Beberapa hari berlalu ...
Jam sepuluh pagi tepatnya di ruang walk in closet, Phoebe menatap benda kecil di tangannya yang merupakan alat tes kehamilan yang menunjukkan hasil positif, membuatnya tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Wanita itu sangat bahagia karena akhirnya dia mengandung buah cinta dari suaminya.
"Aku harus memberitahu John sekarang. Aku akan memberikan kejutan padanya sambil menghantarkan makan siang untuknya," ucap Phoebe dengan antusias kemudian segera meninggalkan ruang walk in closet tanpa lupa untuk menyimpan tespek itu terlebih dahulu ke dalam sebuah laci.
Phoebe bergerak cepat, segera memasak menu makanan kesukaan John dengan antusias. Wanita itu begitu bersemangat, membayangkan bagaimana suaminya akan sangat bahagia dengan kejutan yang akan dia berikan.
___
Di kantor, John sedang duduk dengan fokus menatap file dokumen yang baru saja diantarkan oleh sekretarisnya.
"Jadi, saat saya pergi dua hari yang lalu ada sedikit kekacauan?"
"Iya, Pak. Orangtua anda juga datang ke sini ...saya benar-benar tidak tau harus menjawab bagaimana ... Tapi beruntung mereka tidak menanyakan banyak hal kepada saya tentang kepergian anda," jelas sekretaris yang merupakan seorang gadis berusia sekitar 25 tahun yang mengenakan setelan jas wanita berwarna merah marun.
John menghela nafas, merasa sedikit kesal dengan situasi yang sebenarnya menjadi rumit karena ulahnya sendiri yang ingin berduaan dengan Rachel.
"Kalau begitu kamu boleh keluar sekarang. Batalkan semua jadwal yang ada hari ini karena saya tidak ingin ke mana-mana," seru John dengan tatapan datarnya.
"Baik, Pak." Sekretaris itu pun mengganggu kemudian segera keluar dari ruangan, percepatan dengan seorang gadis yang akan memasuki ruangan itu.
John yang tadinya gelisah langsung tersenyum saat melihat gadis yang datang menghampirinya, membuatnya segera beranjak berdiri dan berjalan menghampiri gadis itu sementara sekretarisnya sudah keluar.
"Rachel, Aku tidak menyangka kamu datang ke sini tanpa bilang padaku terlebih dahulu," ucapnya.
"Itu berarti kamu tidak suka aku datang ke sini?" sahut Rachel dengan tatapan kecewa.
"Tentu saja aku sangat suka kamu datang. Bagiku waktu dua hari yang kita habiskan sama sekali tidak cukup. Aku selalu ingin bersamamu," ucap John dengan menangkup kedua pipi Rachel dengan kedua tangannya.
Rachel menepis tangan John dari pipinya. "Aku datang ke sini untuk yang terakhir kali sebelum aku kembali ke New York," ucapnya sambil berjalan menuju sofa.
John pun menyusul Rachel namun dia mampir sebentar di meja kerjanya dan menelepon sekretarisnya supaya tidak mengizinkan siapapun untuk masuk ke ruangannya. Setelah itu, dia duduk di sofa berdampingan dengan sang selingkuhan yang terlihat sedih.
"Sebenarnya apa tujuanmu kembali ke New York sedangkan ada alasan sangat kuat untuk kamu tetap tinggal di sini?" tanya John.
"Tentu saja aku harus pulang ke New York karena di sana adalah rumahku, di sana rumah orang tuaku berada. Kamu juga harus ingat aku masih punya pacar, dan kamu juga masih punya istri," jawab Rachel dengan ketus. "Kalau kamu merindukan aku, kamu harus datang ke New York, karena aku tidak ingin Mama ataupun papa curiga jika aku datang ke Ohio terus menerus, karena mereka tahu bahwa di sini ada kamu sebagai masa laluku. Aku tidak ingin mereka mencurigai aku menjalin hubungan dengan kamu, apalagi aku juga jarang menghabiskan waktu bersama nenek. Aku tidak sebebas yang kamu bayangkan."
John menghela napas, lalu menarik Rachel supaya bersandar pada pundaknya. "aku paham ... Aku mengerti situasi mu."
"Aku ingin kita segera mengambil keputusan apa yang akan kita lakukan untuk hubungan ini," ucap Rachel dengan lesu.
"Tentu saja. Aku ingin pacarmu," sahut John.
