Chapter 17 - Alone

Menyendiri di perpustakaan sambil menunggu jam pelajaran dimulai lagi..

Hampir semua buku yang ada di sana sudah April baca meski tidak ada satu pun yang singgah di otaknya, gadis itu hanya berusaha mencari kesibukan lain selain diam menyendiri tanpa seorang pun teman. Amy dan Nita tidak akan menemukan April di tempat ini karena kedua orang itu tidak seperti April yang kutu buku, seorang diri tanpa teman dan tidak melakukan apa-apa membuat April merasa seperti bukan dirinya. Semua itu karena pria yang sedang April tunggu membalas pesannya.

Beberapa kali April melihat ke arah ponselnya dan belum ada pesan masuk di sana, padahal dari beberapa menit yang lalu April telah mengirimkan pesan kepada Om Tio. Tapi hingga detik ini pria itu tak kunjung membalasnya, tidak seperti biasanya ponsel April akan penuh pemberitahuan dari Om Tio. April berusaha berpikir positif, mungkin pria itu sedang sibuk bekerja hingga tidak sempat membalas pesannya. Mungkin sore ini atau malam hari Om Tio akan membalasnya.

Tak lama bel berbunyi, pertanda jam pelajaran kembali dimulai dan April harus segera kembali ke dalam kelas. Ia meletakan kembali buku yang ia baca ke dalam rak buku lalu keluar dari perpustakaan yang sepi itu.

Masuk ke dalam kelas dimana Amy dan Nita sudah ada di sana memerhatikan April, meja April bersebelahan dengan mereka. Namun April berusaha bersikap biasa saja dan kembali mengabaikan kedua orang teman baiknya itu, meski April penasaran apa yang sedang dua orang itu bisikan sambil melirik ke arah April. Pasti tentang dirinya dan Om Tio.

"Udah biarin aja!" Bisik Amy kepada Nita yang akhirnya membuang muka dari April, ingin sekali Nita bertanya sesuatu kepada temannya itu. Tapi sepertinya sekarang bukanlah tempat yang tepat.

Pelajaran dimulai, tugas hari ini adalah tugas kelompok dan tidak ada yang mengajak April. Saat ia melirik ke arah Nita dan Amy, kedua orang itu seolah tidak perduli kepadanya. Bukan salah mereka, tapi salah April yang berusaha menjauhi semua teman-temannya. Tinggalah April sendiri dan terpaksa masuk ke dalam kelompok yang ia sendiri tidak suka, namun April harus tetap menjalaninya demi pelajaran.

"Kasian nggak sih liat April sendirian kaya gitu?" Bisik Amy.

"Biarin aja! Dia juga yang menghindar kok, kalau misalkan dia mau gabung ke kita ya silakan! Aku nggak akan nolak, dia aja yang egonya tinggi." Kata Nita, sementara Amy hanya bisa menghela nafas panjang.

Entah bagaimana bisa pertemanan mereka bisa seperti ini?

Seharian ini April hanya diam..

Sampai sepulang sekolah pun gadis itu hanya diam, April menuju parkiran motor untuk mengambil motornya. Namun tiba-tiba sebuah tangan menarik lengan April dengan keras hingga membuatnya terkejut, tubuh April ditekan kuat ke dinding belakang kelas yang tak jauh dari parkiran. Saat melihat kedua orang yang melakukan hal itu kepadanya, April ingin marah tentu saja.

"Kalian apa-apaan sih?!" Suara April terdengar nyaring nyaris membentak, sisi lain gadis itu yang tak pernah Nita dan Amy lihat sebelumnya. Semakin membuat kedua gadis itu yakin jika temannya kini sudah bukan April yang dulu.

"Pril, jujur aja! Kamu kenapa sih? Disuruh Om Tio buat ngejauhin kita berdua? Emangnya kita salah apa?!" Cecar Nita yang sudah kehabisan kesabaran, sementara Amy terus mengintip guna memastikan tidak ada satu pun orang yang melihat mereka berada di belakang sini. Karena jika ada yang melihat, ia dan Nita pasti akan dituduh telah melabrak April atau berkelahi dengan gadis itu.

