Elmira keluar dari kelasnya dengan mata yang berpencar mencari sosok Rivanya, entah di mana kelas Rivanya berada. Sambil mencari gadis itu, Elmira memilih untuk terus melangkahkan kakinya perlahan menuju depan sekolah.
Baru saja Elmira tiba di depan sekolah, bersamaan dengan itu Varo yang berdiri di sampingnya. "Lo gak langsung pulang?"
"Lagi nunggu temen."
"Oh temen yang satu sekolah sama lo di sana?"
Elmira hanya mengangguk, tak minat untuk berbicara lebih banyak lagi dengan lelaki itu. Namun, sudah lima menit Elmira berdiri di sini tetapi belum ada tanda-tanda kedatangan Rivanya.
Dengan ragu Elmira menoleh ke sampingnya dan ternyata Varo masih berada di sini. "Eu—nama lo Varo, kan?"
Varo tersenyum seraya mengangguk. "Iya. Lo butuh bantuan gue?"
Mendengar itu Elmira mengangguk kecil. "Lo mau bantu gue emangnya?"
"Lho, kenapa enggak? Gue kan temen lo, itu pun kalau lo nganggep gue temen, sih."
Seketika mendengar ucapan Varo membuat Elmira merasa bersalah karena tadi sudah bersikap acuh tak acuh pada laki-laki itu. "Ya lo temen gue juga lah," sahutnya tanpa ragu.
"Kalau nama lo Elmira, kan? Panggilannya apa?"
"Biasanya gue dipanggil El."
"Oke, El. Jadi, apa yang perlu gue bantu sekarang?" Varo tersenyum seraya menaruh kedua tangannya di depan dada juga menatap ke arah Elmira dalam.
"Bantuin gue cari kelas IPA 1," jawabnya. Satu hal yang Elmira syukuri adalah karena kelas yang mereka tempati masih sama seperti kelas di SMA Pelita Bangsa, jadi Elmira tak perlu susah payah mengganti bukunya hanya untuk mengganti kelasnya.
Varo langsung mengangguk. "Oke. Padahal SMA Tribuana gak seluas sekolah lo, tapi lo bingung nyari kelas."
Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Gue takut kesasar, Varo. Di sini gue baru sehari, yaudah kalau misalkan lo gak mau bantu gue juga gak apa-apa. Gue gak akan maksa," Elmira hendak pergi, namun Varo dengan cepat mencekal tangannya.
"Jangan ngambek dong, gue juga kan cuma becanda."
Mata Elmira mengarah pada tangannya yang dipegang oleh lelaki itu, setelah tersadar Elmira langsung melepaskan cekalan Varo secara paksa.
"Eh, sorry. Lo gak terbiasa ya?"
"Udah sekarang yang penting lo bantuin gue untuk sampe ke kelas IPA 1," kata Elmira mengalihkan pembicaraan mereka.
"Yaudah a—"
"ELMIRA!"
Ucapan Varo terpotong ketika seorang perempuan berambut pendek dan berponi itu memanggil Elmira seraya berlari ke arah keduanya. Melihat itu Elmira langsung melambaikan tangannya.
"Gue kira tadi lo udah pulang duluan."
Rivanya menggeleng seraya tersenyum manis, membuat lesung pipinya terlihat. "Enggak, dong. Tadi aku ke perpustakaan sebentar buat pinjem buku."
Tatapan Rivanya beralih pada sosok laki-laki yang berada di samping Elmira. Beberapa detik kemudian kedua bola mata Rivanya membulat menyadari satu hal. "Elmira, dia pacar kamu ya? Baru hari pertama tapi udah punya pacar, cieee..."
Sontak saja Elmira langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Astaga, bukan! Dia ini temen sekelas gue, namanya Varo," tatapan Elmira beralih pada Varo. "Varo, kenalin ini temen yang gue maksud tadi. Namanya Rivanya."
Tangan Varo langsung terulur dan dibalas oleh Rivanya.
"Varo."
"Rivanya, panggil aja Anya biar gak kepanjangan," ucapnya memperkenalkan diri sembari terkekeh pelan.
Setelah jabatan tangan mereke terlepas, Varo menatap ke arah Elmira. "Kalau gitu gue pulang ya, El."
"Iya, thanks tadi lo udah berniat buat bantu gue."
