneknya yang telah menjaganya.

"Tuan, Nyonya Tuan Muda Elvano mengalami amnesia itu bisa permanen atau hanya sebentar, jadi biarkan dia membiasakan diri kembali kelingkungan dan sesuatu yang membuatnya familiar agar ingatannya cepat kembali. Tapi jika ingatannya tidak kembali, itu berarti Tuan Muda akan mengalami amnesia permanen, jika memungkinkan menjaulah dari sesuatu yang membuatnya ingin melupakannya jauh dari lubuk hatinya agar tidak membuat kepalanya sangat kesakitan. Dan Tuan, Nyonya bawalah ke psikiater karena sebelumnya kita tidak tahu apa yang terjadi hingga Tuan Muda mengalami kecelakaan yang parah hingga setengah napas tersisa."

Wanita tua itu menangis kembali dan memeluk suaminya karena tidak kuasa menahannya karena cucunya mungkin tidak akan mengingatnya. Pria tua itu membujuk istrinya yang merasa tidak nyaman walau hati sang pria tua itu juga sakit dan tidak nyaman.

"Terimakasih dokter."

"Tidak Tuan, silahkan bicara saja dan jangan membuat pasien mengingat secara paksa."

"Baiklah."

Setelah dokter kembali bangsal menjadi sunyi.

"Jadi siapa aku? Dan siapa kalian?"

Udara menjadi hening sesaat.

Wanita tua itu maju dan mengambil tangan Alvaro dengan gemetar dan berkata dengan hangat.

"Sayang, aku Omamu dan yang disana adalah Opamu. Nama Oma adalah Helena Jihan Dirgantara dan Opamu bernama Raditya Dika Dirgantara. Nama ibu mu adalah Chelsea Adine Keysha Dirgantara dan nama ayah mu adalah Damian Daffa Dirgantara. Mereka mempunyai dua orang anak, anak pertama adalah kamu sayang. Namamu adalah Elvano Xavier Dirgantara. Umurmu saat ini 17 tahun. Kamu punya saudara laki-laki yang berbeda satu tahun dari mu adalah Gallendra Xander Dirgantara."

"Opa dan Oma tidak tahu apa yang terjadi saat kecelakaan itu terjadi bahkan kamu menghilang selama sebulan, jika tidak Opa tidak akan membiarkan orang itu kabur setelah membuatmu tinggal setengah napas tersisa." Setelah mengatakan itu suaranya pun bergetar dengan napas yang berat.

"Tidak apa-apa. Bukankah Vano baik-baik saja sekarang? Lalu bagaimana dengan orang tuaku?" Alvaro tidak Elvano menjawab Opa dengan hangat.

"Mereka ada di Indonesia."

"Kenapa tidak datang menjenguk ku?"

"Kami tidak ingin memberitahu mereka dulu biarkan Vano pulang ke Indonesia untuk memberi kejutan depada ibu, ayah, dan saudaramu. Mereka juga pasti sudah merindukan mu."

"Ya, cucuku selalu baik-baik saja kalau gitu Opa dan Oma keluar, Vano istirahatlah."

"Baiklah."

Setelah Opa dan Oma keluar, bangsal kembali sepi.

Elvano menurunkan matanya untuk menyembunyikan cahaya yang berkilat dimatanya. Dulu saat dia menjadi Alvaro dia tidak pernah merasakan kehangatan keluarga bahkan jika mereka masih ada, mereka semua berkumpul hanya untuk keuntungan keluarga saja dan bahkan jika dia pernah menaruh harapan untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari mereka dengan mendapatkan prestasi akademik dan non-akademik apalagi saat dia membuat bisnis keluarga menjadi lebih besar dan lebih besar malah mendapat imbalan ketakutan, rasa jijik, dan keserakahan. Dia merasa bodoh saat memikirkannya dan kasih sayang yang didapatkan sekarang sangatlah berbeda, ini tulus dari hati. Matanya menggelap, ya mereka sekarang adalah keluargaku, aku akan menjaga dan melindungi mereka dari apapun yang terjadi bahkan dengan taruhan nyawanya.

"Hehehe~"

Satu bulan kemudian...

Melihat cermin setelah mandi, dia melihat tubuh Elvano, semuanya masih sama hanya matanya yang menjadi biru langit bukan biru laut dalam.

Ya, aku masih tampan~

Setelah keluar dari kamar Elvano turun dari lantai dua mansion dan menyapa Opa dan Oma sebelum sarapan pagi.