"Kamu ngomong apa sih? Nggak jelas loh!" Balas April seolah tidak ada yang terjadi, padahal jelas-jelas raut wajah April seharian ini menunjukan rasa tak sukanya kepada semua orang.

"Kamu masih nggak mau ngaku! Emangnya Om Tio ngapain kamu sih, sampe segitunya! Masih banyak kok cowok di dunia ini, bukan Om Tio aja!" Nita membentak tepat di wajah April.

"Ayo Nit, pulang! Nanti kedengeran sama orang loh." Ajak Amy ketika suara Nita dan April mulai nyaring dan menggema di belakang sini, tapi sepertinya kedua orang itu tidak memperdulikan perkataan Amy.

"Kamu jangan sembarangan ngomong! Om Tio nggak pernah ngapa-ngapain, lagian kenapa kamu yang heboh sih sama hubungan orang lain?!" Bentak April tak mau kalah.

"Udah, ayo! Ahh, kok malah jadi gini sih!" Amy menarik lengan Nita dengan kuat, karena jujur saja ia tidak ingij nilainya jelek hanya karena perkelahian sepele dengan sahabatnya sendiri.

"Eh, denger ya Pril! Orang yang kamu bela mati-matian dan kamu turutin sampe kamu bungkuk sekalipun, belum tentu dia bisa buat kamu bahagia. Karena seseorang yang baik sama kamu, nggak akan suka ngatur-ngatur kaya gitu!" Ucap Nita seraya menunjuk wajah April menggunakan jari telunjuknya, membuat April terdiam seribu bahasa. Kedua gadis itu akhirnya pergi dari pandangan April dan meninggalkan April seorang diri dengan berbagai pemikirannya yang berkecamuk. Ia sudah hampir kesal karena seharian ini Om Tio tak kunjung memberinya kabar, dan sekarang kedua temannya yang berusaha ia jauhi malah memberitahu sebuah kebenaran kepada April.

Kepala April terasa pusing dibuatnya.

Ia segera pulang ke rumah.

Sesampai di rumah April terus-terusan melihat ponselnya namun Om Tio belum juga membalas pesan April, gadis itu membanting ponselnya ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya ke sana. Menatap langit-langit kamar seraya bertanya-tanya kemana pria itu pergi, jika saja dirinya dan Nita masih berhubungan baik. Mungkin saja April bisa beralasan berkunjung ke rumah Nita dan memastikan pria itu ada di rumahnya, keadaan semakin membuat April tidak bisa melakukan apa-apa. Apalagi sekarang ia dan Om Tio memutuskan untuk berhenti latihan voli, hingga April tidak tahu bagaimana caranya untuk bertemu dengan pria itu selain lewat ponselnya.

Semakin hari, April semakin bosan berada di rumah terus-menerus. Tidak seperti biasanya di sore hari ia akan bersiap untuk latihan voli bersama dengan teman-temannya. Ingin tidur siang, tapi kedua mata April tidak bisa tertutup karena terus memikirkan Om Tio yang tidak ada kabar hingga detik ini. April bahkan melupakan makan siangnya sampai sore hari, hanya bisa melihat langit sore dimana ia akan pulang latihan bersama Om Tio ketika hari sudah mulai senja. Ia terduduk di teras rumah dengan ponsel terus berada di genggamannya, berharap Om Tio menghubunginya kapan saja.

Tapi hingga sore hari telah lewat dan malam mulai muncul, April belum mendapat kabar dari Om Tio sampai gadis itu selesai mandi dan kembali mengurung diri di dalam kamarnya. Mulai berpikir apakah yang dikatakan oleh Nita tadi siang ada benarnya, apakah Om Tio bisa membuat April bahagia?