Chereads / Wanita Lain Di Hati Suamiku / Chapter 5 - Amukan Dinda

Chapter 5 - Amukan Dinda

"Jahat kamu, Mas. Aku seperti ini karena aku sedang mengandung anak kamu, aku juga mengalami luka jahitan yang cukup banyak itu juga karena melahirkan anak kamu!" maki Dinda kesal.

"Kamu selalu aku berikan uang yang banyak, Dinda. Bahkan aku tidak keberatan jika harus membayar tunai biaya rumah sakit, kenapa kamu tidak melahirkan dengan caesar saja agar tidak ada penghalang bagiku jika aku ingin menyalurkan hasrat ku!" protes Rehan yang justru menyalahkan Dinda.

"Mas, aku ini seorang wanita. Yang sudah seharusnya melahirkan secara normal sesuai dengan kodratnya, apa salahnya si kamu menunggu sampai aku benar-benar bisa pulih seperti dulu lagi," pinta Dinda menahan air mata.

"Kalau pun aku bisa menunggu, pasti rasanya sudah tidak seperti dulu, Dinda. Karena kamu sudah melahirkan dengan cara normal. Itu artinya semuanya sudah tidak sebaik dulu, itu salah kamu kenapa kamu justru memilih untuk melahirkan normal dan tidak meminta persetujuan aku terlebih dahulu!"

Maki Rehan yang terus menyalahkan Dinda, tatapan mata Rehan menyorot tajam seakan semua itu adalah kesalahan Dinda sepenuhnya, kesalahan di mana Dinda tidak mampu lagi memberikan kepuasan batin untuk Rehan yang membutuhkannya.

"Kamu tahu, jika memang pada akhirnya kamu tidak sama sekali menilai pengorbananku melahirkan generasi baru dalam keluargamu, mungkin aku tidak akan mau di titipkan benih dari laki-laki seperti dirimu!" hardik Dinda penuh emosi.

Dengan perasaan hancur karena pengkhianatan dan penghinaan yang dilontarkan Rehan pada Dinda, membuat Dinda memutuskan untuk pergi dari rumah mewah yang selama ini ia tinggali.

Dengan cepat namun tetap berhati-hati Dinda menaiki anak tangga menuju kamarnya, Dinda ingin mengemas semua barang-barangnya dan pergi dari kehidupan laki-laki yang tidak menghargai pengorbanannya itu, dan justru mencari wanita lain untuk memuaskan nafsu semata.

Rehan yang belum puas dengan kemarahannya itu memutuskan untuk mengikuti Dinda sampai ke kamar, dan melihat apa yang dilakukan oleh Dinda.

"Mau ke mana kamu, Dinda?" tanya Rehan yang sudah ada di belakang Dinda.

"Mau pergi jauh dari laki-laki pemuas nafsu seperti dirimu, aku yakin. Jika Sekar, si wanita kotor itu hamil anak kamu, kamu juga pasti akan meninggalkan dia dan mencari wanita yang baru, iya kan!" tuduh Dinda menatap tajam.

"Aku tidak akan sampai menghamili Sekar, Dinda. Karena rahimmu lah yang halal untukku tanamkan benih," ucap Rehan enteng.

"Kalau memang itu yang terjadi, kenapa kamu mau bersetubuh dengan wanita kotor itu selama aku masih nifas, bukannya kamu prihatin dengan pengorbananku yang telah melahirkan seorang putra dan kamu membantuku dalam merawat Arka, tapi kamu malah asik-asikkan bersama wanita lain."

Dinda terus mengepak pakaiannya hingga koper yang berukuran medium itu penuh dengan pakaiannya, setelah itu Dinda mengambil tas bayi untuk memasukkan pakaian Arka.

"Dinda, mau kamu apakan baju-baju Arka?" tanya Rehan menahan Dinda.

"Aku akan membawa Arka pergi jauh dari sini, aku tidak sudi memperkenalkan Arka dengan sosok Ayah seperti dirimu, Mas!" maki Dinda dengan penuh percaya diri.

"Apa, pergi jauh? Ha ha ha, Dinda. Yang benar saja kamu mau membawa Arka pergi, mau kamu kasih makan apa Arka jika kamu pergi dari kehidupanku, bukankah selama ini kamu dan kedua orang tua kamu itu hanya menumpang hidup enak di rumah ku ini." jelas Rehan semakin dalam menyakiti Dinda.

Dinda tetap menahan tangisnya, ia berusaha setegar karang saat menerima hinaan dari suami yang selama ini ia anggap baik itu.

"Laki-laki brengsek! Kamu yang meminta kedua orang tuaku untuk cepat-cepat menikah denganmu saat aku sedang meniti karir, dan sekarang kamu hina aku dengan semudah itu, Mas!" maki Dinda tidak terima.

