Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

MANTANKU VS SUAMIKU

Risma_Fuaida
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.7k
Views
Synopsis
Berawal dari perjanjian untuk mendapatkan anak dari Kiara, Hans berani berhubungan haram dengan Kiara sampai akhirnya Kiara mengandung anaknya. Tetapi, setelah 9 bulan usia kandungan Kiara, Hans membuang Kiara, hal ini membuat Kiara sangat hancur, sebab ia ingat bahwa Hans adalah mantan kekasihnya yang dulu sangat ia cintai. Beruntungnya Kiara bertemu dengan seorang laki-laki baik yang bersedia menjadi suami dan ayah untuk anaknya. Lantas bagaimana dengan Hans? Apakah ia akan mendapatkan karma yang sesuai?
VIEW MORE

Chapter 1 - Budak Ranjang

"Rebahkan tubuhmu," ucap Hans memberi perintah kepadaku.

Hans melepaskan pakaiannya satu persatu, aku tidak menginginkan hal ini terjadi dengan begitu saja. Ada banyak ketidakrelaanku saat itu. Aku masih ingin mempertahankan apa yang seharusnya aku pertahankan. Aku tidak ingin menyerahkan semuanya kepada Hans.

"Tunggu apa lagi?" tanya Hans dengan penuh emosi.

Aku tidak melakukan apa yang ia perintahkan, tanpa berpikir panjang, Hans menarik tubuhku dan meleparkan ke tempat tidur. Aku tidak pernah menyangka Hans berubah kepadaku. Tidak pernah aku temui dirinya yang arogan seperti saat ini, dulu.

Seandainya sebelum malam ini adalah pernikahan antara aku dan Hans, mungkin ini adalah malam pertama kami. Tepat di malam ini, aku kehilangan semua yang sudah aku jaga. Hanya karena hutang keluargaku kepada perusahaannya yang tidak mampu dilunasi selama beberapa tahun belakangan ini, aku menjadi alat untuk menyelesaikan masalah ini.

Aku memberikan tubuhku kepada laki-laki yang sangat aku cintai. Dengan keterpaksaan dan rasa ingin segera mengakhiri malam ini. Aku merasa sangat menjijikan, dinikmati oleh seorang laki-laki tanpa adanya hubungan pernikahan. Sekalipun aku sangat mencintainya, aku merasa sudah tidak ada rasa cinta darinya untukku, sementara aku yang berusaha menjauh dari kenangan masa lalu tentangnya, kini harus berhadapan dengan dirinya lagi.

"Lepaskan pakaianmu," ucap Hans sekali lagi.

Aku tetap tidak melakukan apa yang ia perintahkan. Aku malah berusaha untuk menutupi tubuhku dengan selimut yang ada di dekatku. Aku melihat dirinya yang semakin mendekatiku, aku berusaha untuk menghindarinya tapi tidak bisa.

"Kamu sudah tahu tugasmu, untuk apa kamu menghindar begitu?" tanya Hans dengan suara tinggi.

Aku melihat dirinya seperti seekor singa yang tidak sengaja dibangunkan ketika sedang tidur. Sementara aku di matanya saat ini sebagai mangsanya. Matanya terus membidik diriku, mengikuti setiap pergerakanku. Aku tidak bisa menghindarinya lagi.

"Hans, aku mohon kamu jangan bersikap seperti ini, aku Kiara, kita dulu sangat dekat. Aku tahu kamu tidak ingin melakukan ini, jadi aku mohon dengan sangat jangan melakukan hal ini Hans," pintaku kepada Hans.

Hans tidak mendengar apa yang aku katakan, seperti angin lalu pintaku baginya saat itu.

Tidak ada kelembutan dari ucapannya. Aku dimatanya sudah seperti orang asing. Ia tidak peduli apakah aku bersedia atau tidak. Aku hanya melihat seorang laki-laki yang lemah lembut dan penuh kasih sayang sudah bertransformasi menjadi seorang laki-laki yang brutal. Tidak ada pelukan hangat yang dapat aku rasakan saat itu. Ia hanya menyelesaikan tugasnya saja.

Ia melakukan apa yang menurutnya perlu dilakukan. Tidak ada pergerakan penuh cinta di atas sebuah tempat tidur kamar hotel itu. Yang tersisa hanya sebuah kepasrahan dan ketidakberdayaan.

"Brakkk!" suara pintu ditutup olehnya.

Setelah tugasnya selesai, ia meninggalkan aku di kamar hotel itu, ia bergegas pergi tanpa basa basi lagi. Aku hanya meratapi keadaanku saat itu. Bersama dengan kepergiannya maka, sudah berakhir hidupku. Semuanya sudah ia rasakan dari tubuhku.

