Chapter 21 - Secret

"Om Tio sibuk banget ya, sampai nggak bisa kasih kabar ke April?" Ujar gadis itu saat mereka berdua tengah duduk di pinggiran tepian seraya menyeruput es kelapa segar, Tio yang sedang memainkan ponselnya lalu berdeham memasukan kembali benda tersebut ke dalam saku jaketnya.

"Sibuk juga, tapi kemarin itu ponsel Om ketinggalan di rumah. Terus pulangnya malem, jadi nggak sempat hubungin April. Capek banget soalnya." Kata Tio berbohong.

Sementara April yang terlalu polos hanya bisa mengangguk, untuk usia remaja seperti dirinya memang mudah untuk dibohongi oleh pria dewasa seperti Tio.

Tak lama kemudian, pria itu kembali memainkan ponselnya dan mengabaikan April yang ada di hadapannya. Membuat April bertanya-tanya apa yang telah menarik perhatian Om Tio di benda kecil itu, April sampai bosan menunggu Om Tio selesai menggunakan ponsel hingga akhirnya gadis itu mengambil ponselnya sendiri dari dalam tas sekolah. Tertawa kecil melihat isi sosial media teman-temannya, andai April bisa ikut dengan teman-temannya itu.

Sontak saja tawa kecil April menarik perhatian Tio, alis mata setajam elang itu menyatu saat melihat April tersenyum seorang diri dengan ponselnya. Tio segera mendekati gadis itu dan melihat isi ponselnya, membuat April merasa tidak nyaman karena Om Tio seolah ingin mengetahui privasi April.

"Siapa itu?" Tanya Tio menujuk ke layar ponsel April yang memperlihatkan teman sekolah pria gadis itu.

"Temen sekolah!" Jawab April.

"Berteman kok sama cowok." Protes Tio.

"Ya terus kenapa?" Balas April.

"Hapus itu!" Suara Tio mulai terdengar nyaring, membuat April merasa tidak nyaman.

"Kenapa dihapus? Itu 'kan temen sekolah aku." April lagi-lagi membantah.

"Kamu tuh bisa dibilangin nggak sih? Hapus!" Tukas Tio, April terdiam kemudian. Memandangi ponselnya sendiri dengan perasaan bingung.

"Sini hapenya!" Tio mengulurkan sebelah tangan, membuat April menoleh ke arah pria itu dengan pandangan nanar. Bahkan Tio dengan seenaknya mengambil ponsel April sebelum gadis itu menjawabnya, sudah bisa April pastikan Om Tio menghapus daftar pertemanannya dengan teman-teman prianya. Meski kecewa dengan sikap Om Tio, tapi April tidak bisa berbuat banyak selain diam dan mengikuti keinginan pria itu.

"Nih! Berteman itu jangan sama cowok." Ujar Tio seraya memberikan ponsel gadis itu, sementara April sudah tidak berselera lagi menggunakan ponselnya di saat Om Tio sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Ayo pulang! Nanti Ibu nyari'in." Ajak Tio, April hanya bisa membuntuti pria itu di belakang punggungnya. Sepulang sekolah sebenarnya April ingin bertanya tentang menghilangnya Om Tio kemarin sambil duduk menikmati semilir angin di pinggir tepian, tapi sepertinya malah berakhir dengan sikap semena-mena dari Om Tio.

Perasaan April saja, atau pria itu semakin lama semakin mengatur dirinya.

Tiba di rumah April, gadis itu lalu turun dari motor sport Om Tio lalu masuk ke dalam rumah begitu saja. Tidak seperti biasanya April akan selalu menawari Om Tio untuk mampir ke rumah, entahlah April merasa semuanya semakin tidak beres.

Belum lagi hilangnya pria itu selama seharian kemarin, alasannya terdengar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seseorang bisa bekerja tanpa menggunakan ponselnya selama lebih dari dua puluh empat jam, itu aneh! April mendengar suara motor Om Tio pergi menjauh dari rumahnya. Artinya pria itu sudah benar-benar pergi.

"Pril, Tionya kok langsung pulang?" Tanya Ibu April tiba-tiba saat gadis itu melewati dapur.