"Iya, dulu karena aku sangat ingin sekali menikmati kesucian kamu sebagai gadis paling dikagumi di kantor, tapi sekarang kamu sudah seperti ibu-ibu yang sudah memiliki empat orang anak. Dekil tak terurus, kedua dada mu penuh dengan asi dan perutmu lembek karena terlalu banyak lemak. Aku tidak suka itu, Dinda." jelas Rehan yang begitu ringannya menghina Dinda.

Plak!

Lagi-lagi Dinda mendaratkan tamparan di pipi kiri Rehan dengan cepat, sebelum Rehan menutup mulutnya karena menertawakan keadaan Dinda saat ini.

Cetar...

Sebuah vas bunga berhamburan di lantai setelah diamuk oleh Dinda, rasa sakitnya karena terus dihina membuat Dinda tidak bisa mengontrol emosinya pasca melahirkan.

"Tutup mulutmu, Mas! Atau aku akan merobeknya dengan serpihan vas bunga ini!" hardik Dinda yang tiba-tiba membanting vas bunga kesayangan Rehan.

"Dinda cukup! Berani kamu merusak barang kesayanganku," ucap Rehan tidak terima.

"Jangankan barang milikmu, Mas. Aku bisa saja merusak yang lain kalau kamu terus menghinaku!" hardik Dinda masih tersulut api kemarahan.

Dinda menghampiri meja komputer dan membanting komputer Rehan, juga meja rias yang ia tumpahkan segala isi yang sebelumnya tersusun rapi.

Dengan sekuat tenaga Dinda mengobrak abrik isi kamar itu menggunakan kedua tangannya, Rasa sakit pasca melahirkan masih sangat terasa, menyaksikan suaminya selingkuh dengan mantan kekasihnya, kini Rehan dengan enteng menghina tubuhnya yang sudah tidak sempurna.

"Dinda, hentikan! Apa kamu mau aku membalaskan perbuatan mu ini dengan menyakiti ke dua orang tua kamu!" bentak Rehan yang tak tahan dengan perbuatan Dinda.

Mendengar ancaman yang dituturkan Rehan membuat Dinda berhenti mengamuk dan mencoba untuk menenangkan dirinya.

Rehan tersenyum licik karena ia akhirnya tahu kelemahan Dinda, Dinda memang begitu sangat menyayangi ke dua orang tuanya. Terlahir menjadi putri satu-satunya membuat Dinda menjadi sosok berharga bagi ke dua orang tuanya.

"Dinda, sudahlah. Jadilah wanita yang aku inginkan saja, melahirkan anak-anakku dengan sehat dan selamat, kalau pun kamu tidak mau operasi caesar untuk tetap menjaga agar tetap rapat, sebaiknya kamu biarkan aku mencari wanita lain. Aku akan penuhi semua kebutuhan kamu dan anak-anak yang akan kamu lahirkan," kata Rehan yang hanya memanfaatkan Dinda sebagai alat produksi anak untuknya.

"Cih, tidak sudi aku diperalat oleh laki-laki seperti dirimu, cukup satu anak yang aku lahir kan, dan aku anggap semua itu adalah kebodohan ku!" celetuk Dinda menolak dengan kasar.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan dengan tanpa ada aku, Dinda. Tubuh mu sudah tidak secantik dan seseksi dulu, untuk merintis kembali karirmu apa kamu bisa membayar babysitter untuk menjaga anakmu?" tanya Rehan menatap tajam.

Dinda menghela napas, ia berpikir sejenak dan menyerap kata-kata yang diucapkan oleh Rehan, ia juga berpikir bagaimana jika sampai ibunya tahu masalah besar yang sedang dialami olehnya, seorang ibu yang memiliki penyakit jantung. Pasti akan sangat rawan anfal jika sampai mendengar berita yang mengejutkan.

Tak lama kemudian, Rehan mengeluarkan sebuah cek untuk Dinda senilai 100 juta. Rehan mendekati Dinda yang sedang melamun kan sesuatu.

"Dinda sayang, terima ini. Aku tahu Arka sedang membutuhkan biaya banyak di rumah sakit, sekalian kamu berikan uang bulanan untuk orang tua kamu." Rehan menyerahkan cek itu ke tangan Dinda.

Cup

Rehan pun memberikan sebuah kecupan di bibir tipis Dinda, sebuah kecupan yang sebenarnya sangat tidak ingin diterima oleh Dinda. Namun, Rehan menekan bagian belakang kepala Dinda hingga Dinda tak mampu mengelak.

"Dinda sayang, ayolah. Mainkan." pinta Rehan memejamkan kedua mata.

Dinda masih terdiam, rasanya sangat jijik menerima sentuhan dari laki-laki yang tidak setia seperti Rehan, kecupan itu sama sekali tak membangunkan gairah Dinda yang masih kecewa.

Apakah Dinda mampu terus menahan dirinya sendiri dari nafsu Rehan yang sengaja ia tumpahkan pada Dinda?