Chereads / My Clowsien / Chapter 1 - Insiden

My Clowsien

Vhybee
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 21k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Insiden

Suasana tampak ramai di salah satu pusat perbelanjaan ternama, sebuah mall mewah berdiri kokoh hingga beberapa lantai, banyak para kaum wanita mau pun pria berkunjung ke sana, begitu pun dengan Reynald Anderson, seorang aktor terkenal yang terlihat sedang mencari sesuatu.

Mengenakan celana pendek, kaos oblong yang ditutupi jaket, serta topi, dan juga kaca mata hitam, penyamarannya terlihat sempurna, hal ini ia lakukan demi kenyamanannya, mengingat ia tak mengajak bodyguard atau pun asisten pribadi hari ini, terlalu ketara kalau sampai ia mengajak mereka.

Dengan langkah santai Reynald berjalan menuju lift, ia ingin mencari hadiah untuk sang pujaan hati, meski sudah beberapa kali ia mengutarakan isi hatinya, namun Irene tetap saja menolak, wanita cantik yang telah lama ia kenal.

Entah karena buta atau apa, Irene sama sekali tak tertarik dengan Reynald, padahal Reynald memiliki ketampanan yang paripurna, begitu banyak ia digandrungi oleh kalangan wanita, bukan hanya dari gadis belia, ibu-ibu bahkan nenek-nenek pun mengidolakannya.

Tinggg.

Pintu lift terbuka tepat di lantai 19, tempat di mana khusus menjual perhiasan serta aksesoris wanita, sudah bisa dipastikan kalau Reynald akan membeli perhiasan untuk Irene.

Reynald berdiri sejenak, sambil memperhatikan keadaan di sekeliling, jangan sampai ada yang mengetahui keberadaannya di sana. Sebenarnya bisa saja ia menyuruh sang asisten untuk membelikannya, namun ia putuskan untuk mencari sendiri hadiah itu, mengingat Irene adalah orang yang spesial di hatinya.

Netranya pun tertuju pada salah satu cincin berlian, Reynald mendekat ke salah satu etalase, begitu banyak deretan cincin terpajang di sana, namun ia sudah berhasil menemukan pilihannya. Ia tersenyum senang melihatnya, sekilas ia membayangkan ekspresi Irene ketika mendapatkan hadiah itu.

"Berapa harga cincin yang itu?" Tanpa basa basi Reynald menunjuk salah satu cincin berlian yang dianggapnya cocok untuk Irene.

Pelayan toko terdiam sesaat belum menjawab, ia sibuk memperhatikan penampilan Reynald, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, matanya memindai satu persatu aksesoris yang dikenakan Reynald, pria berkaca mata hitam, celana pendek, topi sederhana, sama sekali tak ada barang brended yang melekat di tubuhnya, mana mungkin mampu membeli cincin berlian, pikirnya.

"Maaf Mbak, apa saya boleh melihat cincin yang itu?" Kembali Reynald bertanya dengan sopan, namun secepat kilat di jawab oleh sang pelayan.

"Harganya 1,5 Miliar," ucap sang pelayan ketus, wajahnya terlihat judes, tak ada senyum apa lagi bersikap ramah, andai saja dia tahu kalau itu adalah Reynald aktor terkenal, sudah bisa dipastikan dirinya akan berteriak histeris atau pun pingsan melihatnya.

"Oke, saya pilih itu!" Reynald segera mengambil dompet, menyerahkan salah satu debit card miliknya, pelayan yang tadinya menganggap remeh, seketika tersenyum malu saat melihat kartu debit yang di

sodorkan Reynald. Itu black card.

"Baik tuan, mohon tunggu sebentar," kali ini ia menjawab dengan sopan, pelayan itu pun langsung mengambil cincin dan memasukkannya ke dalam kotak berwarna silver, tak lupa dihiasi dengan selembar pita di atasnya.

"Terima kasih tuan atas kunjungannya," ucap sang pelayan itu dengan manis, Reynald hanya tersenyum miring, ia segera berlalu dari sana, jangan sampai ada yang menaruh curiga nantinya.

