"Kau tidak bisa pergi ke akhirat…" Xie Junmei berucap dengan kecepatan angin puyuh. "Mungkin?" Lanjutnya ragu.
"A-apa? Apakah ada sistem yang eror?" Tanya Tang Qian dengan panik.
"Tidak! Di akhirat tidak ada sistem error!" Seru Xie Junmei dengan sangat meyakinkan. "Yah, hanya kadang-kadang." Lanjutnya dengan suara pelan.
Tang Qian kini merasa bagaikan nelayan yang terapung di atas kapalnya dan tersesat di lautan lepas tanpa daya, ia mempertanyakan nasibnya selanjutnya. Apakah artinya ia akan dilempar ke kawah penuh api sekarang juga?
Xie Junmei menyadari kegelisahan pelanggan VVIP ini. "Yang Mulia memintamu untuk datang menemuinya."
"Eh? Yang Mulia?"
"Kaisar Giok."
Tang Qian berkedip, entah ia harus senang atau tidak. Penguasa dunia bawah ingin bertemu dengannya, apakah ini hal yang bagus? Atau sebaliknya? Tapi yang jelas ia tetap merasa cemas saat ini.
Xie Junmei segera mengajaknya pergi, mereka keluar dari ruangan penuh buku itu. Tang Qian takjub ketika melihat betapa luas dan indahnya tempat ini.
Pusat Administrasi tidak jauh berbeda dengan perkantoran di dunia manusia, beberapa orang berpakaian yang rapi berlalu lalang dengan sibuk. Banyak sekali tangga yang menghubungkan berbagai lantai, cat didominasi oleh warna putih gading yang membuatnya terlihat sangat bersih. Xie Junmei mengajaknya menaiki satu persatu anak tangga spiral yang ditumbuhi tanaman rambat, tangga ini sangat tinggi hingga Tang Qian tidak bisa melihat pangkalnya.
"Tenang saja, kau sudah mati dan tidak akan merasa kelelahan." Xie Junmei menenangkan, Tang Qian menyetujui itu di dalam hatinya sebab apa yang Xie Junmei katakan benar. Tang Qian sama sekali tidak merasa kelelahan, mungkin inilah keuntungan menjadi orang mati.
Waktu antara dunia manusia dan dunia bawah sangat berbeda, waktu di dunia bawah cenderung lebih lambat dan di tempat ini tidak ada siang atau malam, suasana selalu terang karena pada dasarnya para arwah tidak membutuhkan istirahat.
"Bagaimana kehidupanmu sebelum meninggal?" Tanya Tang Qian penasaran.
Punggung Xie Junmei agak menegang, Tang Qian tidak bisa melihat wajahnya karena Xie Junmei membelakangi dirinya.
"Apakah pertanyaanku menyinggungmu? Maaf aku tidak bermaksud begitu." Tang Qian berucap dengan nada tidak enak, semasa hidupnya dulu Tang Qian memang berusaha selalu menjaga perasaan orang lain dan cenderung berusaha untuk menghindari konflik. Kecuali jika orang-orang itu sungguhan mengganggunya, Tang Qian tidak akan tinggal diam.
"Kau orang yang baik ya? Dan sedikit naif." Xie Junmei tertawa. "Aku tidak ingat apa-apa tentang kehidupanku sebelumnya." Xie Junmei sampai di tangga terakhir, diikuti oleh Tang Qian. "Aku memutuskan untuk tidak mengingatnya, yah, kurasa itu keputusan yang tepat."
Mereka berdiri di depan pintu dengan ukiran naga yang sangat detail, pintu itu benar-benar tinggi dan terasa sangat mulia. Tang Qian merasa gugup, tidak banyak orang yang bisa bertemu langsung dengan Kaisar Giok. Ini merupakan suatu kebanggaan, mungkin.
Belum sempat Xie Junmei membuka pintu, pintu itu terbuka terlebih dahulu. Seorang pria dengan raut wajah tidak ramah namun sangat tampan keluar, pria itu mengenakan seragam bagai petugas polisi di dunia manusia. Pria itu mungkin memiliki tinggi sekitar 190 senti meter, rambutnya kecoklatan dan matanya berwarna abu-abu yang membuatnya tampak sangat beku.
Xie Junmei dan pria itu berdiri berhadapan, Tang Qian melihat ada yang aneh dengan keduanya.