"Dan kamu juga harus segera meninggalkan istrimu, karena aku tidak pernah bercita-cita untuk jadi istri kedua."
"Hmmm."
John kembali diam, masih merasa ragu untuk mengambil sebuah keputusan besar, apalagi hubungannya dengan Rachel baru saja kembali terjalin. Di dalam hatinya, tetap Phoebe yang sangat lembut dan setia, akan selalu percaya padanya meskipun banyak sekali kebohongan yang dia ciptakan.
"Aku akan berangkat sekitar jam 01 siang," ucap Rachel.
John tersadar dari lamunannya, lalu melirik Rachel. "Kalau begitu Kamu stay di sini sebelum berangkat. Nanti aku akan mengantarmu sampai bandara."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan tetap di sini, sebelum kita benar-benar berpisah dan mungkin kita akan kembali bertemu beberapa hari kemudian," ucap Rachel yang terlihat begitu cantik dan sexy mengenakan terusan dress abu-abu dipadu dengan coat hitam dan membiarkan rambutnya tergerai begitu saja.
"Kebetulan aku tidak memiliki jadwal apapun hari ini. Aku meminta sekretaris untuk membatalkan semua pertemuan .., karena aku sedang agak pusing," sahut John melepas rangkulannya, kemudian meraba bibir Rachel dengan lembut, menatap matanya dengan sangat intens. "Dan ternyata hari ini kamu datang, itu membuat rasa pusing ini mendadak lenyap. Kamu seperti angin sejuk untukku."
"Lalu kamu anggap istrimu sebagai apa?" tanya Rachel dengan tersenyum.
"Ibaratnya makanan, mungkin dia hanyalah tahu atau sayuran yang tidak lezat, sedangkan kamu adalah daging atau wine kesukaan ku yang tidak pernah membuat aku kecewa," jawab John, mendekatkan bibirnya pada bibir Rachel. "Aku ingin memakan mu sekarang!"
"Ehmm ..." Rachel menelan salivanya. "Apa kamu yakin?"
"Yeah ..."
"Gimana kalau ada yang mendadak datang?" tanya Rachel dengan tangannya yang nakal mulai meraba-raba dada John yang tertutup kemeja berwarna putih.
"Tidak akan ada yang datang karena aku sudah melarang sekretarisku untuk menerima tamu," jawab John kemudian mencium bibir Rachel dengan agresif, tidak memberinya ruang sama sekali untuk menolaknya. Pria itu benar-benar sudah gila, dimabuk asmara dan tidak punya pendirian teguh.
___
Di rumah, Phoebe sudah selesai memasak. Dia segera kembali ke kamar untuk mandi, lalu bergantian pakaian. Wanita itu mengenakan terusan dress berwarna biru dengan lengan terbuka, lali menambahkan blazer hitam untuk menutupi lengannya. Dia juga memakai make up tipis dan menjepit sebagian rambutnya ke belakang, tanpa lupa menyemprotkan parfum beraroma Japanese blossom ke arah tubuhnya.
"Aku yakin, dia akan sangat suka karena aku mendadak datang ke kantornya setelah sekian lama aku tidak pernah datang ke kantornya, lalu dia akan semakin senang saat melihat kejutan dariku," gumam Phoebe, segera mengambil tespek yang sudah dicuci.
Phoebe keluar dari kamar dengan membawa tas berukuran kecil berwarna cream, segera menuju dapur dan meletakkan tespek dalam plastik kecil, lalu memasukkannya ke dalam tas kain berwarna hitam di mana juga ada rantang berisi menu makan siang untuk John.
"Okay ... Aku akan berangkat sekarang," ucapnya dengan lega, segera keluar dari rumah dengan membawa tas kecil dan tas kain berisi menu makan siang dan kejutan.
"Kak, kamu mau ke mana?" tanya Matheo yang hendak berangkat ke kampus. Dia terlihat sudah sangat keren mengenakan celana jeans hitam dipadu dengan kaos kuning dengan jaket hitam, serta memakai tas yang juga berwarna hitam dan menyisir rambutnya dengan gaya spiky.
"Aku akan ke kantor John untuk mengantar makan siang," jawab Phoebe, berhenti sejenak menatap Matheo.
"Kalau begitu kita berangkat bersama saja. Aku akan mengantarmu," ucap Matheo.
Phoebe pun mengangguk, kemudian segera keluar dari rumah bersamaan dengan Matheo. Mereka berangkat dengan menggunakan mobil Jeep milik Matheo yang merupakan pemberian John.