Reynald bergegas turun, tak lupa ia merapikan lagi topi serta kacamatanya, mengingat di lantai dasar begitu banyak pengunjung, kali ini ia harus ekstra hati-hati, mengingat pada saat masuk tadi, ada salah satu pengunjung yang memperhatikannya, untung ia cepat pergi sebelum orang itu datang menghampirinya.

Dengan enteng Reynald pun berhasil keluar, tanpa ada yang mengenalinya, ia terlihat santai dan terus berjalan, tanpa memperhatikan langkahnya, hingga tak sadar kakinya telah menginjak kulit pisang, membuat ia hilang keseimbangan.

Bughhh...

Tubuh Reynald terjatuh, ia mendarat sempurna, dengan posisi terlentang, topinya pun terlepas, ia meringis kesakitan.

"Dasar kulit pisang sialan," umpatnya kesal, ia tak sadar kalau sedang diperhatikan oleh beberapa pasang mata di sana, mengingat topi yang ia pakai sudah terlepas, begitu juga dengan kacamata hitam yang tak sengaja ia buka. Alhasil kini wajahnya terlihat dengan jelas, beberapa orang di sana terlihat melongo tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Bukankah itu Reynald?!" Teriak salah satu di antara mereka.

"Iya benar, itu Reynald!" sahut yang satunya lagi.

"Sial."

Tanpa pikir panjang, Reynald segera bangkit dan berlari secepat mungkin, jangan sampai ia menjadi bahan amukan dari para fans wanitanya, cukup sudah selama ini wajahnya di cubit, rambut di jambak, bahkan ada yang bernai nekat menciumnya, akibat ulah dari beberapa fans fanatiknya itu.

"REYNALD!" Pekik mereka secara bersamaan, sambil terus berlari mengejar sang idola.

Reynald berlari semakin kencang, saking takutnya ia berlari seperti menggunakan jurus seribu bayangan, supaya terhindar dari kejaran mereka, untungnya mobil Reynald sudah terlihat.

Dengan sigap ia berhasil masuk ke dalam mobil, dengan napas yang masih tersengal-sengal, ia melaju meninggalkan area parkir, ia akhirnya bernapas lega karena sudah berhasil lolos, namun sepertinya ia salah, terlihat jelas ada satu buah mobil yang mengikutinya dari belakang.

"Sial!" Reynald kembali melaju, kali ini ia menambah kecepatan mobilnya. Cukup lama mobil itu mengejarnya, sampai akhirnya mobil itu menyerah dan terlihat putar arah.

Merasa sudah cukup aman, Reynald pun mengurangi kecepatannya, tapi ia baru tersadar kalau sebenarnya ia sudah terlalu jauh dari ibu kota, akibat terlalu fokus menyetir, sampai-sampai ia tak memperhatikan jalan.

"Ini di mana lagi." Reynald bergumam sambil meraih ponsel miliknya, ia berniat untuk menghubungi Nico, sang asiten pribadi, namun sayangnya tak ada sinyal sedikitpun di sana.

Reynald terus saja melaju, jalanan terlihat sepi, tak ada satu pun kendaraan yang ia temui, hanya ada batang-batang pohon yang berada di sudut kanan kiri jalan, ia semakin bergidik, lagi-lagi ia menambah kecepatan mobilnya dengan sangat kencang, melebihi kecepatan rata-rata, perduli amat, toh tak akan ada polisi yang akan mengejarnya.

Wajahnya mulai terlihat panik, mengingat jalanan yang ia lewati tak ada ujungnya, dari tadi ia hanya melewati hutan, tak ada satu kendaraan pun yang berlalu lalang di sana, ia merasa sedang berada di dunia lain sekarang.

Kembali ia meraih ponsel miliknya, berharap akan ada beberapa garis sinyal yang tertera, namun sayangnya hanya tanda silang merah yang ia lihat, menandakan tak ada sinyal di sana.

"Oh my god please help me," ucapnya dengan lirih.

Tanpa sadar, Reynald kembali menambah kecepatan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga akhirnya ia hilang kendali, sedetik kemudian.

Boomm...

Terdengar keras suara tabrakan dari mobil Reynald, mobilnya menabrak salah satu pohon besar, mobilnya pun seketika ringsek, ia tak sadarkan diri, dan lebih parahnya lagi, mobilnya tepat berada di pinggir jurang, bergerak sedikit saja maka Reynald akan jatuh.