"T-tapi, bukankah ini akan sangat baik? Mereka adalah—"
"Wanita yang menghubungimu adalah wanita yang telah mengkhianatiku dan menghancurkan semua yang kumiliki," potong Anna membuat Naura tersentak kaget.
"D-dia? Wanita itu?" tanya Naura dengan terbata-bata.
Anna lagi-lagi menghela napasnya. Sehari ini ia telah menghela napas begitu banyak. Rasanya masih terasa sesak, ia harusnya telah mengikhlaskan apa yang telah terjadi, tapi nyatanya rasa sakit itu tidak bisa tertahankan.
"Apa kau tidak paham tentang semua yang aku jelaskan sejak tadi, Na?"
Naura menggelengkan kepala membuat Anna menepuk jidatnya.
"Astaga, Naura. Bagaimana bisa kau—hm, sudahlah tidak perlu dibahas lagi. jangan membalas pesan apapun, biarkan saja," titah Anna kembali memejamkan matanya.
Sedangkan wanita bersamanya tengah menggaruk kepala yang tidak gatal, ia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Anna, ia sama sekali belum paham.
"J-jadi, kita tidak perlu membalas—"
"Ya, Naura. Tidak perlu membalas pesannya," tegas Anna membuat Naura menganggukan kepalanya.
Karena tidak berani lagi bertanya, ia memutuskan meninggalkan Anna di dalam kamar mandi. Langkahnya terhenti saat melihat seorang pria yang tengah berdiri sambil menyilangkan tangannya.
"K-kavin, sejak kapan kau ada di situ?" tanya Naura sambil melirik ke belakang, ia takut jika Anna tiba-tiba keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan pakaian tipis.
"Sejak tadi," jawab Kavin dengan santai. "Nona ada di dalam?" tanya Kavin melihat ke arah kamar mandi.
Naura yang menyadari jika pintu tidak sempat ia tutup segera menutup pintu. "Ya, lagi mandi," jawab Naura kemudian melangkah mengambil air mineral di atas meja.
Kavin yang sejak tadi menyandarkan sebelah bahunya di dinding mengambil posisi untuk duduk dan ikut mengambil air mineral.
"Apa dia mengatakan sesuatu?" tanya Kavin.
"Mengatakan apa maksudmu?" tanya Naura.
"Sudahlah, lupakan," ucap Kavin sambil membuka penutup botol air mineral miliknya dan meneguknya.
Kavin menatap Naura sejenak sampai sesaat kemudian ia mengalihkan pandangan ke arah luar. Wanita di hadapannya, sama sekali tidak paham tentang pembalasan dendam yang selama ini ingin dilakukan oleh Anna.
Perusahaan yang mereka dirikan selama ini, semata-mata dilakukan untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah mengkhianati Anna. Mendirikan perusahaan sangat tidak mungkin, tapi Anna mampu membuktikan jika dia bisa bahkan orang lain menganggap itu mustahil dilakukan.
Anna mampu membalik perkataan itu.
"Apa terjadi sesuatu?" Sebuah suara membuat Kavin dan Naura melihat ke satu arah.
Anna dengan pakaian mandi yang tengah melilit. Melihat Anna hanya memakai pakaian seperti itu Naura membulatkan matanya. Anna menyadari hal itu tapi tidak memperdulikannya.
Kavin pun sedikit salah tingkah dengan penampilan Anna saat ini. Baju mandi berbahan satin lembut berwarna abu itu memperlihatkan lekukan tubuh Anna dengan sempurna.
"Aku ingin membicarakan sesuatu," jawab Kavin terbata-bata. "S-sepertinya kita bicarakan besok," tambah Kavin beranjak pergi.
Anna melihat hal itu mengerutkan kening.
"CEO perusahaan Yvren saat ini berada di Indonesia, mereka ingin mengajak kita makan malam."
"Yvren? Bukankah dia, Presdir yang terkenal Playboy?" tanya Anna. "Siapa namanya, ya? Em, Regan Ramayang. Iya, Regan Ramayang."
"I-iya, tapi dia sangat tampan dan juga banyak wanita mengidolakannya," ucap Naura dengan wajah berseri. Sangat jelas terlihat jika sang asisten sangat terpesona dengan raut wajah Regan yang begitu tampan.
