Elmira membuka helm yang berada di kepalanya lalu memberikannya pada driver ojek online, merogoh saku seragamnya dan menyerahkan uang sesuai dengan nominal yang berada di aplikasi canggih.
"Makasih ya, Pak."
Driver ojek online itu mengangguk lalu melajukan motornya meninggalkan Elmira, begitu driver itu sudah pergi Elmira melangkahkan kakinya mendekati pagar rumahnya yang menjulang tinggi.
Seolah tahu bahwa di luar ada dirinya, pagar hitam itu langsung terbuka dari dalam dan menampilkan pria yang memakai seragam satpam dengan ber-nam tag Nano.
"Eh, Non udah pulang? Silakan masuk, Non!"
Gadis itu tersenyum tipis. "Makasih, Pak."
"Non, pulang pakai ojek online lagi?"
Elmira menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Pak Nano dengan senyuman mirisnya. "Biasanya juga sama ojek online kan, Pak?"
"Padahal Nyonya sama Tuan kan udah nyuruh si Wijoyo ngantar jemput Non, kenapa Non El gak mau?"
"Karena saya bisa hidup sendiri, Pak. Kalau aja Mami sama Papi gak larang saya untuk pergi dari rumah ini, saya udah keluar dari lama, Pak."
Tanpa berbicara apapun lagi Elmira langsung melengos pergi dan memasuki rumah kedua orangtuanya—ya, ini memang bukan rumahnya. Ia tak bisa menyebut bangunan di depannya ini sebagai rumah, memang dirinya dilahirkan dan besar di rumah ini tetapi begitu beranjak dewasa Elmira jadi tahu apakah rumah ini pantas dijadikan rumah sebenarnya atau tidak.
"Assalamualaikum," salam Elmira pelan, karena ia tahu begitu memasuki rumah ini dirinya tak akan disambut dan hanya ada keheningan yang terdapat di rumah ini.
Tak lama kemudian seorang wanita yang sudah cukup tua berlari terbirit-birit dari arah dapur dengan senyuman yang merekahnya, Elmira yang baru saja akan melangkahkan kakinya menuju kamarnya lantas terhenti saat melihat Bi Marni—asisten rumah tangganya datang menghampirinya.
"Non, makan dulu yuk! Bibi udah masakin masakan kesukaan Non, ada rendang, ayam kecap sama tumis kangkung."
Mendengar itu Elmira tersenyum tipis, andai saja perasaannya sedang baik hari ini sudah dipastikan dirinya akan memakan makanan yang sudah disediakan oleh Bi Marni dengan lahap.
"Maaf, Bi. Saya nanti aja makannya, saya capek mau istirahat."
Gadis itu menundukkan kepalanya sekilas sebagai tanda hormat pada orang yang lebih tua, apalagi selama ini hanya Bi Marni saja yang selalu ada untuknya. Elmira memasuki kamarnya lalu menutup pintu kamarnya rapat-rapat dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, sebelumnya gadis itu lebih dulu menaruh tas ranselnya di atas meja belajarnya.
"Hidup gue yang kayak gini seolah gak punya orangtua," gumamnya dengan tersenyum miris.
Entahlah sepenting apa pekerjaan mereka sampai-sampai tak ada waktu untuknya, saat Elmira pulang sekolah mereka masih sibuk dengan urusan kantornya. Mereka akan pulang ketika dirinya sudah tidur dan di pagi harinya Elmira tak bisa bertemu orangtuanya lantaran pagi buta sekali mereka sudah pergi ke kantor.
Mungkin selama satu bulan ini pertemuannya dengan kedua orangtuanya bisa dihitung jari, Elmira sama sekali tak berharap bahwa kedua orangtuanya selalu menemaninya setiap saat. Tetapi, setidaknya mereka menanyakan bagaimana hari yang sudah dilaluinya? Lalu bagaimana di sekolah? Apakah ada kesulitan dan lain sebagainya.
Elmira hanya menginginkan itu.
**
Elmira memasuki kelasnya yang masih sepi dengan tas yang tersampir di sebelah bahunya, bukan hal yang biasa lagi untuk Elmira datang lebih awal dibandingkan teman-teman sekelasnya.
Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati bangkunya yang berada di barisan ketiga dan bangku ketiga dari depan. Elmira menaruh tasnya dengan asal lalu keluar dari kelasnya dan kembali melangkahkan kakinya menuju lantai atas.
Langkah kakinya terus menyusuri koridor lantai atas sampai Elmira menemukan ruangan yang bertuliskan perpustakaan. Tanpa kata, Elmira memasuki ruangan yang dipenuhi oleh buku-buku dan dirinya bisa merasakan ketenangan jika berada di dalam ruangan ini apalagi dengan aroma buku yang berada di sekitarnya.
Elmira mengambil salah satu novel yang berada di rak novel lalu mendudukkan dirinya di kursi terdekatnya. Baru saja Elmira akan membuka halaman pertama, tiba-tiba seseorang menarik kursi di sampingnya membuat Elmira mengalihkan pandangannya dan melihat murid perempuan dengan rambut pendek serta poni yang menutupi dahinya.
"Hai! Boleh aku duduk di sini, kan?"
Mendengar itu Elmira sedikit terkekeh pelan. "Duduk aja, lagian kan ini perpustakaan bukan punya gue."
Gadis itu tersenyum kecil. "Makasih. Oh ya, btw kamu Elmira Laurens IPA 5, kan?"
"Iya. Lo kenapa bisa tahu gue?" heran Elmira, karena dirinya tak sepopuler itu. Bahkan di satu angkatannya saja dirinya tak dikenal oleh banyak orang.
"Aku liat name tag kamu dan aku inget kalau kamu juga dipilih untuk pertukaran pelajar, kan?"
Kedua bola mata Elmira membelalak. "Lo juga kepilih untuk program itu?"
Gadis itu menganggukan kepalanya cepat membuat poni di dahinya ikut bergerak. "Kenalin aku Rivanya dari kelas IPA 1," gadis bermata bulat itu menyodorkan tangannya berniat untuk berkenalan dengan Elmira.
Tanpa berpikir lama lagi Elmira menjabat tangan gadis di hadapannya yang diketahui namanya adalah Rivanya. "Gue Elmira dari IPA 5."
"Kamu boleh panggil aku Anya, biasanya aku dipanggil gitu sama temen yang lain."
Elmira mengangguk paham, dilihat dari penampilannya gadis itu memang gadis baik-baik apalagi mendengar Rivanya menyebutkan asal kelasnya sudah pasti Rivanya yang kerap dipanggil Anya itu adalah siswi yang sangat berprestasi.
Sudah jelas Elmira akan kalah dalam bidang prestasi jika dibandingkan dengan Rivanya. Tak hanya prestasi yang dimiliki oleh Rivanya, gadis itu juga berpenampilan menarik dan wajahnya yang sangat cantik.
Ia saja sebagai perempuan melihat Rivanya merasa suka, apalagi laki-laki di luaran sana. Pasti semua laki-laki akan berebut untuk mendapatkan hati Rivanya, Elmira jadi merasa insecure. Ya walaupun dirinya tidak terlalu buruk dalam wajah, tetapi rasa itu selalu saja muncul.
Tak ingin terus terlena pada rasa insecurenya, Elmira mengalihkan pandangannya pada novel yang hendak ia baca.
"Elmira, nanti kita berangkat bareng ya kalau udah di sekolah baru."
Mendengar itu Elmira mengangguk seraya tersenyum tipis, setidaknya sekarang dirinya tak perlu merasa khawatir tak memiliki teman di sana. Elmira sudah mendapatkan satu teman yang berasal dari sekolah yang sama.
Semoga saja nanti dirinya di sana bisa beradaptasi dan memiliki banyak teman, tidak seperti di sini hanya memiliki teman dekat satu saja. Elmira harus pintar mencari teman di sana, agar ia juga bisa mendapatkan banyak informasi untuk memenuhi tugasnya sebagai terpilihnya pertukaran pelajar ini.
"Anya, gue duluan ke kelas ya."
"Oh iya, sampai ketemu lagi!" Rivanya melambaikan tangannya pada Elmira yang hanya dibalas anggukan serta senyuman saja oleh gadis itu.
Sepertinya ia juga harus beradaptasi terlebih dahulu dengan Rivanya, karena sebenarnya ia tak semudah itu untuk menerima orang baru terlebih lagi yang menjabat sebagai temannya.
***