Ternyata sesakit ini ketika bertemu kembali dengan seseorang di masa lalu, yang sampai saat ini saja belum bisa untuk aku lupakan. Seperti ada beban besar dan berat yang sedang menimpa tubuhku, sulit bergerak, sesak nafas dan tidak berdaya.
"Kiara? Cepat!" teriak Hans dari luar kamar mandi.
Mendengar suara Hans, aku segera menyelesaikan apa yang aku kerjakan di dalam kamar mandi. Setelah aku selesai, aku keluar dan segera mengenakan pakaianku. Aku melihat Hans yang saat itu memegang ponselnya dan duduk di sofa.
Memang sudah beberapa kali, ia melihat dan menikmati tubuhku, tapi masih saja aku merasa sungkan jika harus menganakan pakaian di hadapannya. Hendak aku masuk ke dalam kamar mandi lagi, Hans malah menyuruhku untuk tetap diam. Hans mendekati tubuhku, ia mulai memeluk diriku dari belakang.
"Aku merindukanmu," bisik Hans di telingaku.
Aku mendengar jelas ucapannya itu, aku tidak sedang bermimpi, hal ini sangat menyakitkan. Beberapa menit yang lalu, ia memanggil Deyna dengan sebutan sayang, telingaku dapat mendengarkan dengan jelas juga. Dan saat ini, ia berbisik bahwa ia merindukan diriku.
Entah kemunafikan dan drama apa lagi yang Hans lakukan di depanku saat ini. Aku tersentuh ketika mendengar ucapan itu terdengar jelas dari mulut Hans dengan sentuhan yang sangat lembut. Tapi aku sadar, hal ini hanya sebuah tipuan yang Hans lakukan. Tidak mungkin ia merindukanku sementara dia sendiri sudah memiliki keluarga baru dan hidup barunya saat ini.
"Lepas Hans," ucapku seraya berusaha untuk melepaskan tangan Hans yang memelukku.
Hans meletakkan dagunya di pundakku. Sekali lagi ia membisikkan betapa ia merindukan diriku. Kemudian ia membalikkan tubuhku menghadap tubuhnya. Aku bisa melihat jelas, matanya menjelaskan bagaimana ia merindukan diriku. Sekali lagi, aku berusaha untuk menolak rasa itu. Tapi aku terbilang sangat lemah ketika melihat Hans menunjukkan kerinduannya dengan sangat tulus.
"Aku mohon lepaskan aku Hans," ucapku.
Hans tetap memelukku dengan erat dan semakin erat. Ia mulai mendekatkan bibirnya kepada bibirku. Aku berusaha untuk menolaknya, tapi Hans terus menahan tubuhku, tenaganya sangat kuat. Aku sadar ini hanya sebuah tipu muslihat Hans untuk membuat aku tidak bisa menolak kemauannya untuk melakukan hubungan itu bersama dengannya.
Hans mejatuhkan tubuhku ke atas tempat tidur, aku tidak pernah berpikir, bagaimana Hans bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang licik. Ia berusaha menipuku, aku katakan aku memang hampir saja tertipu dengan ucapan dan ekspresi wajah yang cukup meyakinkan kepadaku.
Setelah melakukan hubungan itu bersama denganku, ia segera membersihkan diri dan mengenakan jasnya kemudian berangkat. Sepertinya ia ingin menemui clientnya. Benar apa yang aku pikirkan sejak awal ia mengajakku ke tempat ini, ia hanya ingin menjadikan aku sebagai pelampiasan dari hasratnya saja.
"Hiks hiks hiks," aku menangis setelah kepergiannya.
Tidak percaya, Hans sangat jahat memperlakukan diriku seperti ini. Beberapa menit aku gunakan hanya untuk meratapi penderitaan yang ada di dalam hidupku selama ini.
"Tok tok tok," suara seseorang sedang mengetuk pintu kamar hotelku.
"Sepertinya seorang akan masuk untuk membersihkan kamar ini," gerutuku.
Aku segera mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu kamar hotel ini. Aku sedikit terkejut ketika melihat seorang perempuan di depan kamarku adalah Deyna. Entah kenapa Deyna datang ke hotel ini.
Terlihat wajahnya yang sedang memperhatikan kondisi kamarku. Ia melihat rambutku yang sedikit berantakan dan lepek, ia tersenyum melihatku. Aku merasa sangat hina melihat senyuman licik Deyna itu.
