Saat waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi, John kembali ke rumah setelah menghabiskan waktu selama berjam-jam bersama Rachel. Dia berjalan memasuki rumah hingga melihat Phoebe yang tertidur di sofa berwarna abu-abu kebiruan di ruang tengah. Pria itu pun segera menghampiri istrinya, terdiam dengan perasaan bersalah.
'Dia memang istri yang baik. Dia sangat setia dan melayani aku dengan baik, tapi aku juga menginginkan Rachel. rasanya sangat sulit untuk menolak kehadirannya ... aku tidak salah ... selagi hubunganku dengan Rachel tidak diketahui oleh siapapun dan aku tetap memenuhi kewajibanku sebagai suami, aku tidak salah ... Aku tidak akan menyakitinya,' batinnya membenarkan tindakan perselingkuhannya.
Merasa kasihan pada Phoebe yang tidur dengan tidak nyaman, John pun berinisiatif untuk membopongnya ke kamar. Namun saat dia baru mengalungkan tangan istrinya itu ke lehernya, istrinya itu malah terbangun.
"John," lirih Phoebe dengan memicingkan matanya.
John pun segera duduk di samping Phoebe dan menatapnya dengan iba. "Sayang, aku benar-benar minta maaf karena semalam membuatmu kecewa. aku ketiduran di kantor saat aku ingin istirahat sebentar di sofa. aku terbangun saat jam 04.00 pagi dan aku langsung pulang dan ternyata kamu menunggu aku sampai ketiduran di sini." John berkata dengan sangat manipulatif.
"Aku pikir kamu menginap di mana," sahut Phoebe dengan lesu.
"Tidak, Sayang, aku benar-benar ketiduran di sofa."
"Itu berarti kita sama-sama tidur di sofa tapi tempat yang berbeda," ucap Phoebe dengan tersenyum tipis.
"Yeah ..." John menyeringai dan perasaannya lega karena Phoebe mempercayainya. Dia pun beranjak berdiri sambil menarik tangan istrinya itu untuk segera ikut berdiri. "Itu berarti kita sekarang harus ke kamar untuk lanjut tidur. Kali ini kita tidur di kasur dan bersama."
"Haha ... Yeah. Seharusnya memang begitu," ucap Phoebe sambil terkekeh. "Aku benar-benar overthinking semalam Karena kamu tidak menjawab panggilanku sama sekali. Aku pikir kamu ..."
"Sayang, aku tidak ke mana-mana. Aku sungguh hanya di kantor. Aku bahkan benar-benar menyesal ketiduran di sana, seperti membuang waktuku yang seharusnya aku gunakan untuk bersama kamu," ucap John sebelum Phoebe menyelesaikan kalimatnya. Dia menggandeng tangan istrinya itu kemudian mengajaknya berjalan ke kamar lantai atas di mana kamar mereka berada.
Tiba di kamar, John tidak segera tidur melainkan meminta Phoebe untuk menyiapkan air hangat karena dia ingin mandi. Pria itu berada di ruang walk in closet, melucuti pakaiannya dan beralih mengenakan handuk putih sebatas pinggang.
Drettt ... Drettt ...
John melirik ponselnya yang terletak di atas dipan putih kekuningan di hadapannya, kemudian mengambilnya. Dia melihat ada pesan masuk dari Rachel, dan segera membukanya.
Rachel: Aku sangat senang malam ini. Sepertinya aku akan tinggal di kota ini lebih lama supaya bisa sering bertemu kamu. Aku mencintaimu ...
John tersenyum tipis, kemudian segera membalas pesan itu.
Me: Aku juga sangat bahagia malam ini karena akhirnya kamu mau kembali padaku lagi. Aku sangat senang jika kamu memutuskan untuk lebih lama lagi di kota ini. Aku akan mengatur waktu supaya kita bisa bertemu terus-menerus tanpa dicurigai oleh istriku. Sesuai dengan kesepakatan kita, Kita harus pandai menyembunyikan hubungan ini sampai kita benar-benar yakin untuk melaju ke jenjang serius atau tidak. Aku mencintaimu ...
Ceklek ...
John segera menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka, melihat Phoebe keluar dari sana. Dia pun mencoba untuk bersikap tenang dan segera mengubah nama kontak Rachel, lalu menghapus semua pesan dan riwayat panggilan di ponselnya, bahkan dia mengganti password lock screen juga.
"Air hangat sudah siap," ucap Phoebe.
"Iya, Sayang. Aku akan mandi sebentar lagi. Tolong buatkan lemon tea dan pancake, karena aku sangat lapar," ucapnya.
"Baiklah kalau begitu, aku siapkan sekarang," sahut Phoebe segera keluar.