"Good morning Opa, Oma."

"Morning El/boy"

Setelah sarapan, Elvano menatap Opa dan Oma nya dengan datar.

"Vano, Sayang ada apa?"

"Huh! Lihatlah sayang dia bahkan kembali lagi kecitranya yang dingin dan tidak banyak bicara. Jika hanya menginginkan sesuatu pasti hanya akan menatap saja!"

Oma mencubit pinggang Opa dengan sedikit keras membuatnya berteriak kesakitan.

"Aduh! Sayang jangan keras-keras, pinggangku sudah tua bagaimana dengan ginjal untuk--- "

Oma menatap Opa dengan marah dengan rona tipis di wajahnya dan mencubitnya lagi dengan keras.

"Tak tahu malu"

"Wow--! Oke, oke sayang aku akan berhenti berbicara."

Naif dan Kekanak-kanakan

Bahkan jika dia mengatakan itu didalam hatinya Elvano masih menatap kedua orang tua yang masih menunjukkan kasih sayang kepada cucunya dengan senyum tipis dimatanya. Ya, suasana ini yang selalu hangat yang aku dambakan dikehidupanku sebelumnya. Daripada rumah sepi dan kosong yang selalu menghiasi harinya.

Melihat cucunya terdiam dan menatap kosong. Oma dan Opa menatap dengan khawatir dan cemas. Elvano tersadar akan lamunannya karena ditatap oleh kekhawatiran dan kecemasan Opa dan Omanya.

"Tidak, hanya saja Vano merindukan mereka bisakah Vano pulang?"

"Apakah tidak apa-apa?" Kata Oma.

"Yah"

"Tidak apa-apa boy. Kapan berangkat ke Indonesia?" Kata Opa

"Yah, Vano akan berangkat besok pagi."

"Nah, kalau begitu besok berangkat nya pakai helikopter pribadi saja. Opa dan Oma akan mengantar mu."

"Terimakasih."

"Sama-sama boy."

Elvano kembali ke kamarnya.

Dia akhirnya tahu kenapa namanya sedikit familiar, ternyata dia adalah bos jahat tersembunyi. Apalagi adiknya dan keluarga nya adalah umpan meriam kecil yang tragis di novel. Pantas saja dia *(Elvano) menjadi bos penjahat tersembunyi. Dan sekarang dia ada di buku novel "Putri Benar dan Salah dari Keluarga Agatha" yang membuatnya marah dan kesal.

*(Elvano) yang dalam novel

Dan yang membuatnya semakin mudah tersinggung adalah Dirgantara adalah keluarga yang dia coba lindungi, dan dijaga bahkan dia merasa kalau mereka harus disembunyikan agar orang-orang tidak tahu.

Dia tahu dia salah dengan punya pikiran ekstrim untuk menyembunyikan mereka agar tidak diketahui, tapi akhirnya dia menahannya karena mungkin mereka akan tidak senang dan mungkin takut. Lalu bagaimana jika mereka membenciku karena ini, dari pada membuatku berjudi, lebih baik menahannya dan tidak melakukannya dan dia tida ingin itu sampai itu terjadi. Pada akhirnya dia menahannya.

*Flashback

Novel dari "Putri Benar dan Salah keluarga Agatha" adalah novel yang bertema Merry Su. Novel ini menceritakan tentang seorang gadis yang tertukar kelahirannya dirumah sakit saat kelalaian perawat yang menjaganya.

Pahlawan wanita dari novel ini adalah Adele Adriana Agatha gadis kecil yang berkepribadian yang optimis, baik, lembut, bekerja keras, polos, imut, dan kadang ceroboh harus menjalani kehidupan sebagai putri tetapi malah diperlakukan dengan buruk oleh keluarga yang membesarkannya. Dan Pahlawannya adalah Algibran Galen Daviandra ketua geng motor BlackWolf. Ketua yang selalu dipanggil Gibran oleh teman-temannya ini yang selalu memiliki kepribadian buruk, kejam, tidak suka dekat dengan wanita, dan kalau udah ngomong pasti bakal pedes yang membuat siapapun sakit hati. Kadang teman-temannya pun ikut kena kata-kata pedesnya. Aleta Quenby Agatha/Elvina adalah Penjahat wanita yang selalu mengganggu hubungan antara Pahlawan dan Pahlawan wanita. Dia yang memiliki kepribadian yang dingin, pintar, imut, perhatian, cemburuan dan panas jika ada yang selalu memprovokasinya dan bahkan IQ nya bisa menurun karena kadang implusifnya.