Deyna bertanya tentang apa yang baru saja aku dan Hans lakukan. Sebenarnya Deyna sudah tahu bahwa aku dan Hans sudah berhubungan. Tapi ia pura-pura tidak tahu, akupun tidak menjawab pertanyaan itu. Aku hanya terdiam di sudut kamar hotel, melihat Deyna yang duduk di tempat tidur dengan raut wajah santai. Aku tidak tahu apa tujuan Deyna datang ke tempat ini.
"Miris melihat kondisimu saat ini, kehilangan kehormatan dan sudah tidak ada yang perlu dibanggakan lagi dari dirimu," celetuk Deyna dengan senyuman liciknya.
Ucapan Deyna adalah tamparan tersendiri untuk diriku. Aku tahu dia mandul, tapi bagaimana mungkin seorang istri sah rela dan ikhlas mengetahui bahwa suami yang sangat ia sayangi melakukan hubungan bersama dengan perempuan lain. Apalagi bersama denganku, matan kekasihnya.
Aku hanya terdiam, melihat dan mendengarkan semua celotehan pedas dari mulut Deyna. Sedikit ingin aku lawan semua cemoohan yang ia ucapkan kepadaku. Tanganku mulai menggenggam seperti mengepal dan ingin mendaratkan pukulan di wajah Deyna.
"Murahan sekali dirimu," ucap Deyna.
"Aku begini karena kemauanmu dan juga Hans. Kamu peremuan, aku rasa kamu juga tahu, bahwa tidak ada perempuan yang ingin ada di posisiku seperti saat ini, seandainya kamu tidak mandul dan bisa memberikan keturunan untuk Hans, aku tidak akan melakukan hal serendah ini bersama dengan suamimu, yang kamu sendiri tahu, bahwa dia adalah mantan kekasihku, apa kamu tidak takut, kisah kasih masa lalu yang belum usai antara aku dan Hans terulang kembali? Kemudian kamu akan kehilangan dirinya?" ucapku dengan menggebu-gebu seraya memberikan tatapan mata mematikan kepada Deyna.
Saat itu aku luapkan semua amarah dan unek-unek yang ada pada diriku kepada Deyna. Aku hanya bisa mengucapkan apa yang aku rasakan selama ini. Biarkan saja Deyna tahu apa yang ada di hati dan pikiranku, aku tidak peduli apa yang akan terjadi setelah itu.
Terlihat wajah Deyna yang dipenuhi dengan emosi, ia tidak bisa menahan amarah yang ada pada dirinya. Ia mendaratkan sebuah tamparah di wajahku.
"Prakkk prakkk!" suara tamparan Deyan di pipi kanan dan di pipi kiriku bergantian.
Pertama kalinya aku merasakan sebuah tamparan dari tangan seseorang. Tamparan itu masih saja bergeming di telingaku walaupun sudah berselang beberapa hari. Kebencian dan kecemburuan yang sebenarnya dari awal Hans memilihku untuk menjadi penitipan janin sudah ada pada diri Deyna, kini ia luapkan semuanya.
Deyna merasa sangat tersinggung ketika aku mengatakan bahwa dirinya mandul secara terang-terangan. Sudah beberapa kali aku mencoba untuk tidak mengatakan kekurangannya, tapi tidak bisa ketika ia mengatakan aku yang sudah kehilangan kehormatanku karena perbuatan dirinya dan Hans.
Kecemburuan dan kebencian Deyna tidak ia tampakkan sejak awal. Tapi, aku yakin Deyna sangat mencintai dan menyayangi Hans, ia hanya pura-pura tidak peduli pada hubunganku dan Hans. Tapi sebenarnya ia sanagt cemburu.
"Kamu harus tahu dimana posisimu yang sebenarnya, murahan!" teriak Deyna seraya menarik tanganku ke balkon kamar hotel yang aku tempati saat itu.
Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan kepadaku di balkon kamar hotel itu. Ia melemparkan tas dan ponsel yang ia pegang saat itu, kemudian menarik tanganku. Setelah itu ia mengatakan semua hinaan kepada diriku.
"Deyna….!" Teriakku ketika menyadari bahwa Deyna mendorong tubuhku, dan mencekik leherku seraya menekan kepalaku sehingga aku bisa melihat secara jelas ketinggian dari bawah ke atas kamar hotelku ini.
Ia psikopat, ia ingin membunuhku!