Chereads / Possessive Husband (His Dark Side) / Chapter 19 - Ex-Girlfriend

Chapter 19 - Ex-Girlfriend

Tio menghentikan motor sportnya di sebuah kafe, memasuki kafe tersebut setelah meletakan helmnya. Mengedarkan pandangan mencari seseorang sembari mengecek ponsel yang tak pernah lepas dari genggamannya, ia lalu mengambil duduk di sudut ruangan dan memesan secangkir kopi. Menunggu seseorang yang seharusnya sudah ada di sini lebih dulu darinya, seperti biasa wanita itu selalu datang terlambat di setiap pertemuan. Tak lama kemudian seorang wanita berambut pirang memasuki kafe tersebut seraya melambai ke arah Tio, wajah Tio terlihat berbinar saat melihat wajah yang selalu cantik seperti biasanya itu. Tersenyum ke arah Tio seraya mendatangi pria itu, membuat Tio merasa degub jantungnya semakin berdetak dengan kencang.

Aroma wangi menguar di indera penciuman Tio, selalu wangi dan cantik.

"Telat lagi!" Ujar Tio, wanita itu tersenyum dengan manisnya. Membuat Tio tak henti-hentinya ikut tersenyum.

"Kamu 'kan tau aku dandannya lama!" Sahut wanita yang bernama Nopa tersebut.

"Iya deh, cantik!" Tio tersenyum lebar.

"Mau pesen apa?"

"Nggak deh, aku udah makan tadi." Tolak Nopa.

"Takut gendut ya?"

"Bukan takut gendut, tapi emang udah kenyang. Dari pada nanti nggak dimakan." Kata wanita itu.

"Iya deh." Balas Tio.

"Sama siapa tadi ke sini?" Tanya Tio yang penasaran.

"Tio, come on! Itu bukan urusan kamu lagi." Nopa merasa terganggu, beberapa bulan lamanya ternyata Tio tidak pernah berubah sama sekali.

"Oke, sorry! Jadi, kita langsung aja ya?"

"Ponsel kamu getar terus loh dari tadi, diangkat dulu gih!" Ujar Nopa sembari melirik ke arah benda mungil yang tergeletak di atas meja, tapi bukan hanya itu saja yang membuat wanita itu tertarik dan penasaran. Tapi pada layar utama ponsel Tio, terdapat foto seorang gadis berambut hitam legam di pasang oleh pria itu.

"Hm, iya nanti." Sahut Tio.

"Siapa itu?" Nopa menaikan sebelah alisnya seraya menyunggingkan senyum ke arah Tio, menyadari Nopa telah melihat wallpaper ponsel Tio. Pria itu segera mengambil ponselnya dan menyimpannya ke dalam saku.

"Seseorang." Jawab Tio dengan singkat, Nopa tidak percaya jika hanya seseorang yang gambarnya dipasang menjadi wallpaper ponsel. Pasti seseorang itu istimewa bagi Tio.

"Seseorang?" Nopa mengulang perkataan Tio, tapi pria itu hanya tersenyum. Senyum yang tidak biasa dan Nopa sangat paham bagaimana sifat serta karakter pria yang ada di hadapannya ini.

"Bisa nggak kita langsung ke pokok permasalahan?" Tio berusaha mengubah topik pembicaraan.

"Apa dia cantik?" Nopa berusaha mendesak Tio untuk menjawab rasa penasarannya, karena mainan baru bagi Tio adalah sumber masalah baru bagi pria itu. Nopa khawatir ada korban baru dari Tio yang selalu mementingkan egonya sendiri.

"Masih SMA!" Jawab Tio, tak ingin terlalu menjabarkan seseorang yang sedari tadi tak henti-hentinya menghubungi Tio.

"WHAT?!"

"Kamu mabuk atau apa? Masih kecil." Protes Nopa yang masih tidak percaya jika Tio sedang memacari gadis SMA.

"Baru juga kenal." Tio berusaha membela diri.

"Udah kamu apain aja?" Tanya Nopa.

"Apaan sih." Wajah Tio mulai berubah tak suka.

Sementara Nopa hanya bisa menghembuskan nafas kasar dengan kedua tangan bersidekap di depan dada, rasanya ia tak yakin dengan Tio. Dan gadis SMA itu sepertinya terlalu polos untuk Tio yang suka mengekang dan mengatur pasangannya, memang urusan hubungan percintaan Tio bukan lagi urusan Nopa semenjak hubungan mereka berdua berakhir.