Jadi suatu hari saat penerimaan siswa baru Pahlawan dan kawan-kawannya bertemu Pahlawan wanita yang sedang terburu-buru karena menangis setelah dipermalukan oleh teman SMP nya didepan mahasiswa baru lainnya hingga membuat mata orang lain kearahnya menjadi aneh, Pahlawan wanita merasa malu diapun berlari dan tidak sengaja menabrak Pahlawan hingga harus meminta maaf dan melarikan diri.

Pahlawan yang melihat mata merahnya yang seperti kelinci ketakutan merasa penasaran, dia pun menjerat Pahlawan wanita setiap hari. Mereka selalu terlibat dalam kesalah pahaman, kemarahan ngak jelas, cemburu, introvert, dan peristiwa-peristiwa yang membuat hubungan mereka semakin dekat.

Saudara laki-laki, Sepupu, Sahabat kecil, Saudara Senior, Keluarga dan Teman-teman selalu mendukung Pahlawan wanita dan membela Pahlawan wanita bahkan jika itu bukan salah Penjahat wanita.

Penjahat wanita merasa cemburu karena Pahlawan adalah tunangannya kenapa selalu menempel pada gadis lain, bahkan selalu mengabaikannya yang selalu bersamanya dan teman-temannya pun terus menerus menambahkan api ke Penjahat wanita. Pada awalnya Penjahat wanita tidak akan mempedulikannya sebelumnya, tetapi akhirnya dia tidak tahan hingga membully Pahlawan wanita dan mempermalukannya.

Yang membuatnya semakin marah adalah dia menerima informasi bahwa dia bukan anak kandung dari keluarga Agatha, yang membuat keputusan yang implusif untuk menyewa pembunuh untuk membunuh Pahlawan wanita. Karena keluarganya pun tahu kalau Pahlawan wanita adalah anaknya dan hanya memperdulikan Pahlawan wanita. Karena keluarganya mengetahui bahwa anak yang mereka angkat akan mencoba membunuh anak kandungnya. Mereka menghentikannya, tetapi karena kekacauan pada akhirnya Penjahat wanita mati ditangan pembunuh yang dia sewa.

Dan keluarga yang menyinggung Pahlawan wanita selalu berakhir tragis.

Pada saat mereka bertanya siapa yang Pahlawan wanita cintai.

Pahlawan wanita itu benar-benar menyukai mereka semua, dia menganggap membuat pilihan itu menyakitkan dan merasa jika dia menolak, mereka akan merasa sakit hati. Mereka semua menganggap dia sangat baik! Tapi pada akhirnya Pahlawan wanita memilih Pahlawan.

Dan akhir novel ini adalah HE, Pahlawan dan Pahlawan wanita akhirnya menikah dan hidup bahagia. Kecuali mereka yang menganggap Pahlawan wanita sebagai cahaya bulan putih di orang-orang yang mendukung dan mencintainya, selalu lajang hingga mati. Dan masih menganggap Pahlawan wanita mencintainya.

Gila! Benar-benar gila mereka bisa membagi orang yang dia suka kepada orang lain!

Ahhh!!! Aku marah! Aku marah!

Huftt!!! Tenang Vano, tenang lebih baik kamu tidur dari pada memikirkan plot itu. Itu membuatku ingin membedah hati dan kepala mereka dan melihat ada apa didalamnya.

Hmph!

*Flashback end

Bandara pribadi 08.00

"Sayang kami tidak bisa ikut kesana karena perusahaan ada meeting, jadi tidak apa-apa sayang?"

"Tidak masalah Oma."

"Jaga kesehatanmu boy, dan jangan keterlaluan saat melakukan sesuatu."

Elvano membeku sejenak, lalu mengangguk tanda dia mengerti.

"Lalu ambil, habiskan saja sesukamu."

Elvano menatap kartu hitam yang diberikan oleh Opanya lalu berterima kasih.

"Terimakasih Opa!"

Yang diterima adalah pukulan dikepala.

Oma membujuk Opa. "Jangan selalu memukul kepala cucumu! Lalu bagaimana jika dia lupa kembali."

"Oke, oke sayang maafkan aku."

"Hmph"

"Nah, kalau begitu Oma, Opa aku berangkat."

Elvano melambaikan tangannya saat menuju helikopter pribadi.

Setelah duduk dikursi dan menutup matanya dia pun beristirahat.

I'm back Indonesian

*

*

*

*

[Bersambung...]