Jangan lupa tinggalin jejak yah
Biar authornya gak nyesek sendirian♥
***
Hari begitu terik, bersama balutan kering penuh energi menggambarkan suasana Hawai, Negara bagian Amerika serikat paling selatan pagi itu.
Alinka mengerutkan dahi, saat mengulurkan tangan untuk memegang dahi putranya. "Tidak panas"
"Are you oke?" tanya Alinka memperhatikan cara Tim bermalas-malasan dan hanya menatap kosong semangkok sereal yang berada dihadapannya
Tim hanya mengangguk lesu, dan diantara lesung pipitnya yang timbul, bibirnya mengatup perau bersama tatapan mata keemasan yang membulat mengisyaratkan kesenduan didalamnya.
Entah kenapa tatapan itu sering Alinka temui akhir-akhir ini tepat setelah Jona kembali
"Kenapa Daddy tidak pernah pulang mom?"
"Aku ingin bertemu dengannya"
Pertanyaan Tim seketika menjadi petir yang menghujam pada siang bolong yang cerah tak berawan.
Tujuh tahun berlalu, namun Alinka masih belum bisa menceritkan apapun tentang Sean kepada Tim. Ia tidak tau harus memulai dari mana. Ia takut kebenaran justru akan menyakiti putra kecilnya itu, Ia takut Tim akan terluka.
"Kenapa mom?"
Hampir-hampir Alinka menangis dihadapan Tim. Sekuat tenaga Alinka menyimpulkan senyum pahit dan berat kepada Tim, lalu berkata "Ingin kembali saja?"
"Menemui paman Jona dan bibi Naina di Indonesia?"
"Benarkah?"
"Kapan mommy?"
"Secepatnya sayang" ujar Alinka kembali mengernyitkan dahi, mengamati Tim yang berjingkrak kegirangan melupakan kemurungan sebelumnya
Sudah lama Tim ingin kembali, namun selalu Alinka tolak karena satu dan lain alasan. Perusahaan pun kian terpuruk, jona kelimpungan mengurusi urusan perusahan seorang diri, sehingga terus mendesak Alinka untuk kembali.
Melenyapkan ego yang mengakar, Alinka pun membulatkan tekad untuk kembali. Menghadiahkan kepulangan mereka pada putra kecilnya yang memang sangat mengharapkan hal itu.
Berjalan beriringan menuju ruang penjemputan bandara. Tim begitu antusias menyeret Coco, boneka kesayangannya diatas koper mini miliknya, tidak mau mendapat bantuan apapun, dari siapapun termasuk Alinka.
"Alinka disini" teriak Naina bersama tangan yang ikut melambai, menyatu dalam keramaian.
Langkah Alinka pun kian pasti. Menuntun putra semata wayangnya menemui Jona dan Naina.
"Bagaimana kabarmu jagoan?" ujar Jona ramah, lalu menggendong tubuh mungil Timmy.
"Baik paman" balas Tim, yang dengan cepat bisa kembali akrab dengan Jona. Pria dengan postur tinggi, dengan tatapan yang sering kali mengintimidasi.
"Aku senang kau kembali" ujar Naina lirih, lewat tatapan yang penuh arti.
"Sudah seharusnya aku kembali kak"
"Aku tidak akan bersembunyi lagi"
"Aku akan menghadapinya"