Dengan isak tangis aku mengambil pakaianku yang berserakan di lantai dan mengenakannya kembali. Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya terdiam dan merasakan setiap air mata yang membasahi pipiku. Aku sudah tidak memiliki siapapun dan apapun. Aku sudah tidak ingin pulang ke rumah. Aku sudah tidak menganggap mereka sebagai keluargaku.

Tidak ada keluarga yang tega memberikan hidup anggota keluargnya sendiri kepada orang lain. Mereka sudah tahu apa tujuan dari Hans dan Deyna kepadaku, tapi mereka tetap mengiyakannya. Hidup tanpa perlindungan orangtua memang sepertiku.

Orangtuaku sudah lama kembali kepada Tuhan sejak aku berusia 12 tahun. Saat ini aku berusia 25 tahun, sudah 13 tahun aku tumbuh dan berkembang tanpa bimbingan seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Selama itu, aku tinggal bersama dengan bibi dan paman beserta 3 anaknya. Sejak usia 17 tahun, mereka sudah menyuruhku untuk bekerja. Aku menghasilkan uang untuk membayar biaya kontrakan yang kami tempati.

"Tuhan apakah masih ada yang tersisa untuk aku syukuri?" tanyaku kepada Tuhan saat itu.

Kiara Adya Caroline, nama yang ayah dan bundaku berikan. Aku ingat mereka pernah menceritakan alasan mereka mengambil nama itu, dari nama itu mereka berharap aku akan tumbuh menjadi seorang gadis yang mandiri dan bisa menerangi hidupku serta hidup orang-orang sekitarku. Tapi pada kenyataannya, tidak demikian.

"Tok tok tok," suara ketukan pintu terdengar.

Aku bergegas mengenakan pakaianku saat itu. Kemudian membukakan pintu dan melihat ke luar, ternyata seorang perempuan sudah menungguku di luar kamar sejak tadi. Dia adalah asisten pribadi yang Hans suruh untuk menjemputku dan mengantarkan aku ke sebuah villa di pinggir kota.

Hans dan Deyna memberiku fasilitas mulai dari tempat tinggal, asisten rumah tangga, serta kendaraan dan biaya hidup selama aku mengandung anaknya. Villa yang mereka berikan sangat besar, aku bahkan tidak tahu di villa sebesar ini aku harus berbuat apa. Aku hanya tinggal bersama dengan 2 orang asisten rumah tangga.

Mereka sangat baik, mereka memperlakukan aku seperti seorang majikan. Tidak jarang juga aku menceritakan banyak hal tentang kehidupanku kepada mereka. Mereka adalah pendengar yang baik. Aku merasa nyaman ketika bisa berbagi cerita dengan mereka.

"Silahkan nyonya, hari ini ada salad buah yang sengaja saya buatkan untuk nyonya," ucap asisten rumah tangga di villa itu.

Aku menikmati beberapa potong salad buah di pagi yang cerah ini. Seraya menikmati pemandangan pepohonan hijau di depanku saat itu. Aku tahu, aku adalah tahanan di villa ini. Hans dan Deyna tidak akan membiarkan aku berkeliaran di luar dengan mudah. Itu alasan mengapa mereka menempatkan aku di villa ini.

Jauh dari akses ke kota dan jauh dari kerumunan orang-orang. Dengan kondisiku yang seperti ini aku merasa seperti seorang simpanan. Bedanya, jika beberapa orang menjadi simpanan dari istri muda, aku menjadi simpanan dari masyarakat luas. Keberadaanku tidak ada yang mengetahuinya.

Dari yang aku tahu, hanya Hans dan Deyna saja yang tahu bahwa Deyna tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga mereka. Dengan demikian, keluarga besar Hans tidak tahu hal tersebut. Itu mungkin alasan utama, mereka menyembunyikan aku di villa ini.

Aku tidak tahu drama apa yang terjadi di luar villa ini. Aku hanya menikmati hidupku yang tersisa. Menjadi seorang tahanan dari mantan kekasihku sendiri, dan menjadi tempat penitipan benih dari anak yang nantinya harus aku berikan kepada mereka.

Aku sadari dengan sangat, anak yang nantinya lahir dari rahimku adalah anak aku dan Hans. Tapi, dunia tidak akan menganggapnya demikian, anak itu akhirnya akan diakui menjadi anak Hans dan Deyna.

Kejam!

"Tuan datang," seru seorang penjaga memberitahu.

Hans datang ke villa itu untuk pertama kalinya setelah beberapa hari lalu ia melakukan hubungan intim denganku. Aku kira ia tidak akan datang ke villa ini. Setidaknya aku tidak perlu merasa jijik ketika melihat wajah laki-laki yang aku anggap orang baik ternyata sudah berubah menjadi titisan iblis tidak berhati.

"Dimana Kiara?" tanya Hans dengan suara lantang dari depan pintu villa.

Aku takut, ia akan menjadikan aku sebagai pemuas nafsu dan amarahnya saja.