"Kapten Zhang." Sapa Xie Junmei. Kapten Zhang itu terlihat tidak ingin membalasnya, ia segera berlalu begitu saja menganggap Xie Junmei bagaikan angin. Xie Junmei tampak sudah terbiasa dengan sikap dingin Kapten Divisi Kriminal Hantu itu.
"Apakah kalian saling mengenal?" Tanya Tang Qian penasaran.
Xie Junmei tersenyum kecut. "Siapa yang tidak kenal Kapten Zhang itu? Tapi Zhang Yitian terlalu sombong, aku tidak menyukainya."
Xie Junmei kemudian mengetuk pintu, suara dalam dan serak yang mempersilahkan mereka untuk masuk terdengar. "Persiapkan dirimu." Bisik Xie Junmei pelan. Tang Qian segera menegakkan punggungnya, ia meniru gestur pelayan rendah hati dalam serial sejarah.
Xie Junmei memasuki ruangan luas itu, aroma dupa yang khas menyerbak, dibalik tirai tipis seorang pria duduk dengan gaya bijaksana.
Tang Qian menelan ludahnya, jika ia masih hidup mungkin dirinya sudah pingsan sekarang juga karena terlalu gugup.
"Yang Mulia-" sapaan Xie Junmei terhenti, ia melotot melihat Tang Qian sudah berlutut di atas lantai dan melakukan kowtow dengan sikap sempurna. Dahinya menyentuh tangannya yang berada di atas lantai.
Keheningan panjang menyambut.
Tang Qian tidak tahu, menurut drama kerajaan para pelayan atau rakyat jelata sering melakukan ini untuk memberi penghormatan pada Kaisar. Tang Qian tidak ingin salah langkah, bersikap lancang dan berakhir jiwanya diubah menjadi debu.
"Yah, kau bisa bangun tidak perlu melakukan itu. Itu cara kuno." Yu Huang Da Di angkat suara, nadanya tetap bijaksana tetapi ia terdengar seperti menahan tawa.
"Kau bisa berdiri." Xie Junmei berbisik pelan, Tang Qian segera bangkit seperti tentara medan perang yang mendengar serangan musuh.
Yu Huang Da Di memiliki fisik yang tidak jauh berbeda dalam gambaran orang-orang. Ia pria tua dengan jenggot panjang yang membuatnya tampak pantas dihormati, mengenakan jubah oranye yang terlihat lembut, tatapan matanya penuh kasih seolah ia mencintai seluruh semesta. Tang Qian merasa sangat kecil.
"Namamu Tang Qian bukan?" Yu Huang Da Di angkat bicara, Tang Qian terkesiap ia segera mengangguk. Yu Huang Da Di tersenyum hangat. "Kau adalah jiwa yang baik."
"Terima kasih."
"Seharusnya kau bisa pergi ke akhirat, tetapi ada tugas untukmu."
"Tugas?"
Yu Huang Da Di mengeluarkan laptop dari balik meja, Tang Qian terperangah. Entah mengapa penampilan Yu Huang Da Di dan laptop tampak sangat kontras, Yu Huang Da Di menatap layar laptopnya dengan serius.
"Hm bagaimana ini…" Yu Huang Da Di bergumam, ia memakai kacamata untuk memperjelas penglihatan.
Tang Qian memiringkan kepalanya sedikit berusaha mencerna situasi ini.
"Tekan gambar segitiga untuk memutar video." Xie Junmei habis kesabaran, Yu Huang Da Di menatap malaikat maut itu kemudian mengangguk paham.
"Ya, aku baru akan melakukannya."
Jelas sekali itu berkelit.
Yu Huang Da Di sudah melintasi berbagai macam rintangan menu laptop dan berhasil memutar video yang ia inginkan.
Laptop terhubung pada LCD proyektor dengan stempel 'Milik Langit' yang sangat jelas. LCD mengarah pada layar besar seperti yang ada di bioskop, tetapi bedanya di sini tidak ada soda dan popcorn. Tang Qian dan Xie Junmei menunggu sampai video berhasil di putar. Tetapi menit berlalu, video tidak juga muncul.
"Apa yang terjadi?"
"Alat ini rusak lagi!" Yu Huang Da Di terlihat kesal.
"Pukul bagian atasnya, itu akan menyala!" Xie Junmei memberi tahu.
Yu Huang Da Di menerima saran itu, ia memukul permukaan LCD proyektor agar bisa menyala. Xie Junmei tampak sudah terbiasa dengan situasi semacam ini, sarannya terbukti membantu.
Video mulai diputar.