"Apa hebatnya dia. Hanya seorang pria yang suka memainkan hati wanita," kesal Anna sambil merebahkan tubuhnya. "Tolak saja. aku tidak ingin bertemu dengan pria seperti dia," ucap Anna memejamkan mata.
"T-tapi, ini sudah kesekian kali kau menolaknya. Dia ingin bertemu denganmu, apa kau tidak bisa memberinya kesempatan?" tanya Naura.
"Tidak," jawab Anna dengan tegas. "Aku ingin istirahat," tambah Anna membuat Naura menyerah membujuk Anna untuk menghadiri ajak makan malam Presdir Yvren.
"Dia menolakku lagi?" tanya seorang pria sambil meregangkan dasi yang tengah dipakai olehnya.
Mendengar penolakan undangan makan malamnya, membuat Regan geram. Ia sangat membenci sebuah penolakan, apalagi seorang wanita yang menolak tawarannya. Wajahnya memperlihatkan ketidaksukaan dengan apa yang baru saja didengar olehnya. Sang asisten tidak bisa menjawab pertanyaannya, ia hanya terdiam.
"Huh. Ini sudah berapa kali dia menolak bertemu denganku?" tanya Regan.
"Tujuh kali," jawab sang asisten.
"Sial. Semua wanita ingin bertemu dan makan malam denganku, tapi kenapa wanita itu selalu saja menolakku," kesalnya. Tangannya tengah mengepal dengan erat. "Lihat saja, aku akan membuatmu memohon untuk bertemu denganku bagaimana pun caranya, akan kupastikan hari itu terjadi."
"Sepertinya itu tidak mungkin terjadi," potong sang asisten membuat pria itu melirik tajam ke arah sang asisten.
"Apa kau sedang mengejekku?" tanya Regan membuat Kim Seon mengatupkan giginya.
"Aku hanya ingin mengatakan—"
"Diam!"
Seon hanya bisa menghela napasnya pelan. "Aku hanya ingin mengatakan tentang wanita itu. wanita misterius yang ingin kau ajak makan malam."
"Apa kau mengetahui sesuatu tentangnya?"
"Aku hanya dengar gosip tentangnya, entah ini benar atau tidak."
"Cepat katakan. Apa yang kau dengar tentangnya."
"Dia tidak membutuhkan pria di sampingnya karena itu tidak pernah ada yang melihatnya sama sekali. Hanya sang asisten yang pernah melihatnya, ada pula yang mengatakan jika dia adalah seorang wanita tua, ada juga yang mengatakan dia memiliki penyakit menular."
"Seon …"
"Maaf … maaf. aku hanya bercanda, tentang itu. dia wanita yang sulit untuk ditemui, tapi tidak pernah berhasil. Hari ini aku mendapatkan informasi jika dia telah menginap di penthouse yang sama dengan tempat anda hanya berbeda lantai."
"Benarkah?" tanya Regan dengan sangat antusias.
"Iya benar sekali. Dari mata-mata yang aku kirim untuk memantaunya mereka berada di gedung yang sama dengan tempat tinggalmu."
"Bagu. Itu sudah cukup. Aku penasaran seperti apa wujud wanita itu, secantik apa dia sampai berani sekali menolakku."
"Aku pun dengar rumor jika dia adalah seorang penyuka, itu hanya gosip, sih."
"Jangan katakan hal seperti itu lagi, atau aku akan mengirimmu di belah dunia lain.""
"Kenapa kau selalu mengancamku seperti itu? aku hanya mengatakan apa yang aku dengar."
"Kau ini wanita atau pria? Kenapa kau selalu bergosip.""
"Aku tidak akan mendengarnya jika kau karyawan wanitamu tidak berbicara tentangnya. Aneh sih, bagaimana bisa gossip tentang wanita itu tersebar. Padahal dia sangat misterius."
"Karyawan kita?"
"Ya. Aku mengetahui jika dia datang ke Indonesia karena gosip dari mereka. ah, benar juga. Salah satu suruhan kita mengatakan jika dia mengerti bahasa Indonesia, bahkan saat dia berbicara bahasa Indonesia sangat lancar tidak seperti orang asing. Dia seperti telah menguasai bahasa Indonesia," jelas Seon.
Regan terdiam sejenak mencerna apa yang dikatakan sang asisten.
"Cepat cari tahu tentangnya, aku ingin kau menemukan foto tentang wanita itu."