"Iya, katanya mau istirahat buat nanti malem kerja." Sahut April berbohong, padahal meskipun Om Tio bekerja di malam hari sekali pun. Pria itu akan tetap selalu memiliki waktu untuk April.

Setelah itu, April memasuki kamarnya dan mengganti pakaian.

Terdengar suara pesan masuk di ponsel April yang sudah pasti itu adalah dari Om Tio, karena tidak ada satu orang pun yang menghubungi April selain pria itu setelah April menjauhi semua teman-temannya.

April mengabaikan pesan tersebut dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang berniat ingin tidur siang, karena sepulang sekolah ia tak lagi memiliki kegiatan semenjak Om Tio melarangnya untuk latihan voli. Merasa pesannya tak dibalas oleh April, Tio menghubungi gadis itu beberapa kali namun April tak kunjung menjawab panggilannya. Gadis itu mendengar dengan jelas jika ponsel yang ia letakan di atas meja belajar kerap berbunyi beberapa kali, April memang sengaja mengabaikannya.

Setelah suara ponsel itu tak terdengar lagi, barulah April dapat tidur dengan nyenyak menutup kedua matanya menuju alam mimpi. Karena sepertinya di kehidupan nyata dirinya tidak terlalu bahagia semenjak mengenal Om Tio, seolah ada sesuatu yang disembunyikan pria itu kemarin sementara Om Tio sendiri tidak ingin April memiliki rahasia di belakang pria itu.

Sore hari tiba..

April terbangun karena mendengar suara motor sport yang begitu nyaring berhenti tepat di depan rumahnya, setelah itu Ibunya berteriak memanggil April untuk segera bangun karena ada Om Tio datang.

April menghembuskan nafas kasar sembari menutup wajahnya menggunakan bantal, kenapa pria itu selalu membayangi kehidupan April.

Dengan langkah berat dan terpaksa, April keluar dari kamar menuju teras rumah dimana pria itu sudah duduk di sana dengan gagahnya. Memang tampan, tapi semakin April melihat ketampanannya itu, ia menjadi semakin takut terhadap Om Tio.

"Ngapain?" Tanya April seraya menyandarkan tubuhnya ke pintu, tidak ada sapaan ramah atau senyuman manis yang biasa April tunjukan ketika pria itu datang ke rumahnya. Entahlah! April hanya sedang malas.

"Kok mukanya kusut gitu? Jalan-jalan yuk!" Ajak Tio berusaha menarik hati gadis itu kembali seusai kejadian siang tadi.

"Jalan-jalan kemana?" April mulai tertarik.

"Ya jalan-jalan sore aja, keliling!" Kata Tio.

April hanya diam tak menanggapi.

"Mandi dulu gih sana yang cantik, Om tunggu di sini!" Ucap Tio, seolah terhipnotis dengan segala ucapan pria itu. Akhirnya April berbalik badan dan melangkah kembali memasuki rumah tanpa sadar, tanpa ada sahutan gadis itu meninggalkan Om Tio menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Tio dengan setia menunggu April di teras rumah gadis itu sambil terus mengirim pesan ke seseorang di ponselnya.

Cukup lama menunggu April selesai mandi karena Tio tahu jika hampir semua wanita memiliki jam mandi yang cukup lama, meski hasilnya sepadan. Gadis itu keluar dari dalam rumah dengan wajah berseri dan cantik seperti biasanya, aroma wangi shampo dan sabun menguar dari tubuhnya membuat Tio merasa gemas dengan gadis itu.

Rambut hitam legam yang terurai indah dan wajah cantik dengan bibir seksi, Tio sampai menggaruk kepalanya sendiri seolah rasa gatal itu tidak mau pergi. Sayang ia harus cukup bersabar menunggu waktu itu tiba.

"Sudah siap?" Ujar Tio.

"Sudah Om." April mengangguk, pria itu lalu memegang sebelah tangan April sembari mengelusnya dengan lembut. Membuat perasaan April yang tadi sedang marah kepada Om Tio kini kembali luluh seketika, well begitulah sifat seorang gadis remaja.