Tapi jujur saja Nopa mulai khawatir dengan gadis SMA itu, Tio memang pandai menarik hati semua wanita apalagi seorang gadis. Tapi dalam sebuah hubungan, Tio adalah tipe pencemburu yang berlebihan dan cenderung mengatur. Ada salah satu alasan mengapa Nopa memilih mengakhiri hubungannya dengan Tio, adalah karena pria itu sedikit kasar.

"Bisa kenal dari mana?" Nopa terus melayangkan pertanyaan yang membuat Tio menjadi sedikit jengah, tapi jika pertanyaan wanita itu tidak dijawab maka urusannya hari ini tidak akan cepat selesai.

"Dari anak-anak sebelah rumah kontrakan." Jawab Tio sekenanya.

"Bisa nggak kita langsung ke urusan kita aja?" Tio berusaha ke topik permasalahan agar ia bisa cepat pulang ke rumah.

Karena jarak antara rumah kontrakannya yang sekarang cukup jauh dari sini.

"Siapa namanya?" Nopa menopang dagunya menggunakan sebelah tangan, wanita itu hafal sekali jika Tio tidak bisa terus-terusan didesak seperti ini.

"Itu bukan urusanmu lagi, Nop!" Sahut Tio seolah menohok Nopa, membalikan ucapan Nopa yang tadi akhirnya membuat keduanya terdiam. Tio belum mau membuka identitas April karena mereka baru saja mengenal, dan mungkin sindiran Nopa tadi ada benarnya. April masih sangat remaja, tentu saja ia tidak ingin dianggap sebagai pedofil yang mengencani anak di bawah umur.

"Oke, baiklah. Setidaknya gadis yang satu ini dapat membuatmu berubah sedikit demi sedikit, atau malah terjerat dengan pesonamu!" Sindir Nopa.

"Kalau kamu datang ke sini cuman mau menyudutkan aku, mending kamu pulang sekarang!" Cecar Tio ketika raut wajahnya mulai menunjukan rasa tak suka kepada Nopa, salah satu hal yang tidak ia sukai dari wanita itu adalah karena Nopa terus melawan dan membantahnya. Sementara April tidak seperti itu dan menurut apa yang dikatakan oleh Tio, atau mungkin belum.

"Mulai deh datang marahnya!" Nopa tak henti-hentinya menyunggingkan senyum setelah ia menyadari bahwa dirinya tidak membuat keputusan yang salah untuk meninggalkan pria itu.

Karena sifat dan karakter Tio masih sama, pemarah dan keras. Pernah sesekali Nopa mendapat tamparan keras di sebelah pipinya, yang mulai menyadarkan Nopa jika perkataan teman-temannya adalah benar. Kalau Tio bukanlah pria yang baik untuknya.

Tio membuang muka, ia datang ke tempat ini bertemu Nopa dengan perasaan terbuka. Tapi seperti biasa wanita itu selalu membuatnya emosi, sepertinya mereka berdua memang tidak cocok untuk bersatu.

"Kalau aku nggak di sini, mungkin masalahmu nggak akan kelar." Tambah Nopa, menyadarkan Tio bahwa dirinya saat ini sedang membutuhkan Nopa untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Dan seharusnya Tio berterimakasih pada wanita itu.

"Oke, jadi kamu mau apa sekarang? Mau tau gadis itu? Aku 'kan udah bilang dia masih SMA, dan kita baru dekat. Jadi belum ada apa-apa!" Tukas Tio saat dirinya mulai gelisah menahan amarahnya.

"Lagian, ini urusan pribadi loh. Bukan urusanmu lagi!" Tambahnya.

"Iya, iya. Aku paham bukan urusanku lagi, tapi yakin kamu nggak akan nyakitin gadis itu seperti kamu nyakitin perempuan-perempuan sebelumnya. Yang aku khawatirkan dia itu masih remaja, pasti masih polos. Nggak tau apa-apa, terus ketemu sama kamu." Kata Nopa yang berusaha menyadarkan Tio akan sifat jelek pria itu.

"Nop, asal kamu tau. Bukan karena aku keras dan kasar, tapi tentang bagaimana seorang perempuan bisa nurut sama pasangannya!" Cecar Tio, nada suaranya terdengar tenang namun berhasil menohok perasaan Nopa.