"Santai aja," kedua mata Varo menatap Rivanya. "Anya, gue duluan ya. Bye! Bye, El!"
Selepas Varo pergi kini giliran mereka berdua yang langsung berjalan meninggalkan area sekolah, biasanya di sekolah mereka di jam-jam seperti ini semua murid keluar dari area sekolah dengan kendaraannya masing-masing dan ada juga yang beberapa tengah menunggu ojek online.
Suasananya sangat berbeda jauh, di depan sekolah pasti akan langsung disuguhi pemandangan motor dan mobil yang berlalu lalang serta udaranya yang sudah tak segar lagi. Sementara di sini, hanya ada kesunyian dan juga udara yang sejuk yang dihasilkan dari perkebunan teh.
Sesampainya di rumah, mereka langsung berjalan ke kamarnya masing-masing untuk mengganti pakaian. Setelah Elmira berganti pakaian, gadis itu meraih ponsel yang berada di atas nakas.
Begitu Elmira mengaktifkan datanya, pesan dari Alana langsung masuk ke ponselnya. Terlihat juga Alana sempat melakukan panggilan video kepadanya. Elmira keluar dari kamarnya sembari mencoba menghubungi Alana.
Satu kali panggilan, tetapi Alana tak mengangkatnya. Elmira menaruh ponselnya di atas meja kaca, lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil minum lantaran tenggorokannya terasa kering.
Gadis itu kembali ke ruang tengah sambil membawa gelas, ternyata di sana sudah ada Rivanya yang sedang menggenggam ponsel.
"Gimana hari pertama lo tadi, Nya?"
Rivanya menoleh lalu menaruh ponselnya. "Seru, sih. Cuma ya aku harus beradaptasi sama orang-orangnya, kalau kamu gimana?"
Elmira mengedikkan kedua bahunya. "Kurang lebih sama kayak lo, sistem pembelajarannya terlalu serius menurut gue."
Kedua alis Rivanya terangkat. "Oh ya? Kalau tadi aku gak terlalu serius, sih. Mungkin cuma guru itu aja kali yang terlalu serius."
"Mungkin," sahutnya. Elmira menatap ke arah ponselnya yang menyala, begitu melihat notifikasi dari Alana ia langsung mengambilnya dan melihat pesan itu.
Alana: Wait, gue baru nyampe rumah
Tanpa membalasnya Elmira kembali menaruh ponselnya di atas meja, kali ini bergantian ponsel Rivanya yang berbunyi membuat gadis itu langsung meraih ponselnya. "Elmira, bentar ya aku angkat telepon dari Mamaku dulu."
Mendengar itu Elmira sedikit tertegun, Rivanya saja dicari oleh ibunya sedangkan dirinya tidak. Elmira hanya bisa tersenyum miris meratapi nasibnya yang tak pernah disayangi oleh kedua orangtuanya.
Sepertinya mereka belum tahu kalau dirinya benar-benar pergi dari rumah itu, atau mungkin mereka senang jika dirinya pergi sehingga tak mencarinya. Bahkan asisten rumah tangganya, supir atau satpam rumahnya pun tak ada yang mengirimkan pesan kepadanya perihal kedua orangtuanya.
Elmira menghapus air matanya yang entah sejak kapan mengalir di pipinya, gadis itu yang saat ini rambutnya dicepol asal itu tersenyum saat melihat panggilan video dari Alana. Sepertinya saat ini hanya Alana yang mampu membuatnya sekuat ini.
"Haiii!" sapa Elmira begitu panggilan video tersambung, terlihat di sana Alana sedang duduk di depan meja belajarnya.
'Haiiii, El!' Alana melambaikan tangannya seraya menyengir lebar. 'Lo udah nemuin cogan belum di sana?'
Mendengar pertanyaan itu yang keluar dari mulut Alana membuat Elmira memutar bola matanya malas. "Gak bisa gitu lo sehari aja gak ngomongin cogan?"
'Gimana bisa, El? Lo kan tahu gue...' decak Alana namun diakhiri tawa kecilnya. 'Oh ya, gimana hari pertama lo ada di sekolah baru? Gak ada yang nyakitin atau ngebully lo, kan?'
Elmira menggeleng. "Gak ada. Gue baik-baik aja kok, di sini."
'Eummm, Mami sama Papi lo gimana?'
***