John segera masuk ke kamar mandi dengan membawa ponselnya, lalu menelpon Rachel selagi Phoebe tidak di dekatnya.
"Sayang, kita harus bicara," ucap John.
"Kenapa? Kenapa kamu malah menelpon aku? Gimana kalau istrimu memergoki kamu?" Rachel bertanya dari telepon.
"Eh ... pertama-tama aku sangat rindu kamu, lalu aku pikir kita harus bicara," jawab John dengan tersenyum nakal.
"John ... kita baru saja bertemu ..."
"Iya tapi aku sudah rindu kamu lagi. Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama mu. Sepertinya aku punya rencana bagus," ucap John dengan santai menyandarkan punggungnya pada dinding kamar mandi.
"Hmmm ... rencana apa?" tanya Rachel.
"Aku akan berpura-pura keluar kota," jawab John dengan santai. "Mungkin selama satu atau dua hari saja, kita akan manfaatkan waktu itu untuk terus bersama. Kita akan ke apartemen ku ..."
"John, apa kamu gila? Kasihan istrimu!" Rachel terdengar seperti terkejut.
"Yeah ... tapi aku lebih merasa kasihan jika kamu merasa sendiri karena pacarmu tidak baik. Aku juga tidak ingin menyia-nyiakan waktu mu di sini. jadi, bagaimanapun caranya kita harus bersama selama kamu di kota ini!" John menegaskan.
"Okay ....kamu tidak perlu berpikir dengan terburu-buru," sahut Rachel.
"Hmm ... Tapi aku akan segera memikirkannya. Kamu akan tunggu kabar mengenai rencana itu. Aku harus mandi sekarang karena aku merasa ada noda lipstik mu di paha ku," ucap John diakhiri dengan terkekeh.
"Haha ... yeah ... Kamu harus segera menghilangkan bekas lipstik itu supaya istrimu tidak curiga," sahut Rachel dengan terkekeh.
John menghela napas lega dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya, seolah sedang kasmaran.
"Kalau begitu cepatlah mandi."
"Iya, Sayang. Jangan hubungi aku jika ku tidak menghubungi kamu lebih dulu. Aku mencintaimu ..," ucap John dengan begitu lembut.
"Aku lebih mencintaimu," sahut Rachel.
John tersenyum merona, kemudian segera memutuskan sambungan telepon itu. Dia meletakkan ponselnya ke meja wastafel, kemudian segera mandi dengan sangat bersih, menghilangkan aroma ataupun noda-noda lipstik Rachel pada bagian bawah tubuhnya. Hmm, dasar pria nakal!
___
Setelah beberapa menit berlalu, Phoebe kembali ke kamar dan meletakkan pancake dan lemon tea buatannya ke atas meja dekat sofa. Setelah itu, dia memasuki ruang walk in closet dan membereskan pakaian John yang terletak di atas dipan.
"Hmm, dia benar-benar tidak bisa disiplin. Seharusnya pakaian kotor segera diletakkan ke keranjang," gumam Phoebe sambil meraih jas dan kemeja putih milik John, lalu hendak memasukkannya ke dalam keranjang berwarna hitam yang khusus untuk pakaian kotor.
"Kenapa aromanya seperti ... seperti parfum wanita?"
Phoebe mengerutkan keningnya, lalu menghirup aroma jas milik John hingga beberapa kali.
Ceklek ...
Phoebe menoleh, melihat John keluar dari kamar mandi dengan membawa ponsel. Hal itu membuatnya semakin heran karena suaminya itu tidak pernah membawa ponsel ke kamar mandi sebelumnya.
"Sayang, untuk apa kamu bawa ponsel ke kamar mandi?" tanya Phoebe.
"Ehh ... tidak apa-apa. Tadi aku hanya mendapat panggilan saat sebelum mandi, lalu aku menjawabnya dan meletakkannya di sana sampai aku selesai mandi," jelas John dengan agak gugup. 'Sialan, kenapa dia kembali dari dapur? Semoga dia tidak curiga!' batinnya.
Phoebe terdiam sejenak dan meletakkan pakaian John ke keranjang. Dia pun menghampiri suaminya itu, lalu memintanya untuk keluar untuk minum teh sementara dia segera mengambil pakaian untuknya.
'Tidak pulang semalaman, Ada aroma parfum wanita di pakaiannya, lalu membawa ponsel saat mandi ... perasaanku jadi tidak nyaman. Entah kenapa ... aku khawatir jika dia ...' Phoebe menghembuskan napas kasar, merasa gelisah dan gagal fokus untuk memilih pakaian ganti untuk John. 'Tidak mungkin dia selingkuh ... dia adalah pria baik dan setia ... aku harus yakin itu.'